Cerita Empat

157 26 5
                                    

"Kamu tau engga? Jadi Plato tuh enak lho."

Yuri menurunkan buku yang sedang ia baca, berlalu menatap sosok yang duduk di depannya itu.

"Enak gimana maksudnya kak?"

"Iya. Hidupnya enggak pernah Plat." Balasnya lalu tertawa renyah.

Yuri pun ikut tertawa. Bukan, bukan karena jokesnya. Tapi karena orang di depannya itu ketawa aja. Tawa pun mereda, berganti dengan senyum keduanya.

"Gimana persiapan UN nya kak?" Tanya Yuri kemudian. Gantian orang di depannya yang mengedarkan pandangannya sekeliling perpustakaan.

"Gitu – gitu aja." Jawabnya lalu tersenyum.

Senyum termanis dari seseorang yang sangat Yuri sukai.

"Emang mau masuk SMA mana?"

"Rahasia," Balasnya sembari tertawa kecil. Yuri hanya membalas dengan kerucutan bibir.

"Nanti kalo aku udah lulus, jaga diri kamu ya, Yuri." Katanya sambil mengusap lembut pucuk kepala Yuri.

Ah. Suara khas dan hangat saat memanggil namanya.

"Yuri..."

"Yuri? Sayang? kamu kenapa?"

Suara Yena mengaburkan lamunan Yuri. Matanya masih terpaku pada pemandangan di luar kaca mobil.

"Kamu masih gak enak badan? Apa langsung aku anterin pulang aja?" tanya Yena kemudian.

Yuri tidak menjawab, hanya mengangguk kecil. Yena pun hanya merespon dengan senyuman kecil sambil sedikit membelai lembut kepala pacarnya itu.

----

Berkutat dengan sedotan dan segelas jus melon, Hyewon tenggelam dalam pikirannya sambil mengaduk pelan minuman tesebut. Pikirannya kacau, tersebar kemana – mana. Sesekali ia menyalurkan stresnya dengan menekuk-nekuk sedotan di tangannya.

"Kebanyakan mikir nanti cepet tua lho kak," Tepuk seseorang lalu ambil posisi duduk di sebelah Hyewon. "Udah lama? Maaf ya gue telat hehe."

Hyewon menggeleng, lalu memberikan sebuah bungkusan putih, "Nggak kok, gue belom lama juga sampenya. Nih titipan lu, tumben minta gorengan?"

"Lagi pengen," Balas perempuan itu sembari mengambil pisang goreng dari dalam bungkusan tersebut. "Yuk, mau langsung pulang?"

"Disini dulu deh, sambil gue ngabisin ni jus melon. Lagian makan harus sambil duduk tau."

Minju pun menuruti hal tersebut dan langsung mengambil pisang goreng kedua. Laper banget kayaknya, habis berkutat dengan penggaris dan manekin – manekin.

"Ju, gue mau nanya dong?" buka Hyewon.

"Nanya aja kak, kayak gue siapa mau nanya izin dulu."

"Lu kok ngga bilang Yuri masuk sini juga? Terlebih, masuk jurusan hukum?"

Minju menyelesaikan kunyahannya. Berdehem pelan, "Dia yang minta."

Hyewon menautkan alisnya bingung, "Maksudnya?"

"Yuri gak mau lu tau dia jadi adek tingkat lu. Dia maksa gue untuk tutup mulut, ampe disogok makanan lho gue."

Hyewon terdiam sebentar, kemudian mengangguk kecil sambil memainkan kembali sedotan di gelasnya. Minju yang melihat itu pun sama bingungnya ingin merespon apa.

"Sebetulnya lu sama dia ada apaan sih kak? Penasaran gue, dia juga jarang banget nyebut nama lu. Giliran gue yang nyebut nama lu, dia jadi salah tingkah plus kalut gitu."

Hyewon enggan menjawab pertanyaan yang bahkan ia gak tau jawabannya.

"Gue gatau juga Ju. Buat gue sendiri pun masih ngawang," Jawab Hyewon. Ia kemudian beranjak, mengembalikan gelas tersebut ke ibu penjual kantin.

"Yuk pulang." Ajaknya, yang diikuti oleh Minju.

--------

Yuri sedang rebahan sambil memainkan ponselnya. Semenjak tadi sampai rumah, ia hanya mandi dan merapihkan kamarnya. Padahal baik Yena dan Hyewon sudah mewanti – wanti agar dia harus segera makan, namun nafsu makannya benar – benar hilang. Perhatiannya kemudian teralihkan saat melihat ada chat masuk dari Minju.

Membaca pesan tersebut, Yuri segera berlari turun dan keluar rumahnya. Di depan pagar, Minju sedang melambaikan tangannya sambil menunjuk sebuah bungkusan.

"Sendiri lu?" tanya Yuri saat membuka pagar.

"Enggak, tuh ama dia." Jawabnya sambil menunjuk seseorang yang sedang berdiri di samping mobil. Yuri terpaku. Mukanya sedikit memerah padam lalu menarik Minju untuk bersembunyi di belakangnya.

"Kok lu ga bilang sih ngajak kak Hyewon?!" protesnya, "Ih kan gue lagi bareface Ju, astaga."

Minju tertawa mendengarnya. Perasaan baru kemaren Yuri bilang ngapain jaga imej. Ini cuma di depan kakak kelas yang sudah lama Yuri kenal, dia malu. Hyewon pun tertawa kecil mendengarnya, "Kita cuma nganterin makanan kok Yur, lu harus istirahat ya, besok masih ospek lho."

Yuri memunculkan kepalanya sedikit dari balik Minju. Hyewon yang melihat itu langsung menarik Minju untuk berdiri di sampingnya.

"Eh..eh, eh."

"Kita udah kenal dari jaman poni lu hampir nutupin mata Yur, takut amat gue ngeliat bareface lu?"

Yuri terdiam, memainkan ujung bajunya yang kebesaran. "Ya...Ya kan, itu tujuh tahun yang lalu kak."

Hyewon kemudian mengambil bungkusan plastik di tangan Minju dan mendekat ke Yuri.

"Harus dimakan ya. Ini porsinya bisa buat sarapan kamu juga besok," Katanya berbisik lalu menarik tangan Yuri, kemudian memindahkan bungkusan plastik itu. "Dan, asal kamu tau. Kamu selalu cantik kok di mataku." Lanjutnya sembari mengelus pucuk kepala Yuri.

Hyewon dan Minju pun pamit pulang. Tidak lupa Minju memeluk sahabatnya tersebut, lalu segera masuk ke dalam mobil.

"Cepet sembuh ya Yur." Kata Minju sambil melambaikan tangannya, menjauh hingga hilang dari pandangan Yuri.

Yuri masuk dengan perasaan semrawut. Random serandom-randomnya. Hatinya berdegup kencang sedari Hyewon dan Minju pergi tadi. Perlahan ia mendudukkan diri di sofa ruang tamu, sambil masih memegang dadanya.

"Kak Hyewon jahat!" teriaknya sambil memukul kencang bantal di sofa. Kepalanya kemudian ia benamkan di antara kedua lututnya. Dengan perasaan cemas bahwa yang sudah pergi, mungkin datang kembali.

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang