"Mama, Echa pengen nginep di rumahnya Aldi, boleh yaa?" Echa bergelayut manja di tangan ibunya. Sora dan Farah terkekeh melihat aksi manja Echa.
"Kan besok kamu sekolah" kata Sora lembut. Echa mengerucutkan bibirnya. "Echa bisa pergi sama Aldi, Aldi mau kan boncengin Echa, masa sama sepupu sendiri pelit" kata Echa. Sora hanya mengangguk menyetujui.
"Yaudah, nanti mama suruh anak buah papa kamu buat nganterin baju sama keperluan sekolah kamu besok" kata Sora. Echa mengangguk semangat dan berjalan ke kamar Aldi.
"Woy, ngapain lo ke kamar gue?" Teriak Aldi dari bawah. Echa menoleh dan mengangkat bahunya tak perduli. Aldi segera menyusul Echa yang sudah berjalan duluan darinya.
"Gue tidur sama lo ya, lo di sofa, dan gue tidur di kasur lo, ya Al" kata Echa penuh harap. Aldi langsung menatao Echa kesal. "Gak, lo di kamar tamu aja" kata Aldi ketus.
Echa langsung menggeleng dan melompat ke kasur Aldi. "Gak mau, Echa mau di kamarnya Aldi!" Gadis itu memeluk erat guling milik Aldi.
"Yaudah, gue yang di kamar tamu, lo disini" kata Aldi dan hendak berjalan keluar kamar.
"Al, Echa tuh takut sendirian tauu" Echa duduk dengan memeluk guling Aldi. Aldi menghela nafas dan mendekati Echa, Aldi memeluk hangat sepupunya itu.
"Yaudah, gue di sofa lo disini" kata Aldi seraya memeluk Echa erat. Dari sini sudah terlihat jika Aldi sangat menyayangi Echa.
"Al" Aldi hanya berdehem.
"Gue pengen curhat" Aldi menoleh dan menatap Echa serius.
"Tama?" Tanya Aldi. Echa mengangguk. Aldi menggeser posisi duduknya menghadap Echa. Laki-laki itu dengan seksama mendengar cerita gadis di depannya ini.
"Gue sebenernya juga bingung Cha, disisi lain gue pengen Tama berjuang buat lo, tapi posisi kita itu yang bikin rumit" kata Aldi sambil menatap Echa dengan tatapan sendu.
"Maaf ya Al, gue bikin lo sering berantem sama Tama, kalo gitu kita ngaku aja siapa kita sebenernya" kata Echa menatap Aldi serius. Aldi menggeleng pelan.
"Gak, lo juga punya misi buat nemuin sahabat yang nerima lo apa adanya Cha, gue pengen lo punya sahabat yang baik, sama kayak gue yang punya Tama dan yang lain" ujar Aldi. Echa menunduk membenarkan apa yang Aldi katakan. Kedua remaja itu larut dalam cerita sampai Echa sudah terlelap di pangkuan Aldi.
Aldi perlahan membaringkan gadis itu di atas kasurnya, lalu ia berjalan menuju sofa dan merebahkan tubuhnya sambil memikirkan bagaimana solusi antara dia dan Tama.
***
"Pake mobil apa motor Cha!?" Teriak Aldi dari teras rumah. Echa bergegas berlari dengan roti di genggamannya."Motor aja yuk" kata Echa sambil menikmati rotinya. Aldi mengangguk dan berjalan ke garasi untuk mengambil motornya.
"Naik neng!" Kata Aldi sambil menyodorkan helm satunya lagi kepada Echa. Gadis itu dengan senang hati menerima helm tersebut. Echa pun langsung naik ke atas motor sport milik Aldi. Tanpa menunggu lama, Aldi langsung melesat menuju sekolah mereka.
Saat sampai di sekolah, Aldi dan Echa menjadi pusat perhatian murid di sana. Siapa yang tidak terkejut, melihat seorang Aldi, laki-laki yang tampan dan ramah itu membonceng seorang gadis, bahkan anak beasiswa.
Ih suami gue kok boncengin cewek lain.
Apaan suami lo, suami gue kali.
Jelek gitu kok direbutin, gantengan juga gue!.
Halah, lo mah saudara nya kuda nil!.
Iya, lo mah kalah jauh dari Aldi.
Banyai bisikan dari anak-anak yang lain. Echa dan Aldi hanya memasang muka datar tak perduli. Toh, mereka tidak pacaran. Kedua remaja itu pun berjalan menelusuri koridor sambil sesekali tertawa.
"Aldii sayang!! Oh Aldiii!!" Laki-laki berbadan tegap berlari menghampiri Aldi dan Echa. Echa menatap Arel ngeri, begitupun dengan Aldi. Laki-laki itu langsun memeluk Aldi erat.
"Ih Rel, jijik tauu!" Aldi berusaha melepas pelukan dari Arel. Arel pun melepaskan pelukannya dan menatap Aldi sambil berbinar.
"Lo jadian ya sama Echa? Pj donggg" Arel menyikut lengan Aldi. "Gak, enak aja" kata Aldi ketus. Sebuah lengan kekar tiba-tiba merangkul Aldi dari samping.
"Udah ngaku aja Al" Tama tersenyum lebar. Aldi langsung tlerdiam bingung harus berbuat apa. "Serius deh, gue gak pacaran sama ChaCha" kata Aldi serius. Tama hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Arel.
"Nih, bawain tas gue!" Tama melempar tas nya kepada Echa. Gadis itu mendesis kesal. "Yang gue juga ya" kata Arel.
Echa mengangguk dan berjalan menuju kelas Tama."Tama, tas lo kebanyakan dosa kayaknya, berat tauuu!" Teriak Echa sambil terkekeh. Tama menggeram dan menghampiri gadis itu.
"Lo bilang apa barusan?" Tanya Tama sambil menatap Echa kesal. "Tas lo kebanyakan dosa, berat banget nih! Ganteng-ganteng kok budeg!" Kata Echa sambil memutar bola matanya.
Tama mendesis kesal dan menarik gadis itu paksa ke dalam kelasnya. Echa hanya menurut,malas berdebat dengan Tama.
"Bersihin meja gue sampai glowing kayak yang punya!" Kata Tama pede. Echa membulatkan matanya tak percaya apa yang Tama katakan barusan.
"Ih apaan! Enak aja nyuruh-nyuruh gue! Lo kira gue babu lo apa? Enak banget lo nyuruh gue!" Kata Echa kesal. Tama menaik turunkan dadanya sambil mengatur emosi.
"Kan lo emang babu gueee!!" Teriak Tama di telinga Echa, membuat gadis itu menutup telinganya.
"Iya iyaa!! Gue lupa sorry!" Echa menunjukkan jarinya membentuk peace. Tama mendengus dan kembali mengode Echa dengan dagu nya untuk membersihkan meja.
Echa langsung mengangguk dan mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Gadis itu mulai membersihkan meja Tama dengan telaten.
"Nih!! Udah glowing kayak muka lo" kata Echa sambil melempar sapu tangannya di atas meja. Gadis itu langsung keluar kelas sambil menghentakkan kakinya karena kesal.
Tama hanya terkekeh melihat gadis itu kesal.
"Hai sayang!" Arel menoel dagu Echa membuat gadis itu membulatkan matanya.
"Eh ampun neng, gak sengaja" kata Arel sambil nyengir. Echa hanya memutar bola matanya malas.
"Kenapa lo?" Tanya Rama. Echa hanya menggeleng dan berjalan melewati empat laki-laki itu.
"Pms kali" celetuk Azka. Aldi menatap teman nya yang satu itu tajam. Yang di tatap hanya langsung menunduk dan ngacir ke dalam kelas.
***
Ayla menatap gadis di sampingnya bingung. Sedari tadi gadis itu tetap cemberut tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun."Kenapa Cha?" Tanya Ayla. Gadis itu menoleh dan hanya mengedikkan bahunya tak perduli.
"Tama ya?" Echa terdiam beberapa saat dan langsung menghadap Ayla. "Masa sih Ay, gue disuruh ngelap meja nya dia, udah syukur gue mau traktir mereka makan tiap hari, gak bersyukur banget jadi orang" Echa mengeluarkan unek-uneknya kepada Ayla.
Ayla mengangguk paham apa yang Echa rasakan. Ayla menepuk pundak Echa berusaha menenangkan gadis itu.
"Sabar ya, cobaan atuh" kata Ayla sambil terkekeh. Echa yang mendengar suara yang di buat-buat oleh Ayla hanya memutar bola matanya malas.
Pelajaran bu Veli membuat Echa bosan. Gadis itu mengetuk-ngetuk bolpoin nya ke meja. Setelah beberapa lama terjebak dalam fase yang membosankan, akhirnya bel istirahat membuat Echa menegakkan badannya semangat.
"Yeyy istirahat yuhuui!! Alhamdulillah" pekik gadis itu kegirangan. Seluruh pasang mata di kelas itu melongo menatap Echa. Bu veli sempat terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya wanita itu pamit keluar kelas.
"Gue duluan ya Ay, profesi sebagai babu gue udah mode on" kata Echa ketus. Ayla sempat tertawa pelan, lalu kemudian gadis kacamatan itu mendekat dan menepuk pundak Echa pelan.
"Selamat berkerja babu cantik" Ayla tertawa lalu pergi keluar kelas meninggalkan Echa yang sudah menatap kepergian Ayla dengan kening berkerut.
****
Hay, sorry ya kelamaan update:(
Lagi banyak urusan soalnya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.
Teen FictionFitnah itu, pembunuhan dan trauma yang mendalam. Bagaimana rasanya menjadi tersangka pembunuh padahal kau tidak melakukan apa-apa, trauma yang membekas dari masa lalu kelam yang kian menyiksa. Gadis itu, tersiksa mental sebelum waktunya. Batin dis...