Afa: Huft

9 2 0
                                    

"Kalau semisal gue punya salah sama lo, bilang. Gue paling benci sama orang pedendam."

🌆🌆🌆

Afa adalah tipe orang yang paling susah buat mengontrol emosinya. 

Terbukti saat ini.

Afa mengajak Reno untuk bertemu di salah satu restoran yang ada di Jakarta Pusat, rencananya ia akan membahas perihal Reno yang kemarin membohonginya.

**
Afa P.O.V

"Kenapa Reno bohong sama Afa kemarin?" tanyaku penuh penekanan. Saat kami tlah sedikit basa-basi dan menyantap makanan ringan disana.

"Heh?"

"Reno bilang kemarin ke Afa, kalau di Sriwijaya pergaulannya sangatlah bebas. Tapi nyatanya? Ucapan Reno kemarin itu sungguh bertolak belakang sama kenyataan yang Afa dapatkan." jelas ku sembari menatap datar pria yang ada di depanku.

Aku sengaja meninggikan nada suaraku, dan berbicara sedikit formal.

Tanda agar dia mengetahui, bahwa aku sedang marah kepadanya.

"Lo nggak percaya sama gue?"

"Bagaimana bisa Afa harus percaya kepada orang yang pembohong?"

"Gue nggak bohong."

"Tapi kenyataannya Reno berbohong."

"Lo kenapa jadi kek gini sih!"

"Plis ya, Fa! Jangan buat emosi gue keluar hanya karena masalah sepele seperti ini." ucapnya terputus. Ia tampak menghembuskan nafas kasar, "Gue tegasin, lo.gak.boleh.sekolah.disana!" tambahnya kemudian.

Aku tampak terdiam sesaat, menatap Reno dengan tatapan dingin. "Tapi, sayangnya ego Afa lebih besar. Afa putuskan, Afa.akan.sekolah.disana." ucapku, kemudian berdiri dan berlalu pergi dari hadapannya.

Ah shit! Kami bahkan hanya bertemu 20 menit saja?

Aku sungguh tak bisa menahan emosiku tadi, aku siap...aku sungguh sangat siap menerima konsekuensi yang ku dapatkan nanti. Jika berkelahi dengan kekasihku sendiri.

**

Yah... Sebenarnya kami tadi bisa saja mengobrol melalui sambungan telepon. Tapi, karena hatiku yang memaksa untuk ingin bertemu, jadilah seperti ini.

"Seharusnya lo bisa mengontrol emosi lo dengan baik, lo udah dewasa."

Suara kak Liza menggema di kamarku, membuatku yang tadi sedang menatap kosong ke arah langit kamarku pun teralihkan.

Aku menatap datar kakakku, "Kenapa?"

"Lo seharusnya bicara baik-baik sama Reno. Gue tau lo pasti marah, karna nggak biasanya dia berbohong ke lo."

Ada jeda.

"... Tapi lo udah dewasa, Afa. Lo nggak bisa terus-terusan seperti ini. Kalau masih ada cara baik-baik untuk menyelesaikan masalah itu, kenapa harus pakai cara yang salah?" sambungnya.

Aku terdiam sesaat, tubuhku perlahan bangkit untuk duduk di samping Kak Liza. Sedikit tertarik dengan topiknya.

"Apa yang harus Afa lakukan?" tanyaku sembari menatap lirih padanya.

Kulihat ia tersenyum, lalu menepuk pundakku pelan. "Bersikap seperti layaknya orang dewasa." ujarnya, sedetik kemudian ia terbangun dari duduknya dan melangkah menjauh dari tempatku.

"Ck! Dia kesini cuma hanya ingin menyampaikan kata-kata bijak doang? Terlalu..."

Kak Liza pergi meninggalkanku yang masih dibuat bingung olehnya.

"Apa maksud dari Kak Liza, cara yang gue lakukan tadi itu salah?"

Aku berdecak pelan,

"Wajar dong gue kek gitu tadi, kan nggak biasanya Reno bohong ke gue. Dan, bukan tipe dia banget marahin cewek... Apalagi ini pacarnya."

Drrrttttt Drrttttt

Ponselku tiba-tiba saja berdering, nama "Celine✨" terpampang jelas disana.

Celine✨

|Besok ketemuan bisa? Jam 8 di kafe
  deket rumah lo   
  10:57 

Aku tersenyum lebar, kemudian ku gerakkan jemari ku bermaksud membalas pesan Celine.

Celine✨

Bisa, kok |
send, 10:58

Selesai.

Aku sangat senang melihat pesannya. Rasa rinduku akhirnya akan terobati esok.

**

Di sore hari.

Aku berada di sebuah taman, yang letaknya tak jauh dari rumah. Bermaksud ingin menenangkan diriku sekejap.

Kalau dipikir-pikir, tentang kejadian pagi tadi. Aku memang sudah keterlaluan. Benar kata Kak Liza, tak seharusnya aku langsung memarahi Reno.

Tapi... Ah, sudahlah. Kejadian itu juga sudah lewat. Apapun yang terjadi nantinya dalam hubungan aku dan Reno, aku yakin aku bisa mengatasinya dengan baik.

Aku tersenyum kecil, entah mengapa jika aku sedang ada masalah, taman dekat rumahku inilah yang menjadi tempat terbaik aku dalam menenangkan diri.

Terasa damai hatiku di tempat ini. Melihat anak kecil yang berlari mengitari seluruh penjuru taman, anak remaja sepantaran denganku yang berkeliling menggunakan sepeda, bahkan orang dewasa serta lansia pun ada di taman yang sejuk ini.

"Mereka semua terlihat bahagia disini,"

"Seakan-akan memang tak ada masalah yang sedang menerpa mereka,"

"Tapi percayalah..."

"Dibalik raut wajah kebahagiaan itu, terdapat memori menyedihkan disana."

**

njay quotes gue.

Jangan lupa vomment gais! Follow ugha wp-kuu :")

ps: maap dikit yaw😌

I AND YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang