Musim Gugur
"Hai pria mungil, aku memberimu teman. Bermainlah dengannya."
*
Mengintip dari balik pohon ceri berbunga merah muda, Xiao Zhan melihat seorang pria berdiri dalam diam menatap langit-langit di tengah hamparan kelopak bunga yang berguguran. Tak ada satupun kata yang mampu mendeskripsikan ekspresinya. Tak bahagia, tak juga sedih. Tidak larut dalam pikiran, tidak juga bisa dibilang hidup dalam kehampaan.
Postur tubuhnya sendiri sangat indah. Xiao Zhan dapat merasakan sang pencipta membuatnya penuh cinta.
Seandainya saja diberi pakaian yang layak, pria memesona tersebut pasti sempurna. Warna jubah putih tradisional Cina yang ia kenakan saat ini berubah kekuningan. Jika diperhatikan lebih teliti, Xiao Zhan bisa melihat koyakan kain di sana-sini. Semoga saja itu hanya karena termakan usia dan bukannya robek karena suatu kecelakaan.
Meski pria tampan itu seakan tidak ingin diganggu, cepat atau lambat mereka harus bertukar sapa. Mereka akan tinggal bersama mulai sekarang.
Dengan tarikan napas panjang, Xiao Zhan keluar dari persembunyian dan mendekat. Berdiri di sampingnya, Xiao Zhan menyapa lembut dengan, "hai," dan senyuman.
Pria tersebut memalingkan wajahnya perlahan dan Xiao Zhan terpana dibuatnya. Dilihat dari dekat, ia bagaikan malaikat! Kulit pucatnya yang dihiasi rona merah di pipi membuatnya terlihat menggemaskan. Bibir penuhnya yang lembab dan lembut membuatnya semakin elok. Matanya yang menerawang kejauhan dengan pupil berwarna coklat transparan membuatnya seperti makhluk termurni yang pernah ada.
"Mereka memanggilmu siapa? Namaku Xiao Zhan," tanyanya penuh semangat.
Pria tersebut tidak menjawab. Ia kembali mendongak melanjutkan aktivitasnya yang entah apa setelah puas mengamati Xiao Zhan lekat-lekat selagi memperkenalkan diri.
Xiao Zhan kemudian berjalan ke arah jembatan kecil di atas sungai dan bersandar di pagar kayunya. "Sudah berapa lama kau tinggal? Ini tempat yang indah. Sepertinya aku akan betah." Taman luas dengan pohon ceri abadi dan sungai yang mengalir ke kolam kecil, sungguh tidak ada yang lebih sempurna dari ini.
Pria berwajah malaikat masih tidak merespon sedikitpun saat diajak bicara, namun Xiao Zhan tak berhenti mengutarakan pikirannya. "Aku jadi tidak sabar mendengar lagu apa yang diputar. Biasanya musik klasik: Salut d'Amour; Canon; Fur Elise, tapi tidakkah itu membosankan? Tidak ada bedanya dengan tempat lain. Aku harap mereka memberi kita musik rok atau setidaknya pop." Membayangkannya saja sudah membuat mata Xiao Zhan berbinar.
Dan seakan mengetahui isi pikiran Xiao Zhan, musik benar-benar langsung berkumandang saat itu juga.
"OH!! Kau dengar itu? Mereka menyalakan musiknya."
Lagu yang diputar bukan musik klasik. Entah jenis lagu apa, Xiao Zhan tidak pernah mendengarnya sebelumnya. Ia menutup matanya untuk menghayati makna tersirat yang ditinggalkan sang maestro saat menciptakannya.
Musik yang lembut. Penuh kesedihan masalalu yang kini mungkin sudah terbalaskan dengan kebahagiaan dari sebuah pertemuan. Yang tersisa hanyalah kenangan hangat.
"Lagu indah ini harusnya diiringi oleh sebuah tarian." Xiao Zhan membuka matanya penasaran apa kebiasaan sang penghuni taman sebelumnya setiap musik diputar.
Anehnya, pria itu tetap saja tidak bergerak.
"Eh, kau tidak memberi pertunjukan? Hmm, baiklah kalau begitu, aku saja yang menari." Xiao Zhan beranjak dari jembatan dan mulai menggerakkan tubuhnya dengan gemulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Musik (ZhanYi)
Fanfiction2 makhluk mungil berbagi ruang kesunyian. Alunan melodi yang mendekatkan, namun eksistensi yang berbeda tetap tak mungkin disatukan. Yang hidup menjadi mati dan yang mati menjadi hidup. Cintanya pada Wang YiBo akan selalu Xiao Zhan kenang hingga ia...