Part 1 [PERTEMUAN ANTARA DUA INSAN]

6 0 0
                                    

"Kamu ikut Papa, Kania.” Gertakan dari pria paruh baya tersebut berhasil membuat anaknya yang bernama Kania, tertekan.

"Tidak! Kania ikut Mama!"

"Rosnindar, kamu jangan egois, Kania akan bahagia jika bersama saya yang kaya raya!"

"Aku yang melahirkannya aku berhak mendapatkannya! Kau Diontara, hanya mengandalkan kaya, tetapi kau tak punya kasih sayang!" Kilah Rosnindar, berusaha meyakinkan hati sang anak, jika ayahnya itu tidak patut di pilih.

Kania Adina Lamia. Anak semata wayang dari sepasang suami-istri pengusaha –Bunga Rosnindar dan Pangestu Diontara.

Pasangan yang kini telah berada di ambang perceraian, hanya tinggal menunggu waktu saja.

Perceraian mereka disebabkan karena, Rosnindar kurang memperhatikan Diontara dan Kania.

Jarang berkumpul bersama, menikmati kebersamaan keluarga. Membuat mereka bertanya-tanya, rumah tangga seperti apakah ini?

Jika berkumpul, 'tak pernah tidak ada perkelahian antara mereka berdua. Saling salah menyalahkan.

Hingga Diontara muak dengan sikap sang istri yang tak menghormati ia sebagai suami.

Akhirnya Diontara memilih berselingkuh di belakang Rosnindar secara diam-diam dengan sekretarisnya.

Namun, siapa sangka?  Ternyata Rosnindar juga berselingkuh secara diam-diam di belakang  Diontara dengan bos-nya.

Hanya Kania yang kini mereka punya. Gadis kecil nan lugu itu.

Berbagai cara mereka lakukan agar mendapat hak asuh Kania.

Semenjak ayah dan ibunya menjadi pengusaha yang sukses sekaligus kaya, Kania menjadi gadis yang cukup tersiksa batinnnya.

Kekurangan kasih sayang dan perhatian karena orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Jika disuruh memilih antara hidup miskin dan hidup bergelimang harta, Kania lebih memilih hidup miskin karena di saat itu ia sering merasakan bahagia dan nikmatnya kebersamaan keluarga.

Terkadang ia merasa tertekan, terisak berada di tengah-tengah perkelahian kedua orang tuanya.

Gertakan demi gertakan yang dilontarkan seakan menusuk ke jantung. Perih, sakit, itulah yang ia rasakan.

'Tak pernah terpikir di benak Kania dulunya. Teringat saat-saat ia pindah ke rumah besar ini, sewaktu ia berumur enam tahun, betapa semringahnya ia berharap dengan rumah besar ia hidup bahagia.

Namun, nyatanya? Ketika enam tahun berada di rumah itu hanya setahun ia merasakan kebahagiaan yang selalu ia ingat sepanjang masa.

Kini setelah ia berusia dua belas tahun, ia mulai bertanya-tanya mencari kebahagiaan yang sesuai.

"Nak, kamu ikut Mama aja," bujuk Rosnindar, lembut.

"Ikut Papa aja ya, Nak, Papa jamin kamu akan bahagia jika bersama Papa," bujuk Diontara.

Mereka saling menatap Kania yang berada di tengah-tengah mereka yang tengah duduk, tersimpuh, sambil memeluk lutut dengan kepala tertunduk.

Kania berusaha menahan tangis di dalam dekapan dirinya sendiri.

Kania bangkit dari duduknya, melirik orang tuanya secara bergantian.

"Kania, enggak bisa memilih antara Mama sama Papa!" bentaknya, membuat Diontara dan Rosnindar mendelik.

Dengan bola mata memerah dan cairan bening menggenang di pelupuk mata, Kania melontarkan apa yang sedari dulu ia ucapkan.

Ucapan yang dulunya tercekat. Walaupun logikanya seakan mengatakan ungkapkan saja isi hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIALANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang