•ɛıŋʂ

781 152 433
                                    

Happy Reading-!






Suasana sekolah SM High School hari ini terlihat seperti biasanya. Ramai, berisik, tapi tetap elit. Sekolah yang dikepalai dengan bapak Sooman ini, sudah menjadi sekolah go internasional di Jakarta.

Sekolah ini hanya menyiapkan jurusan IPA. Tiap angkatan dibagi menjadi lima kelas. Kelas pertama dan kedua diisi oleh murid yang baik akademinya. Kelas ketiga dan keempat dihuni murid yang condong pada ekstrakulikuler. Sedangkan kelas kelima, untuk murid dari anak tokoh berpengaruh.

Geng Dream contohnya.

"HEH GES!! GUE PUNYA BERITA HOT WOI!" Suara Haechan terdengar lantang. Membuat semua orang dalam ruangan -eum, sebut saja markas- menoleh utuh.

"Apasih Chan?" tanya Jeno sinis, ditambah tatapan tajamnya.

"Hot news? Apaaaa???"Jisung yang tadinya fokus bermain game dengan Chenle, langsung menyahut.

"Tadi kan gue baru selese boker, nah gue lewat kantor kepala," ujar Haechan yang diangguki oleh teman-temannya. "Trus gue denger, pak Sooman lagi ngomong serius lewat telepon. "

"Ngomongin apa?" tanya Jisung lagi. Sedangkan Jeno memutar bola mata malas, mengira gosip yang dibawa Haechan kini tidak penting.

"Tentang rumor Kak Taeyong yang mati bunuh diri."

Pertanyaan dari Haechan, membuat yang lain membelalakkan mata terkejut.

Hening,

Tegang.

Dalam suasana hening dan tegang itu, Chenle tiba-tiba berdiri dari duduknya. Dan hal itu membuat semua menoleh ke arahnya.

"Mau kemana?" Jaemin yang sejak tadi diam, kini membuka suara.

" Emm, Gue mau ke kamar mandi. Bentar doang," ujar Chenle tenang.

" Lo udah pergi ke kamar mandi," sahut Jeno cepat. Lalu laki-laki berparas tampan itu mengecek handphone, "4 menit yang lalu."

Chenle yang mendengar itu, mengernyitkan kening samar. "Masalahnya sama lo apa? Bukan sekolah bokap lo, kan?"

Setelah mengatakan itu, Chenle langsung berlalu dari hadapan teman-temannya.

Masalah nya apa coba? Cuman mau ke kamar mandi doang. Toh, Undang-undang aja nggak ngelarang. Lagian, emang nggak boleh kalo kebelet tiap 4 menit?

Laki-laki berdarah china itu menggelengkan kepala pelan. Lantas melanjutkan langkahnya.

Kaki kurusnya yang tadi melangkah, kini berhenti. Kedua alisnya menyatu. Kedua netranya memicing, melihat sosok tak jauh dari tempatnya.

Walaupun hanya melihat bagian punggung, Chenle hapal sekali postur tubuh siapa ini.

Ia berjalan mendekat. Lalu menepuk bahunya pelan.

"Njun?"




































"Welkam my boy!!!" Haechan merentangkan kedua tangannya, menyambut Renjun yang baru saja kembali dari China untuk liburan selama tiga bulan. Renjun memeluk Haehan sebentar, lalu beralih untuk high five ke teman yang lain.

"Lama juga lo perginya." Jaemin menutup buku-buku, meletakkannya dalam laci. Renjun hanya mengedikkan bahu seraya mendengus kecil.

"Noh." Renjun melempar sekantong kresek berwarna coklat keemasan, yang berisi oleh-oleh made in China.

Chenle tidak menggubris kresek itu, ia fokus pada handphone di tangannya. Tidak seperti yang lain.

Jaemin sibuk memilih makanan ringan untuk Jisung.

Jisung sedang cap cip cup untuk warna bungkus permen.

Sedangkan Haechan dan Jeno khusyuk. Terlebih dengan Haechan. Ia sudah menghabiskan 5 bungkus kripik dan 8 bungkus permen.

Chenle yang sedang mengetik di handphone, seketika menoleh saat teringat sesuatu.  "Njun," panggilnya dengan menyenggol lengan Renjun pelan.

"Hm?"

"Lo udah tau kabar tentang Kak Taeyong? Rumor yang bunuh diri."

"Hm, gue udah tau," jawab Renjun seadanya. Chenle tidak bereaksi banyak. Ia hanya mengangguk kecil. Berbeda dengan sosok disampingnya, yang justru mengernyitkan kening bingung. Seperti memikirkan sesuatu.











































Jeno sudah sampai di rumah. Setelah tadi berpisah dengan Jaemin di pertengahan jalan, ia mampir ke minimarket sebentar. Membeli pakan untuk kucing kesayangannya.

Ting!

Papa :Jen, papa masih ada urusan kantor. Gak tau pulang jam berapa, nanti kalo ada apa-apa telpon papa aja. Soalnya bibi pulang cepet hari ini.

Jeno menghela nafas panjang. anak laki-laki itu melangkah pelan memasuki rumah besarnya. Hendak ke kamar dulu, lalu memberi makan kucing di halaman belakang.

Bruk!

Badan bongsornya ia hempaskan ke atas kasur. Jeno menghidupkan handphone nya, melihat notif-notif baru melalui twitter. Dan semua notif baru ini, membahas tentang kematian kakak kelasnya. Tentu ini akan menjadi trend, karena Taeyong memang salah satu murid terkenal.

Baru saja Jeno men-scroll twitternya, suara kegaduhan terdengar dari bawah.

Bukankah ia sedang sendirian di rumah?

Lalu siapa yang sedang di bawah?

Apakah kucingnya sedang berkelahi?

Tidak ingin bergelud lama dalam pikiran, Jeno segera keluar kamar menuju dapur.


























Darah, pisau, dan kucing.

Ketiganya menyatu disana, dapur rumahnya.

Satu diantara tiga kucingnya mati. Dengan pisau yang menancap pada perut.

Sial, apakah harus sesadis ini kematian kucingnya? Jeno menyisir rambut hitamnya kebelakang. Menatap miris Nal, kucingnya yang sudah tiada.

Tapi, tunggu.

Jeno yang sadar sedang sendiri dirumah saat itu, segera membalik tubuh bongsornya. Matanya dengan tajam menatap seluruh penjuru rumah. 

Dengan perasaan was-was ia kembali melirik kucingnya yang sudah tergeletak tak bernyawa.




























"Percobaan kedua, selesai."










.
.
.
.
.
R e l o a d
.
Ft. Nct Dream
.
.
.
See u in next part-!
Janlup follow acc Craz-ume yap-! Auto follback, tenang aja^^

•ʀᴇʟᴏᴀᴅTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang