Adara keluar dari mobil tanpa menatap kearah Gio, ia sudah cukup kecewa dengan perilaku lelaki itu yang dengan mudahnya mengucapkan kata 'cerai'.
Gio mengikuti Adara dengan sedikit berlari, saat Adara menaiki undakkan tangga Gio hanya menatap punggung itu dengan perasaan bersalah. Gio mengusap wajahnya frustasi.
Adara berjalan dengan pelan tapi pasti mengingat ia sedang hamil. Adara ingin kekamar lama mereka yang berada dilantai dua, menikmati pemandangan dibalkon untuk menenangkan diri sendiri.
Ingatkan Gio untuk menjahit mulutnya sendiri jika Adara tidak memaafkannya.
Gio mengambil posisi untuk duduk di sofa ruang keluarga, kepalanya menunduk serta kedua tangannya menggumpal menjadi satu.
"Boss, ada yang bisa saya bantu?" ucap bi Ina. Gio menyandarkan punggungnya di sofa, matanya menatap langit-langit dinding dengan pikiran berkecamuk.
"Bi, apa yang bakalan bibi lakuin jika suami bibi bilang cerai?" tanya Gio tanpa melihat kearah bi Ina, lelaki itu masih fokus menatap dinding, menghitung tiap detik jarum jam yang terus berjalan.
Bi Ina awalnya terkejut, ia ingin menanyakan lebih lanjut. Namun bi Ina cukup tahu diri siapa statusnya dirumah ini.
"Bibi bakalan kecewa tuan, mungkin bisa diibaratkan bibi akan berada di fase paling rendah didalam kehidupan," ucap bi Ina membuat tubuh Gio menegang.
"Terus bi?"
"Bibi bakalan nurutin kemauan suami bibi jika ia meminta cerai. Karena bibi sudah berusaha mempertahankan, tetapi jika berujung perpisahan bibi akan belajar mengikhlaskan."
Tertusuk! Hati Gio mencelos begitu saja mendengar penuturan itu. Gio siap kehilangan Adara? Itu tidak akan pernah terjadi. Demi tuhan Gio tidak bermaksud untuk menuntut pisah pada wanita itu.
"Makasih, Bi." Gio beranjak dengan sedikit berlari menaiki undakkan tangga.
Saking buru-burunya pria itu bahkan menaikki dua anak tangga sekaligus untuk mempersingkat waktu.
Ceklek. Pintu terbuka, Gio menahan nafas sejenak ketika melihat istrinya yang terduduk di sofa dengan pandangan kosong menatap kaca besar yang langsung di suguhkan pemandangan bangunan tinggi.
Gio mulai mengikis jarak dengan tubuh yang mulai lesu jika permintaan maafnya tidak diterima.
"Babe...."
Wanita itu tak merespon, Adara masih setia dengan pandangan yang kosong meskipun ia mendengar suara Gio dari arah belakang.
"Babe, aku minta maaf." Nada Gio terdengar lirih membuat hati Adara semakin sakit mendengarnya.
Gio menghela nafas saat tak mendengar sahutan apa pun dari sang istri, ia berjalan mendekat dan mengambil posisi duduk tepat di sebelah Adara.
Tangan Gio terulur meraih tangan mungil milik Adara, namun Adara justru menepis kuat.
"Maaf," kata Gio lagi. Ia harus berbuat apa agar Adara memaafkannya?
"Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!" cetus Ara yang kini menatap Gio tajam.
Tubuh Gio menengang, ia menggeleng kecil. "Aku nggak mau mati."
Adara bersedekap dada, "Kenapa? Itu prinsip kamu kok. Bertahun-tahun kamu menggunakan prinsip itu, right? Lalu kenapa prinsip itu tidak berlaku untukmu?" desisnya merasa muak. Ia kembali membuang wajah agar tidak menatap Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
しぬ SHINU (COMPLETED)
Tajemnica / Thriller❝Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!❞ Semua orang mengenalnya sebagai monster pembunuh. Namun bagiku, dia adalah sosok pelindung. Manusia pencabut nyawa itu terperangkap dalam prinsipnya sendiri. Akankan Adara dapat menaklukkan monster te...