Part 4

4 1 0
                                    

Hari ini kelas IPS-4 sedang free class tanpa tugas. Wahasil rame kebangetan kek pasar tanah abang. Ada yang lagi gosip, nah ini cewek banget tapi cowok ada yang ikut juga kok.

Keadaan kelas yang ramai membuat Gerald tak begitu nyaman, kepalanya justru pusing mendengar ocehan makhluk astral di depannya. Akhirnya ia pergi ke luar kelas.

"Mau kemana lo Rald?" tanya Aldo.

"Roftoof," jawabnya singkat.

Aldo hanya mengangguk dan kembali bercerita pada Rissa, kekasihnya. Hanya Devan yang sedari tadi diam saja entah apa yang dia pikirkan.

"Van...Devan....DEVAN."

Teriakan Rissa membiat seisi kelas menghentikan aktivitasnya. Rissa hanya mengangkat dua jari 'peace' kepada teman-temannya.

"Gak usah teriak bego budeg ntar gue," sembari menjitak jidat Rissa.

"Pacar gue nih maen jitak-jitak aja lo Pan," sewot Aldo dan Devan hanya memutar bola matanya malas meladeni Aldo.

"Ehh Sa lo tau kenapa Ananta gak berangkat sekolah?" Devan membuka topik membahas Ananta yang tiba-tiba ijin acara keluarga selama 1 minggu.

"Lah lo kan sepupunya mana gue tahu. Eh tapi ya lo pada ngerasa aneh gak sih masak acara keluarga sampe 1 minggu ngapain aja tuh," ucap Rissa.

"Acara 7 harian kali," timpal Syifa.

"Mulut lo minta gue tampol ya yang. Tapi gue aja gak tau om Ardian sama keluarganya kemana."

"Gimana kalo nanti pulang sekolah kita ke rumah Ananta aja. Kita tanya tuh sama pembantunya atau satpam. Kali aja ada yang tahu," usul Aldo.

"Tumben kamu pinter banget sih beb."

"Lhoo aku kan emang pinter dari dulu beb," jawabnya sambil menyisir rambit ke belakang.

"NAJIS."ucap mereka serempak.

***

Sedangkan di roftoof Gerald termenung seorang diri sembari mendengarkan musik dari handphonenya. Ia sedang banyak pikiran. Dari bonyoknya yang sering berantem, keinget sahabat kecilnya dan yang terakhir tadi pagi ia mendapat pesan teror dari nomor tak dikenal.

Gerald mengacak rambutnya frustasi disaat seperti ini ia membutuhkan kekuatan untuk bangkit.

Langkah kaki Gerald terhwnti di depan ruang muaik. Entah kenapa kakinya membawanya kesini.

Perlahan ia membuka pintu yang tak terkunci. Obsidiannya tertuju pada piano di ujung ruangan.

Mengingat piano ia jadi rindu An. Gadisnya sangat menyukai piano. Perlahan tapi pasti jari lentik Gerald mulai memainkannya.

"Kamu tahu An seberapa rindunya aku sama kamu. Aku kangen dengan panggilan Anta. Ck, aku cengwng banget ya sekarang. Kalau kamu ada pasti kamu bakal ngeledek aku."

Itu adalah ucapan panjang Gerald setelah sekian lama puasa bicara. Ia butuh sandaran untuk menempatkan bahunya yang memikul beban.

Ia butuh rumah untuk pulang, pelukan hangat yang menenangkan juga usapan lembut yang bisa membuat hatimya merasa nyaman.

Hanya saja An nya terlalu jauh untuk ia gapai. Dirinya saja tak tahu dia ada dimana. Harapannya adalah semoga mereka cepat bertemu.

"Kamu tahu An aku hanya bisa merindu tanpa bertemu."

###

Holla aku up lagi jadi ini yang terbaru yhaa soalnya kemarin salah pencet🖐🖐🖐🖐

Maaf 🙏🙏🙏🙏jika banyak typo dan jangan lupa vote and koment biar rame 😂😂😂

Salam manis dan hangat dari author ❤❤❤❤❤❤❤

Kudus,
Khaya ❤

A TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang