Twenty-one

76 22 20
                                    

"Rey, ibu dan Paman berangkat dulu, yah."

Tidak ada jawaban.

"Ibu sudah sediakan beberapa makanan untuk dua minggu kedepan."

Masih belum ada jawaban.

"Han." Wants it memandang saudaranya cease.

"Iya, kak?"

"Sampai kapan dia seperti ini? Kita sudah harus berangkat hari ini."

"Gadis itu, semua karena gadis itu. Tapi tenang saja, Rey tidak akan terpuruk selama itu."

"Bagaimana kau yakin?"

"Dia memiliki teman dekat di kampus, itu pasti akan membantu."

Han seok dan Lia pun bersiap untuk berangkat. Wanita itu mengecup pipi Rey yang masih membelakangi dirinya.

"Ibu pergi, tolong jangan seperti ini," bisiknya.

Posisi Rey masih sama hingga Paman dan ibunya berangkat menuju bandara.

Lelaki itu bangkit dari tempat tidurnya lalu melangkah ke arah jendela. Dengan raut wajahnya yang terlihat lesu, dibukanya daun jendela di hadapannya itu.

_________
___
Tetangga! Tetanggaaa!

Ooii Rey! Apa kau sudah tidur?

Rey!!
___
_________

Seketika ia mengingat penghuni cerewet yang selalu muncul di jendela tepat di hadapannya itu. Wajah ceria dan pekikan khasnya yang mengganggunya kini telah hilang.

Sempat terpikirkan olehnya, kemana lelaki itu membawa Juni? Namun ia berusaha melawan pikirannya yang terus menerus mengarah ke gadis itu.

"Apa aku berlebihan?" tanya Rey pada dirinya sendiri.

Di pandangnya kaki kirinya yang pincang. Raut wajahnya yang tadinya murung seketika menghilang.

"Tidak, tindakanku benar. Tidak ada yang mau menerima keadaan seperti ini. Semuanya tidak akan seperti ini kalau bukan karena dia." Rey kembali menyalahkan gadis yang mencintainya dan juga ia cintai.

Dret! Dret!

📨
[Angel]
Ayo ketemuan!
Sekalian aku mau
memperlihatkanmu
hasil pemotretan majalah kita.

[Rey]
Dimana?

[Angel]
Kafe dekat kampus

_________________

Rey menghela nafas, berharap kali ini ia bisa melupakan masalahnya yang berhubungan dengan Juni.

Tanpa berlama-lama, ia mengambil hoodie berwarna putih yang tergantung dibalik pintu kamarnya, lalu pergi.
.
.
.

📍Cafe

Rey menghampiri meja nomor 11 tempat dimana Angel duduk. Gadis itu cantik seperti biasanya, sangat stylis.

Angel mengernyitkan keningnya saat melihat ekspresi Rey yang seolah terbungkus permanen oleh kesedihan. Gadis itu berdecik kesal kemudian memulai pembicaraan.

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang