03 - Takdir Semesta

729 67 10
                                    

Kim Jiyoung bangun dengan melihat anaknya yang sudah besar tidur dihadapannya, ia tersenyum mengingat tingkah manja anaknya kemarin malam waktu minta tidur dengannya.
"Makin dewasa, kenapa makin manja sih?" gumam JIyoung gemas pada putra cantiknya itu.
Ia bangun lalu menyelimuti Taehyung dan melangkah ke kamar mandi untuk membasuh muka, ia berniat memasakkan untuk Tae dan pacarnya.

Sedangkan Seokjin entah sejak kapan sudah memasak, bahkan saat JIyoung melangkah ke dapur, ia menghela nafas melihat punggung Seokjin.
"Kamu ternyata pandai memasak juga yah?" tanya Jiyoung menyapa Seokjin.
"Ahhh Tante, selamat pagi." Jin menyapa ibu Taehyung.
"Tante yang akan menatanya, kamu panggil Taehyung saja." kata Jiyoung pada Seokjin membuat Jin jadi canggung, tapi tidak mungkin menolak perintah orang tua.

Di kamar Jiyoung, Jin melihat Taehyung masih memejamkan matanya, dia tersenyum lalu membuka tirai kamar agar sinar matahari bisa masuk ke dalam kamar, dan Taehyung yang terkena matahari langsung memicingkan matanya, dan berniat menutupi muka dengan selimut tapi dihalangi oleh Seokjin.
"Eomma, biarkan akut tidur sebentar lagi." eluh Taehyung sok imut.
Tapi Seokjin malah menarik selimutnya, hingga terpaksa Taehyung membuka mata dan melihat Seokjin.

"Ahhh kok kamu?" tanya Taehyung, tapi akhirnya ia duduk.
Nggak jadi kesal karna yang bangunin pacar kesayangannya.

"Cepet mandi sana, eomamu sudah menunggu kita di bawah, untuk sarapan." kata Jin sambil mengusak rambut Taehyung dan tersenyum melihat tingkah Taehyung yang manja karena malas beranjak pergi.

Saat keluar dari kamar, Seokjin tersenyum mengingat kebiasaan manja Taehyung kalau bangun pagi, dan kemudian sambil berjalan, Jin jadi merasa takut jika waktu akan berlalu, dan ia takut kehilangan Taehyung.
Karna bagaimanapun Taehyung akan segera dijodohkan, dan dia? akan seperti apa hidupnya jika harus tanpa Taehyung? sumber kebahagiaannya.

Karena hidup memang tentang mempertahankan dan melepaskan, jika semesta menyuruh lepas meski hati ingin menahan, manusia bisa apa selain pasrah?

Usaha?

Pada ujungnya tinggal menunggu waktu menunjukkan siapa yang menang.

...

Jisoo makan bersama Hoseok, kali ini Hoseok tidak berkeberatan, entahlah karena hatinya sedang kacau atau memang ingin mulai menerima Jisoo?

Jisoo masih sangat berharap.

"Belepotan." kata Hoseok memberikan tisu pada Jisoo karena makannya belepotan.
Jisoo tersenyum dengan perhatian kecil dari Hoseok.
Percayalah, sekecil apapun perhatian seorang Hoseok akan selalu jadi moment iconic untuk Jisoo, sedangkan pada dasarnya Hoseok hanya memperlakukan Jisoo sebagai teman biasa saja, meski Hoseok tahu sekali perasaan Jisoo padanya.

"Ah, apa kamu sedang tidak baik?" tanya Jisoo dengan berani.
Hoseok tertawa kecil.
"Memang kenapa kamu bisa menyimpulkan hal itu?" tanya Hoseok heran, Jisoo selalu saja tahu bagaimana dia.
"Soalnya kamu nggak nolak ajakan sarapan sama aku." kata Jisoo dengan senyumnya.
"Bukannya kamu harusnya seneng yah aku nggak ada alasan nolak untuk hari ini." kata Hoseok, ia merasa JIsoo itu lucu sekali.

Semakin ditolak, ia makin gencar mendekati dan bahkan tidak tahu malu, tapi saat kadang Hoseok sedikit merespon dan tidak menolak, Jisoo pasti mengatakan hal aneh, seperti sekarang contohnya.

"Aku seneng banget dong, kamu yang udah mau sering antar pulang ajah aku seneng kok, apalagi sekarang mau makan sama aku." kata Jisoo dengan senyumnya.
Hoseok hanya diam, ia juga kadan kasihan sih, Jisoo selalu dengan gigihnya mendekatinya.
"Tapi, aku lebih suka saat kamu dengan jujur menolakku, meski saat mengantarku saja hatiku sudah sangat bahagia, aku lebih sedih lagi saat kamu denganku tapi dengan raut wajah sedih dan perasaan yang berantakan." mungkin terdengar lancang.

Tidak harusnya Jisoo mengatakan itu.
Tapi ia inginnya Hoseok dekat dengannya juga dengan keterbukaan, bukannya topeng.
Bagaimanapun, Jisoo lebih ingi Hoseok menceritakan harinya jika merasa sedih.

"Kamu itu selalu saja pintar berbicara, jadi Jisoo, bagaimana solusimu agar aku bisa segera melupakan dia dan mulai untuk menyukaimu?" tanya Hoseok to the poin.

Jisoo diam tidak segera menjawab.

Jisoo tahu, Hoseok memang sangat mencintai "Dia", dan enggan melupakan sosok itu, tapi sekarang, bagaimana bisa tiba-tiba sekali Hoseok menanyakan caranya melupakan Dia dan mulai menerima Jisoo?

Keduanya bertatapan dengan begitu dalam.
Satunya tatap penuh harap dan segenap cinta, milik Jisoo untuk Hoseok.
Dan satunya, tatap penuh sakit, benci, lelah, dan kehancuran dari Hoseok.

Bagaimana cara melupakan seseorang yang memberikan banyak arti dalam hidup, mencoba lupa karena semesta yang tidak pernah berpihak?

...

Jungkook hari ini tidak masuk kerja, karena Namjoon yang mendadak demam, ia begitu khawatir dengan Namjoon.
"Gara-gara aku, kamu harus dirumah, padahal juga nanti siang pasti sembuh kok." kata Namjoon merasa bersalah.
"Hemb, aku lebih suka rawat kamu, daripada pas kerja kepikiran kamu terus." kata Jungkook dengan tulus.

Kisah mereka rupanya yang paling manis, mungkin karena sudah menikah?
Yah memang kadnag ada saja pertengkaran kecil dalam hubungan rumah tangga, namun yah begitulah dua insan yang saling mencintai.

"Kasihan Hoseok pasti repot jika nanti aku tidak masuk." keluh Namjoon yang sebenarnya bosan karna harus berbaring terus.
Bandel memang.
"Dia pasti bisa mengatasinya kok, lagipula dia juga bos yang hebat." kata Jungkook memuji Hoseok dengan tulus.

"Suruh Jisoo saja menggantikan aku bekerja hari ini." kata Namjoon mengusulkan, lagian Jisoo pasti tanpa disuruh bakalan mau ajah.
"Iya biar sekalian mereka semakin dekat sih." Jungkook setuju.
Ia pun segera menelepon Hoseok untuk memberitahukan hal ini.

.

"Jungkook menyuruhmu menggantikan Namjoon bekerja hari ini, kamu bisa?" tanya Hoseok saat ia akan mengantar Jisoo.
"Aku sedang tidak sibuk, tapi kamu nggak keberatan?" tanya Jisoo dengan binar mata senang sekali.
"Yah, tidak ada salahnya kamu menggantikan kakak iparmu untuk sehari ini." kata Hoseok segera meninggalkan JIsoo, dan Jisoo dengan cepat mengikuti Hoseok.

Semesta selalu punya cara mendekatkan keduanya, Jisoo yang bucin akut, dan Hoseok yang tidak akan tega benar-benar mengusir Jisoo.

Apalagi Jisoo adik sahabatnya, Jungkook.

Meski hatinya ragu, bisakah Jisoo menggantikan sosok itu? sosok yang dicintai Hoseok selama ini, sosok pertama yang selalu jadi yang pertama Hoseok perdulikan, tidak perduli apapun, sosok itu sangatlah berharga lebih dari apapun bagi Jung Hoseok.

...

Kim Seokjin? dia adalah tipe seorang yang keras kepala, arogant, dan berwibawa. Cerdas, tampan, mapan, kesempurnaan yang begitu diidamkan.
Meski tumbuh dari keluarga dingin dan terpecah belah, Seokjin akan selalu jadi anak berbakti yang mencintai keluarganya, meski haus akan yang namanya Kasih dan Sayang. Itu sebabnya ia begitu tergantung pada KIm Taehyung yang begitu mencintainya, yang selalu ingin memahami Seokjin apapun itu, Taehyung selalu jadi alasannya bahagia dibalik semua sakitnya, semua lukanya.

Jeon Jungkook, adalah pria ambisius yang begitu lantang dan berani, apapun yang dia inginkan, selalu ia dapatkan, termasuk saat ia jatuh hati pada KIm Namjoon di saat pertama kali ia mengenal pria itu. Segala cara ia lakukan untuk meluluhkan hati Namjoon, di waktu Namjoon sudah mulai menerimanya, maka tidak ada lagi pertimbangan, ia ingin mengikat Namjoon untuk dirinya sendiri sampai waktu yang tidak berbatas.

Min Yoongi, ia mungkin belum pernah jatuh cinta, tapi setelah diperkenalkan dengan Kim Taehyung, ia jadi tidak keberatan bersama Taehyung, meski itu artinya ia harus bersaing dengan kekasih Taehyung. (Minggu Depan).

...

Jung Hoseok? Seseorang yang terlihat sempurna dan punya segalanya, tapi memiliki banyak luka dan juga rahasia, termasuk pada siapa hatinya yang hanya satu-satunya ia berikan pada seseorang.

Park Jimin, pria polos yang mencintai dua wanita, meski telah memilih hidup dengan salah satunya, tetap saja masa lalu mengikatnya.

...

TBC

DNA (JinV) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang