01. lembaran baru

18.6K 846 22
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini, usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca


"Faza turun sayang, ikan ayah jangan dikobok nanti mati"

Aku menjerit histeris, bagaimana tidak anakku yang bertubuh mungil itu sekarang sudah mampu naik-naik meja dan kursi. Padahal umurnya baru saja mencapai dua tahun tiga hari yang lalu.

"aya ini ya Bun? (kaya gini ya Bun?)

"Astagfirullah alamat meraung-raung ayahmu nak"

Ikan yang di cengkeramnya erat sudah tak bernyawa, menampilkan mata melotot dan mulut terbuka lebar. Ikan arwana yang dibeli mas  Jafran dengan harga subhanallah itu telah kembali kepangkuan yang maha kuasa. Hikss...

"Yeyyyy"

Lah dia malah senang, duh anak siapa si, senang sekali membuat ayahnya kesal karena sifat jahilnya itu.

Faza. Selain wajahnya yang mirip dengan mas Jafran sikapnya pun makin hari makin mirip dengan ayahnya. Anak itu memang tampan tapi usilnya Allahuakbar, sampai anak tetangga saja tak ada yang mau main dengan Faza, sebab selalu saja dibuat nangis. Padahal waktu bayi Faza ku ini anak paling kalem, imut, menggemaskan. Ah sudahlah tak ada gunanya aku membandingkan Faza bayi dan Faza balita.

"Nda au (bunda bau)" Faza mengendus baju kaosnya yang sudah kuyup oleh air aquarium.

"Iyalah bau, orang mainin ikan. Ayo mandi bentar ayah pulang, masa anaknya bau amis"

Hallo para readers masih ingat denganku Ammera Ramadhana Prawira yang kini sudah menjadi istri dan ibu dari dua laki-laki hebat hehehe.

Mungkin kalian tahu betul bagaimana lika-liku perjalanan kisah asmaraku dengan mas Jafran sampai lahirnya si kecil Faza. Dan kini Faza kecilku sudah beranjak jadi balita umurnya sudah aku sebutkan tadi yaitu dua tahun yang artinya rumah tanggaku dan mas Jafran pun sudah mencapai tiga tahun.

Yang semula hanya kertas putih kini sudah terisi dengan berbagai coretan dari berbagai tinta warna-warni. Dua tahun belakang ini pun, aku benar-benar menemukan kebahagiaanku dan kini aku sedang membangun kebahagian yang abdi dengan keluarga kecilku.

Mas Jafran apakah kalian rindu dengan sosoknya? Aku pun rindu dengannya, sudah hampir delapan bulan ini ia tak pulang karena mendapat tugas dan hari ini ia rencananya akan pulang. Semoga saja kejadian yang terdahulu tak terulang, aku cukup trauma dengan peristiwa itu.

Biar aku ceritakan sedikit tentang suamiku itu. Mas Jafran semenjak Faza lahir dia banyak berubah, sosoknya yang dingin kini menjadi hangat. Sikap tegasnya mungkin memang belum hilang wajarlah orang tentara kok, gak lucu dong kalau tentara lembek haha. Tapi ada lagi sifatnya yang tak berubah yaitu sikap jahil dan usilnya, bahkan sekarang kedua sikap menyebalkan itu turun kepada anaknya. Hikss... Sedih kalau ingat kenyataan itu.

Ia benar-benar menjadi seorang suami dan ayah yang baik untukku dan Faza. Ia bisa menjadi apa saja untuk kami, layaknya superhero ia selalu ada untuk kami. Meski tak dapat ku pungkiri kami sering kehilangannya karena ditinggal tugas, seperti sekarang sudah delapan bulan ia meninggalkan rumah dan penghuninya. Hanya handphonelah yang menjadi alat satu-satunya untuk kami berkomunikasi.

Selain kesibukan menjadi seorang ibu aku juga sekarang disibukkan dengan kegiatan Persit. Bulan kemarin aku resmi menyandang sebagai ibu ketua pleton menggantikan ibu ketua yang terdahulu sebab harus pindah tugas. Hikss.. pengen nangis sebab sampai saat ini aku masih awam tentang dunia Persit, padahal sudah dua tahun aku tinggal di asrama.

Ehh, ralat. Aku baru saja pindah kembali ke rumah dinasku yang baru bukan yang lama, setelah lahiran Faza aku dan mas Jafran pindah rumah ke rumah pribadi kami, tapi jaraknya cukup jauh dengan kesatuan, alhasil mas Jafran sering telat datang bekerja.

Untungnya danyon di kesatuanku saat ini adalah orang tuaku sendiri, beliau menyarankan kami untuk pindah kembali dan berakhir disini, dikomplek hijau pupus.

"Nda ayo nda"

"Sabar sayang, jangan lari-lari"

Saat ini aku dan Faza sudah sampai di lapangan batalyon, untuk menyambut kedatangan suamiku dan anggota lain yang sudah selesai bertugas.

"Nda ayah tuh nda"

"Bukan za, Itu om Rehan ayah belum datang"

"Faza kangen ayah hmm?"

"Ya om"

Ku ceritakan sedikit tentang Bang Rehan, laki-laki teman letting mas Jafran itu kini sudah menjadi single parents. Istri dan anaknya sudah tiada akibat kecelakaan satu tahun yang lalu, mobil yang dikendarai istri Bang  Rehan oleng dan menabrak pohon besar. Kini Bang Rehan tinggal dirumah ibu dan ayah menjadi caraka menggantikan yang terdahulu. Dan Faza menjadi teman baiknya Bang Rehan saat ini. Ya anak itu sering dibawa bang Rehan kemanapun Bang Rehan pergi.

Segerombolan tentara turun dari truk yang mereka tumpangi. Dari barisan terakhir terlihat suamiku dengan wajah cemong khas tentara yang baru saja pulang tugas, menggendong ransel besar sambil berjalan kearahku dan Faza.

"Waaaaa hantuuu..."

Faza teriak sambil berlari melarikan diri. Anak itu kebiasaan, saat ayahnya pulang dengan wajah cemong pasti akan lari ketakutan.

"Assalamu'alaikum mas"

"Waa'alaikumsallam sayang"

Sudah menjadi kebiasaanku jika mas Jafran pulang dinas, menyalami tangannya dan kami akan berpelukan melepas rindu. Sedangkan Faza, anak itu sekarang sedang dikejar-kejar oleh Bang Rehan.

"Faza!! Kemari peluk ayah" seru mas Jafran

"No no no! Ni ayah" ucapnya sambil menunjuk Bang Rehan.

Mata mas Jafran mendelik ke arahku. Dengan wajah cemongnya ia terlihat makin seram jika sedang mendelik melotot seperti ini.

"Kamu gak lupa selalu kasih liat wajahku sama Faza kan?"

"Ya enggalah"

"Kok bisa anak itu sampai lupa sama aku?"

"Ya mana aku tahu"

"Faza ini ayah, yang gendong Faza itu baby sister"

Pletak..

"Sangeunahna eta bacot (seenaknya kalau ngomong)"

"Bang Rehan! Jangan ngomong macam-macam depan Faza"

Aku cukup mewanti-wanti dengan ucapan orang-orang yang berada disekitar Faza, karena anak itu sekarang sudah belajar meniru apa yang dia lihat dan dia dengar. Buktikan saja pasti sebentar lagi pasti ia akan...

"Ayah cot ayah"

Kan baru saja aku ingin bilang ia akan mengulang apa yang dia dengar. Hadehhh... Tepuk jidat.

"Pulang yuk jangan sama om ean bau, mending sama ayah"

"Ayah lek, om au (ayah jelek, om bau)"

"Emang Faza ganteng, bau juga sama?"

"Endaaa ihh yah. Ata nda za ateng end angi ongg (engga ih ayah. Kata bunda Faza ganteng and wangi dong)"

Kami tertawa bersama. Sore ini dilapangan batalyon yang dihiasi langit senja aku kembali membuka lembaran baru ku. Menyimpan kisah lama yang sudah usang dan memulai kembali mencoret-coret kisah putih dengan tulisan dan gambaran yang mungkin akan sedikit lebih rapih dari yang sebelumnya.

TBC

Terima kasih sudah membaca maaf jika ada kesalahan kata² atau penyebutan istilah dalam penulisan karya. Salam hangat dari author ✌️

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang