Kita kembali bertemu di daratan Eropa
Aku penasaran apakah ini bisa disebut takdir atau dia hanya seseorang yang mampir
Mungkin aku sudah di bawah kendalinya
Apa benar dia seorang penculik?Hampir 10 jam Sera dan penumpang lainnya menghabiskan waktu mereka di pesawat. Setengahnya digunakan Sera untuk tidur, setengah lagi dipaksakan untuk menyelesaikan konten blognya. Dia kembali melirik pria yang ada di sampingnya, masih penasaran dengan wajah di balik masker itu. Sampai kapan laki-laki ini betah memakai masker? Apa yang dia sembunyikan di balik masker itu? Batin Sera.
Flight attendant sudah mengumumkan kalau sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Zagreb. Zagreb sendiri adalah ibu kota Kroasia, negara yang bentuknya seperti bulan sabit.
Sera langsung mencari taksi menuju hotel yang telah dipesan oleh sponsornya. Dia sudah memimpikan kasur empuk untuk meluruskan pinggangnya yang sudah tertekuk selama 10 jam ini. Tidak sampai 30 menit, taksi sudah memasuki area hotel yang terlihat cukup megah itu.
Aku bersyukur sponsorku kali ini adalah biro perjalanan yang terkenal di Indonesia sehingga fasilitas yang mereka siapkan pun sangat mewah. Karena itu jugalah aku tidak boleh mengecewakan mereka.
Wah, aku sudah tak sabar untuk meluruskan pinggangku. Sera memukul-mukul bahunya kemudian langsung bergerak ke meja resepsionis untuk check in.Aduh tiket hotelnya? Ah, mana tiketku? Kembali Sera mengacak-acak isi tas dan dompetnya di depan resepsionis, tapi tetap saja satu lembar kertas itu tak ditemukan.
"Maaf, mungkin ibu punya e-tiket?" tanya resepsionis itu seakan tahu dengan permasalahan Sera.
"Masalahnya sekarang, yang memesan tiket adalah sponsorku dan aku hanya diberi tiket, tapi dimana tiket itu sekarang?"Sera menormalkan tubuhnya di bangku lobi hotel. Dia tampak panik. Jika tiket itu hilang, bagaimana dia bisa masuk kamar yang telah dikhyalkannya sepanjang perjalanan tadi. Tenang Sera, berpikir, dimana kau jatuhkan tiket itu. Apa tertinggal di Korea? Tidak, aku ingat saat check out di hotel Korea aku masih melihatnya di tas.
Sera mengeluarkan handphonenya dan mencoba menghubungi pihak sponsor. Tapi berkali-kali dicoba, tetap saja tidak diangkat. Ah, aku frustasi. Kasurku, aku ingin merebahkan diri sekarang.
Ingin rasanya Sera menangis, tapi rasa malu membuat air matanya tertahan dan kembali masuk ke dalam. Ini bahkan lebih menyakitkan. Ingin menangis, tapi tak bisa. Sera hanya bisa menatap layar handphonenya dengan pandangan kosong. Uangku, apa uangku cukup untuk membooking hotel?
Sera memeriksa isi dompetnya. Sepertinya ia punya cukup uang untuk memesan hotel untuk malam ini. Tapi besok dan lima hari ke depan bagaimana? Sulit untuk bertahan disini tanpa tiket itu.
Saat masih mengingat dimana ia terakhir melihat tiket itu, tiba-tiba tiket itu muncul di depan matanya.
"Oh, tiketku," kata Sera kaget. Dia memastikan lagi melihat nama yang tertera di tiket. Mata Sera berbinar, tangis yang semula ditahan tidak sanggup untuk tidak keluar.
"Apa ini tiket anda?" Spontan Sera melihat ke sumber suara.
"Ah, iya. Anda?" Sera makin terkejut melihat siapa yang sudah berdiri di depannya.
"Iya. Aku menemukannya di pesawat."
Tidak, dia pasti mengambilnya di tasku ketika aku sedang tertidur dan mengikutiku sampai kesini. Apakah dia benar-benar penculik?"Terima kasih. Anda harus repot-repot mengantarnya kesini."
"Tidak masalah, saya juga sedang mencari hotel. Apa hotel ini bisa anda rekomendasikan untuk saya?"
"Oh, saya juga baru pertama kali ke sini, jadi tidak tahu apakah hotel yang bisa direkomendasikan atau tidak?"Sera, kenapa kau terlalu jujur, jika begini dia akan tahu kalau kau tidak hapal seluk beluk negara ini dan akan memberi peluang besar baginya untuk menculikmu.
"Karena saya sudah terlanjur kesini, saya akan mencoba disini malam ini?"
"Jangan." Sera keceplosan.
"Kenapa?"
"Ah, tidak. Silahkan kalau anda suka. Sekali lagi terima kasih." Sera bergegas menuju meja resepsionis untuk mendapatkan kunci dan langsung menuju kamarnya.Sera mengunci rapat pintunya. Tidak mungkin juga penculik itu bisa melakukan aksinya di hotel ini. Ah bodo amat dengan penculik, aku butuh istirahat.
Tidak berapa lama setelah Sera merebahkan badannya, terdengar bel. Sera mengintip dari bulatan kaca kecil di pintu. Sera bisa melihat dengan jelas kalau itu bukan karyawan hotel, dia si penculik, masih dengan maskernya yang sekarang sudah berwarna hitam. Sosok misterius itu kembali membunyikan belnya. Terpaksa Sera membuka pintu.
"Anda meninggalkan gawai anda di lobi."
"Ah, saya benar-benar teledor. Berapa kali lagi saya harus berterima kasih pada anda."
"Lain kali anda harus lebih hati-hati."Apa? Hati-hati? Apakah dia menyuruhku untuk waspada? Sepertinya dia benar-benar ingin memperingatkanku.
"Permisi," lanjutnya.
Jantung Sera kembali berdetak hebat. Dia pucat. Siapa sosok misterius itu sebenarnya? Kenapa dia selalu muncul di depan Sera? Kalau begini Sera lebih memilih untuk menggunakan uang pribadinya daripada harus mendapatkan tiket itu kembali. Andai waktu bisa kuulang. Aku tak ingin tiket ini Tuhan.
Malamnya Sera tak bisa tidur. Selain karena dia sudah nyenyak tidur siang tadi, dia juga teringat pada sosok misterius ini. Jika benar dia adalah penculik, tak akan ada yang peduli dengan dirinya di negara orang ini. Jika dia terbunuh, mayatnya pun tak akan sampai di tanah air. Begitu Sera bermain dengan imajinasinya yang liar.
Tidak Sera, hentikan imajinasi tak berujungmu ini! Untuk mengalihkan perhatiannya, dia mengirim pesan pada Jennita.
Jen, ada sosok aneh terus mengikutiku.
Tak ada balasan.Jen, apa kau sudah tidur?
Siapa yang belum tidur selarut ini Ra?
Kalau kau tidur, siapa ini?
Hantu.
Jen, please, aku sudah ketakutan disini.
Iya, ini aku Jennita. Aku terbangun, baru selesai tahajud.
Kenapa? Siapa yang mengikutimu? Fans youtube? Ciee youtuber.Bukan. Aku juga tak tahu siapa dia. Aku takut diculik.
Siapa yang mau menculik perempuan tukang makan dan tukang tidur ini. Bangkrutlah si penculik itu.
Jen, aku tidak sedang bercanda.
Iya. Perbanyak berlindung sama Tuhan. Sudah, tidur sana, besok harus ngevlog kan?
Iya, tapi tak bisa tidur.
Dengar murottal sambil tidur-tiduran, tenanglah itu hati.
Ya sudah, cepat sembuh ya, aku butuh kamu. Coba kamu disini, Jen.
Terima kasih, uwuwu, rindunya.
Pagi hari Sera sudah bersiap untuk bekerja. Pekerjaan yang tak pernah membosankan baginya. Ya, pekerjaan yang sempurna itu adalah hobi yang dibayar. Menjadi youtuber bagi Sera sangat menyenangkan. Bisa berjalan-jalan ke negara lain dan malah dibayar. Apakah itu tidak menyenangkan?
Jangan lupa vote ya guys... Sampai jumpa di chapter selanjutnya... Annyeong... 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Oppa, Saranghaja
RomanceAssalamualaikum, annyeonghaseo yorobun... Novel ini berkisah antara seorang travel vlogger dan blogger yang ditakdirkan untuk bertemu dengan seorang idol. Di saat berjuta orang ingin bertemu dengan bias mereka, Sera malah tanpa sadar sudah bertemu...