❀ › back?

1.1K 148 5
                                    

If too many opportunities, too many wounds.

The Healer

Bel sekolah yang menandakan jam pulang sudah berbunyi. Rinai, Kalila, dan Bianna bergegas untuk pulang. "Pulang bareng kita gak, Nai?" tanya Bianna.

Rinai menggeleng.

"Terus lo pulang gimana? Mau bareng sama Jeano lagi? Pas pacaran aja dia gak mau apalagi pas udah putus." celetuk Kalila dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.

"Gaklah, La. Gila aja gue minta tebengan sama mantan. Lihat mukanya aja gue udah males." balas Rinai.

"Terus lo pulang sama siapa?" tanya Bianna memastikan.

"Sama Riki." jawab Rinai.

Kalila yang sedikit terkejut itu bertanya, "Riki yang tadi di kantin itu?"

Rinai mengangguk sebagai jawaban.

"Gue izinin deh lo sama dia. Tapi langsung pulang, jangan malah ngelayap kemana-mana." peringat Kalila.

"Iya, Kalila."

"Lo udah buat janji sama Riki?" tanya Bianna.

Rinai menggeleng. "Belum, ngapain juga buat janji. Emang dia direktur perusahaan?"

"Astaga, Rinai. Kalo dia sibuk sama organisasi Osisnya itu gimana? Lo 'kan tau sendiri kalo Riki itu anak Osis apalagi dia ketuanya." Bianna menepuk keningnya.

"Tenang aja, Na. Kalo cewek secantik gue yang minta pasti dia gak bakal nolak." canda Rinai sembari tertawa kecil.

"Terserah lo deh, Nai. Kalo gitu, gue sama Kalila pulang diluan, ya. Hati-hati lo." kata Bianna lalu langsung pergi beranjak darisana bersama Kalila meninggalkan Rinai sendirian.

Rinai keluar dari kelasnya itu. Namun, saat di koridor, hal yang tidak diharapkan oleh Rinai terjadi. Dia malah bertemu dengan Jeano dan parahnya ada Caseyna juga.

"Mau pulang, Nai?" tanya Jeano buka suara diluan.

Ya mau pulanglah masa gue nginep di sekolah. Emang gue penunggu? batin Rinai kesal.

"Ya." jawab Rinai singkat.

"Mau pul - " ucapan Caseyna yang dianggap sok akrab oleh Rinai itu dipotong olehnya.

"Udah, ya. Nafas lo bau banget. Gue buru-buru." sela Rinai cepat. Gadis itu terlalu malas untuk menanggapi kedua setan ini.

Selepas mengatakan kalimat tersebut, Rinai langsung berlari pelan menuju ruangan Osis. Untuk menemui Riki tentunya.

Jeano menghembuskan nafasnya, sudah pasti ini yang akan terjadi setelah mereka berdua putus. Menjadi asing.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

"Ngapain kesini, Nai?" tanya Riki yang baru saja keluar dari ruangan Osis dan langsung bertemu dengan Rinai yang berada di depan pintu ruangan Osis.

"Gue mau nebeng bareng lo. Anterin gue pulang, ya, Riki." pinta Rinai.

Riki memutar bola matanya jengah. "Harus banget lo nebeng bareng gue? Gak bisa bareng yang lain?"

Rinai menggeleng cepat sebagai jawaban. "Iya harus, gue harus nebeng bareng lo. Lo pokoknya harus anterin gue pulang." paksa Rinai.

"Cewek kayak lo ngerepotin orang aja kerjaannya. Kadang gue ngerasa nyesal kenal sama lo, Nai." ujar Riki sambil berjalan diluan menuju parkiran sedangkan Rinai mengikuti Riki di belakang.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

"Makasih, Riki." kata Rinai. Gadis itu turun dari motor Riki saat sudah sampai di depan rumahnya. Ketika di perjalanan, Rinai memberi tahu alamat rumahnya kepada lelaki yang sudah berjasa karna sudah sudi  mengantarkannya pulang ke rumah.

Riki berdehem. "Gue pamit. Sekali lagi jangan suka nyusahin orang."

"Gue gak nyusahin orang lain kok cuma lo doang." Rinai cengengesan.

"Berisik lo. Udah masuk sana, mataharinya panas nih."

"Iya, ntar gue masuk. Lo pergi diluan aja dulu."

Riki kemudian menancapkan kembali gas motornya dan mulai menjauh dari perkarangan rumah Rinai. Ketika punggung Riki tak terlihat lagi, Rinai langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Aku pulang!" teriak Rinai saat masuk ke dalam rumahnya.

Fanni yang sedang menonton televisi di ruang tamu itu langsung geleng-geleng melihat tingkah Rinai. "Jangan teriak-teriak, Rinai. Udah sana masuk kamar terus ganti baju. Makan siang kamu barusan udah Mama siapin." kata Fanni dan langsung dibalas anggukan oleh Rinai.

Gadis itu menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sesampai di kamarnya, gadis itu mencampakkan tas ranselnya ke kasurnya dan mulai mengganti bajunya dengan baju rumahan biasa.

Dia merebahkan tubuhnya di kasur empuknya. "Capek banget sekolah. Mau gak sekolah tapi nanti masa depan gue suram. Ini sekolah aja belum tentu masa depan gue cerah kayak layar handphone Mama." gumam gadis itu sambil menatap langit-langit kamarnya.

Merasa bosan, Rinai mengambil ponselnya dan ternyata ada beberapa notifikasi, termasuk pesan dari Jeano. Gadis yang merasa penasaran itu langsung membukanya tanpa ragu.

Jeano :
rinai, any chance to comeback to you for me?

Rinai berdecak. Tentu saja gadis itu paham dengan maksud pesan yang dikirimkan oleh Jeano ini.

Rinai :
minta balikan aja sok inggris
gayaan banget mantan
nyesel kan lo putus sama gue?
mampus.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑

happy wishes for our precious ni-ki 💟 !!
all best wishes for u <3 🤩

see u soon in next chap lovee 💌

The HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang