6. He is

315 46 6
                                    

AUTHOR POV

Sudah 3 hari, sejak rachel bertemu Kenzo di rumah Tasya. Ia merasa sahabatnya tau tentang Kenzo, namun sengaja menutupinya.

Panggilan, massager, maupun whatsapp dari sahabatnya tersebutpun tak di gubris.

Pertemuan di pesta, foto-foto yang tersebar, semuanya bersangkut paut. Rachel merasa di permainkan oleh sahabatnya itu.

Disekolah,

Rachel berjalan ingin masuk ke lingkungan sekolah. Dari jauh, tampak Tasya menunggu di depan gerbang. Rachel hanya memasang muka malas dan cueknya.

"Rachel...". Panggil tasya.

Rachel hanya diam.

"Hel tunggu, kamu kenapa sih? Chat aku, telpon aku, semua gak kamu balas. Kamu kenapa?". Tanya tasya.

"Maaf ya, aku gak mau di ganggu". Balas rachel cuek. Lalu meninggalkan tasya.

"Hel...rachel". Tasya hendak mengenal rachel, namun.

"Eut...eits....maaf sekolah kita gak terbuka buat orang asing".

Rita cs muncul.

"Aku mau ketemu rachel". Pungkasnya.

"Hei...hei...nona, rachel gak layak punya sahabat kaya kamu. Gue yakin, rachel udah sadar. Kalau dia gak seharusnya jd sahabat mata-mata kaya lo".

"Mata-mata? Maksud kalian apa sih?".

"Eiu...munafik, sana-sana. Jauhin rachel". Balas rita sambil mendorong tasya keluar dari gerbang sekolah mereka.

Tasya tampak sedih, ia berjalan meninggalkan sekolah sahabatnya tersebut.

Malam menjelang, rachel yang sibuk membolak-balik buku di salah satu rak sebuah toko buku, di kaget kan oleh dering telphonenya.

"Halo". Sapa rachel.

"Hel...ini gue rita, loe datang deh ke tempat arena boxing dekat sekolah. Andreas lagi tanding sama Kenzo. Anak Tunas bangsa".

"Hah...serius rit, kamu jangan ngada-ngada deh". Balas rachel.

"Sumpah, makanya loe datang". Balas rita.

"Iya...iya aku kesana".

Rachel segera meyudahi kesibukannya. Lalu segera pergi ketempat yang di katakan rita.

Rachel POV

Benar saja, sesampainya di tempat itu aku mendengar sorak sorai yang menyebutkan nama kenzo dan andreas.
Kepanikanku bertambah saat aku melihat Kenzo dan andreas sudah berlumur darah.

Sial, apa kedua bangsat itu akan berhenti setelah salah satu dari mereka mati!!!

"Kenzo, andreas stop".

Aku berusaha menghentikan mereka lewat teriakanku.

Mata Kenzo tertuju padaku, ia melihatku lalu tersenyum penuh arti. Padahal wajahnya sudah kebam dan terdapat darah di pelipis dan sudut bibirnya.

Brugh.....

Kenzo menerima pukulan dari andreah tepat di ulu hatinya, hingga ia terkapar.

Aku terkejut dan secara reflek menutup mulutku dengan kedua tanganku.

"Loe bakalan jadi pecundang bangsat".

Andreas tampak puas melihat Kenzo terkapar. Meski sebenarnya, luka yang ia dapat tak kalah parah dengan Kenzo.

Kenzo berusaha bangun sambil sesekali menatap kearahku sambil mengedipkan matanya.

"Apa laki-laki itu gila?".

PUNK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang