Malam ini Devan mengajak Risa keacara ulang tahun perusahaannya. Risa datang keacara ini bukan untuk mendampingi Devan yang sekaligus menjadi suaminya. Ia datang kesini untuk menjadi pelayan yang mengantarkan minuman pada tamu yang sudah datang keacara ini. Kedua orang tua Devan pun ikut datang, sedangkan orang tua Risa sama sekali tidak diundang. Sungguh kejam Devan pada istrinya sendiri.
Risa tidak berani menatap para tamu, dalam hati ia sangat malu karena suaminya sendiri memperlakukannya seperti pembantu. "Eh emang benar ya kalau pak Devan mau kenalin calon istrinya yang baru?" Tanya salah satu tamu yang hadir.
Risa yang mendengarnya hanya menahan perih dihatinya. Gak ada yang lebih menyakitkan setelah mendengar kabar kalau suaminya akan mengenalkan calon istrinya yang baru.
"Katanya sih gitu, tapi gue kasihan aja sama istri pertamanya yang rela diduain."
Buru-buru Risa memberikan minuman pada tamu yang masih menunggu minuman tersebut datang. Tiba saatnya ia tersentak kaget saat tahu kalau ia tidak sengaja menumpahkan minuman kearah salah satu tamu yang baru saja datang. Pakaiannya jadi terkena noda dan menjadi kotor membuat seisi ruangan memandang Risa.
"Maaf... saya gak sengaja menumpahkan minuman ke baju anda. Saya bersihkan, ya." Risa langsung membersihkannya dengan tisu kering. Perempuan itu menepis tangan Risa. "Elo gak punya mata atau gimana? Gara-gara lo baju gue jadi kotor tahu gak! Elo jadi pelayan gak usah belagu. Gara gara lo gue gak bisa temanin calon suami gue diacara ini."
JLEB
Tangan Risa menjadi kaku saat digerakan. Apa wanita ini yang akan menjadi istrinya Devan?
Risa akui kalau wanita yang sedang berada dihadapannya itu memang cantik. Lebih cantik dari pada dirinya. Perlahan Devan menghampiri keributan yang sedang terjadi. "Ada apa ini?" Devan melihat pakaian Sella menjadi kotor. Membuat Risa meringis kesakitan saat Devan menjambak rambutnya. "Sakit, mas." Banyak obrolan yang membuat seluruh tamu berbisik.***
Devan membawa Risa kearah toilet. Setelah sampai didepan toilet, ia memukul Risa tanpa rasa ampun. Yang dilakukan Risa hanya menangis. Walau sebenarnya rasa sakitnya menjadi bertambah dengan luka yang baru lagi. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang baru saja keluar dari toilet sambil memandang mereka berdua yang sedang bertengkar.
"Aku bawa kamu kesini bukan untuk mencari masalah. Asal kamu tahu, wanita yang kamu tumpahkan minuman ke bajunya itu calon istri aku. Kalau mama sampai tahu perbuatan kamu, aku gak bisa menjamin pernikahan ini bertahan lama. Gak dirumah, gak disini sama-sama gak berguna!" Devan menendang kaki Risa.
Saat Devan ingin menampar Risa, tiba-tiba ada tangan yang mencegahnya untuk memukul istrinya yang sudah membuatnya malu dan kesal. "Jangan pernah sakitin wanita. Gak seharusnya anda berperilaku kasar seperti ini." Devan menepis tangan laki-laki tersebut. Ia sempat kaget melihat siapa laki-laki yang sedang ada dihadapannya, tak lama kemudian ia memilih untuk pergi. Ia malas berdebat dengan laki-laki yang baru saja menolong istrinya.
Laki-laki tersebut berjongkok dihadapan Risa. Wanita itu sedang menunduk sambil terisak. Perlahan laki-laki tersebut membetulkan rambut Risa dan memegang dagu Risa agar bisa menatap matanya.
Pemandangan yang tidak seharusnya ia lihat didepan matanya sendiri. laki-laki itu bisa merasakan sakit yang selama ini wanita itu rasakan. Risa melihat siapa laki-laki yang sudah baik untuk menolongnya, seketika ia terkejut. "Kak geri?"
Geri duduk dilantai yang tepat disamping Risa. "Apa ini yang kamu rasakan disaat aku lagi gak ada disampingmu?" Geri memegang perban yang berada ditangan kiri Risa. "Ini salahku, Kak. Seharusnya aku gak melakukan kesalahan dengan menumpahkan minuman itu pada tamu. Jadi wajar kalau Devan marah sama aku."
"Kamu masih mau bela laki-laki yang gak tahu diri itu? Aku masih gak nyangka sama kelakuan suami kamu yang gak tahu diuntung itu. Sekarang kamu harus jujur sama aku kalau luka ini semua ulah suami kamu, kan?" Risa membisu.
"Tanpa kamu jawab, aku paham. Kamu rela disakitin seperti ini? Aku gak bisa lihat kamu seperti ini. Kedua orang tuamu pasti belum tahu kan setelah apa yang Devan lakukan padamu?" Risa menggeleng. "Orang tuaku sama sekali gak tahu tentang ini semua. Aku gak mau buat mereka jadi khawatir." Geri menjambak rambut frustasi.
"Kak geri kenapa bisa ada disini?" Risa berusaha mengalihkan pembicaraannya. "Aku disuruh sama atasanku untuk menghadiri acara ulang tahun perusahaan Devan."
"Kamu sekarang bekerja dimalang?"
"Aku lagi ditugaskan untuk dimalang sudah 3 bulan yang lalu. Semenjak pertemuan kita ditoko buku membuat aku yakin kalau kamu memang benar-benar bahagia. Aku senang kalau kamu sudah menemukan pendamping hidupmu, mungkin aku pikir laki-laki bodoh sepertiku gak akan pernah bisa memberikan kesempatan untuk memilikimu. Tapi setelah melihat perlakuan Devan sama kamu tadi buat aku pikir-pikir lagi untuk merebut kamu darinya."
"Gimana kabar orangtuamu dijakarta?" Tanya Risa.
"Baik. Kamu mau aku anter pulang?"
Risa menggeleng cepat. "Jangan nanti yang ada Devan marah sama aku lagi."
"Apa Devan selalu bersikap kasar sama kamu?" Risa mengedikan bahu acuh. "Sebelumnya dia itu baik banget sama aku, tapi kebaikan itu gak bertahan lama. Hingga akhirnya Devan menjadi lebih kasar sama aku karena kekuranganku sendiri."
"Kekuranganmu? Maksudmu apa?"
"Aku masih belum bisa memberikan anak untuk Devan. Orang tuanya selalu menuntut untuk segera memberikan seorang cucu. Tapi selama satu tahun pernikahan ini aku masih belum bisa dikasih kepercayaan." Akhirnya Risa menangis didekapan Geri. "Aku tahu kamu pasti lelah sama ini semua. Kamu berhak buat bahagia setelah apa yang sudah kamu lakukan."
"Aku gak tahu jalan apa lagi yang harus aku lewati nantinya. Aku gak mau diduain, tapi apa boleh buat kalau aku masih belum bisa memberikan anak."
Geri memegang bahu Risa. "Asal kamu tahu, di setiap menjalani hubungan gak harus tentang keturunan. Mungkin kalian memang belum dipercayai. Kamu harus sabar, dan kamu harus yakin kalau kamu akan menjadi seorang ibu. Mungkin bukan sekarang, tapi nanti kalau sudah tepat waktunya. Kalau dia benar-benar mencintaimu, seharusnya dia gak berbuat kasar sama kamu. Gak seharusnya dia mempermalukan dirimu sendiri didepan banyak orang seperti tadi. Cinta emang buta, tapi kalau sudah berbuat kasar itu namanya bukan cinta lagi."
Risa menunduk sambil terisak. Geri menghapus air mata yang berada dipipinya. "Udah berapa banyak air mata yang kamu keluarkan karena Devan? Sekarang kamu gak akan sendirian, ada aku disini. Orang pertama yang akan bela kamu disaat kamu dikasari oleh suamimu sendiri."
"Kak maaf soal kepergianku beberapa tahun yang lalu. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu khawatir, Kak. Aku tahu kalau aku salah, seharusnya tidak pergi begitu saja. Tapi kak, aku ngelakuin ini semua karena memang mau melupakanmu. Mungkin cintamu bukan untukku, lebih baik aku yang mengalah, melanjutkan kehidupan selanjutnya. Karena aku gak mungkin berhenti dikamu aja. Aku perlu melanjutkan hidupku selanjutnya."
"Aku yang terlalu pengecut untuk sekedar jujur sama diriku sendiri. Aku pantas mendapatkan ini semua. Tapi asal kamu tahu, barang sedetik pun wajahmu tidak pernah absen didalam pikiranku. Sekarang aku tahu, apa yang harus aku lakukan. Aku tahu pertemuan kita ini gak mungkin gak disengaja, tapi ini udah jalannya kalau kita memang harus bersatu."
"Kamu belum menikah sampai sekarang?" Tanya Risa.
Geri tersenyum sambil menggeleng. Lagi-lagi pertanyaan ini yang harus ia jawab yang membuat dirinya jengah. "Belum. Tapi sekarang aku mau menikah sama orang yang sedang berada dihadapanku."
"Itu gak akan pernah terjadi, Kak."
"Gak ada yang gak mungkin, Ris. Sekarang aku yang akan antar kamu kerumah. Aku yakin pasti kamu butuh istirahat." Risa mau menolak pun tidak bisa. Ia menghargai Geri yang sudah mau mengantarkannya kerumah.
***
Tolong hargai dengan memberikan vote dan comment ^_^
Happy reading♡
KAMU SEDANG MEMBACA
GERISA [END]
Fiksi RemajaNote: Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan. Cerita ini belum di revisi. "akan ada saatnya aku pergi." mencintai dan mengagumimu selama 2 tahun.sungguh,tidak mudah.itu semua karna dirimu aku bertahan. hatinya sangat sulit ditaklukkan.ia...