Setibanya di hotel, Jennie menarik Rosé menuju kolam renang. Mengabaikan pertanyaan-pertanyaan Rosé, kenapa menariknya menjauh."Kita duduk di sini," kata Jennie yang duduk di salah satu bangku santai.
"Lo kenapa, Jen? Mau cerita soal Jeno? Ada masalah apa?" tanya Rosé.
Jennie menggeleng. "Ini bukan tenteng hubungan gue. Tetapi, ini semua tentang lo, Rosé."
Rosé tersentak kaget. "Gue? Kenapa sama gue?"
Jennie ngebuang napasnya dan menarik napas kembali. Menenangkan pikiran sebelum berbicara dengan sahabatnya.
"Bukan lo yang kenapa. Tapi perasaan lo yang kenapa."
"Gue mau tahu. Selama beberapa hari ini, apa ada perlakuan Jaemin yang ngebuat lo nyaman sama dia? Jujur sama gue."
Jennie dapat melihat perubahan wajah Rosé. Ia yakin, sahabatnya pasti terkejut, karena pertanyaan darinya.
"Lo kok ngomong gitu?" tanya Rosé.
"Jujur aja sama gue. Jangan takut sama perasaan lo sendiri. Kalau lo terus takut, lo enggak bisa maju Rosé. Lo bakal diam selamanya dengan perasaan yang lo takutin itu."
Jennie menghela napasnya berat. "Selama gue kenal Jeno, selama itu juga gue kenal Jaemin. Dia selalu ngikutin kemana pun gue sama Jeno pergi."
"Jaemin itu anaknya baik. Dia enggak pernah sekalipun godain cewek manapun. Dia enggak pernah pacaran seumur hidupnya. Karena, dalam hidupnya hanya ada kata belajar, Rosé."
"Walaupum dia suka ngegas, bawel dan bahasanya kasar. Tapi, dia anaknya baik, kok."
Rosé terdiam. Meremat tangannya sendiri.
"Gue takut, Jen. Gue takut untuk percaya lagi. Lo tahu sendiri Eunwoo selingkuhin gue sampai 7 cewek. Dan siapa tahu masih ada lagi diuar sana."
Jennie mengangguk mengerti. "Gue ngerti Rosé. Dan gue yakin, Jaemin sama Eunwoo itu berbeda. Percaya sama gue."
"Gue masih takut, Jen. Takut enggak bisa jadi pacar yang sempurna buat dia. Lo tahu dia anak kedokteran, pewaris Rumah Sakit Na. Sedangkan gue? Hanya anak pengacara."
Jennie menggeleng. Duduk berjongkok di depan sang sahabat. Menggenggam tangan Rosé untuk memberinya semangat dan keyakinan, kalau dia bisa.
"Percaya sama gue. Jaemin enggak akan kayak gitu. Dan lo satu-satunya cewek yang dia peduliin selain Nyokapnya, Rosé. Cuman lo, enggak ada yang lain."
Rosé mengangkat kepalanya. Menatap dua manik hitam Jennie.
"Jeno yang cerita sama gue. Dia bilang kayak gitu."
"Dan gue mohon banget sama lo, Rosé. Buka hati lo untuk Jaemin. Untuk yang terakhir kalinya."
"Kalau Jaemin nyakitin lo, lo boleh benci sama gue selamanya. Pegang kata-kata gue."
"Lo boleh maki gue. Lo boleh mukul gue. Terserah apapun yang mau lo lakuin, kalau Jaemin ngecewain lo."
"Jen."
Jennie tersenyum. "Gue belom selesai bicara, Rosé."
"Gue mohon banget sama lo, Rosé. Pikirin kata-kata gue."
"Saat Jaemin mendekat, terima dia sebagaimana mestinya. Enggak apa-apa, kalau misal kalian hanya berteman."
"Tapi, gue yakin. Jaemin bakal bisa memperbaiki hati lo yang sudah berkeping-keping. Walaupun itu enggak akan sempurna seperti awalnya."
Jennie menatap manik mata Rosé.
"Kalau lo enggak percaya. Cari kesungguhan Jaemin dengan melihat kedua matanya. Tatap matanya dan cari tahu apa dia berbohong atau enggak. Karena mata, enggak akan pernah berbohong, Rosé."
"Lo coba, ya, Rosé."
Rosé mengangguk pelan. "Baiklah. Gue akan coba sebisa gue."
Jennie tersenyum. Mengulurkan tangannya. "Yuk ke kamar. Hari ini kita akan lihat sunset. Dan jangan merasa canggung dengan Jaemin di kamar, ya. Biasa aja."
***
June 15th, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku & Kamu (Jaemin Rosé) - Book 1 ✔
FanficAku & Kamu Book 1: Salah Sambung Berawal dari salah nomor, Rosé dan Jaemin terjebak dalam rencana Jennie dan Jeno untuk menjodohkan mereka berdua. Kesan buruk bagi keduanya membuat Jaemin dan Rosé tidak ingin saling berhubungan untuk kedua kalinya d...