Terkadang aku ingin seperti awan, yang selalu menerima apapun yang diberikan langit merski mendung menyelimuti.
~Acha~
-----
Di bawah rindangnya pohon dekat lapangan, Acha menangis seorang diri. Meski suasana terlihat sangat ramai namun terasa sepi untuk Acha. Ia merasa menyesal telah membuat keputusan yang justru membuatnya semakin sakit hati. Seharusnya ia mendengar semua penjelasan dari Galaksi sebelum membuat keputusan itu.
Tatapan Acha kosong. Air matamya terus menerus keluar dari matanya. Acha tak berniat untuk menghapusnya. Ia membiarkan air mata itu meluncur bebas di wajahnya. Sungguh pemandangan yang sangat langka. Seorang gadis yang terkenal sangat periang dan ceria, mulai menunjukkan rasa kesedihan yang selama ini ia sembunyikan dengan rapi di balik senyumnya.
Acha tahu, memang tak seharusnya ia memperlihatkan sisi rapuhnya. Namun, yang namanya hati memang tidak bisa dibohongi. Entah seperti apa bentuknya sekarang. Masihkah utuh atau telah retak separuh.
Terdapat seorang laki-laki yang memerhatikannya dari jarak yang lumayan jauh. Dia hanya menghela napasnya. Bukan hanya Acha saja yang merasa sedih, namun Galaksilah yang paling merasakan kehancuran itu. Di saat dia baru pertama kalinya merasakan cinta, ia harus rela mengorbankan perasaannya hanya untuk kebahagiaan Acha.
Mungkin untuk saat ini Acha memang belum bisa mengerti tentang keadaan ini, namun suatu saat nanti Acha akan mengerti atas apa yang telah Galaksi lakukan. Tak beberapa lama kemudian, Galaksi melihat seorang laki-laki mendekati Acha dan memberikannya sapu tangan.
Acha yang diberi sapu tangan itu terkejut. Pasalnya dia tidak pernah melihat laki-laki itu sebelumnya. Siapa dia? Apakah dia murid baru di sini?
"Nih, hapus air mata lo." ucap Devan.
"Makasih." balas Acha.
"Oh iya, kenalin. Nama gue Devanro Ghasrafattar. Anak baru di sekolah ini."
"Acha." jawab Acha.
"Gue udah tahu nama lo kok. Karena gue emang udah suka sama lo dari lama. Bahkan, di sini gue adalah orang yang palinga bahagia mendengar pututsnya hubungan lo sama Galaksi. Dan sekarang waktunya gue ngambil lo dari dia." ucap Devan dan langsung meninggalkan Acha.
Acha masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Devan. Bagaimana dia bisa mengenalnya? Sungguh banyak sekali yang mengisi pikiran Acha. Ia memutuskan untuk pergi ke kelasnya, namun langkahnya terhenti saat menangkap sosok Galaksi. Sungguh rasanya ingin memeluknya, tapi ia berusaha untuk menahannya. Terlihat sekilah wajah Galaksi yang begitu sendu. Sudah pasti Galaksi tengah melihatnya dari tadi.
Galaksi memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Hati Acha kembali tergores melihat Galaksi yang sudah acuh padanya.
"Kamu udah berubah, Galaksi. Padahal aku ingin sekali kembali padamu, tapi kamu saja seakan menjauhiku. Kadang aku ingin seperti awan yang selalu menerima apapun yang diberikan langit meski mendung menyelimuti. Sama halnya aku, aku ingin terlihat baik-baik saja dan menerima apapun yang dihariskan semesta, meski banyak pisau yang menusuknya." ucap Acha sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI
FanfictionIni bukan cerita badboy atau badgirl. Cerita ini lebih menitikberatkan pada kepada sifat seseorang yang terkenal dingin layaknya es. Dan pada akhirnya, laki² itu luluh hanya karena cewek manja yang menggemaskan masuk ke dalam kehidupannya. Ayo simak...