Vote dan Coment nya jangan lupa ya!
Happy Reading
•••
"Nih." Zico melemparkan beberapa cemilan kearah temannya setelah selesei mengantar Fika pulang. Nicol dan Elvin menyambut cemilan tersebut dengan senang hati.
"Lama amat lu kek kucing lahiran," sahut Nicol sambil mengunyah cemilan.
"Tau dari mana lo, kucing lahiran lama?" tanya Elvin.
"Taulah, wong kemarin gue nungguin kucing gue lahiran," ujar Nicol sembari tersenyum bangga, tapi, apakah menunggu kucing lahiran termasuk hal yang patut dibanggakan? Entah lah.
"Segitu gabut kah lo?" tanya Riki tidak habis fikir dengan teman satunya itu, mengapa sesuatu yang ia lakukan selalu aneh.
"Tadi gak sengaja ketemu Fika, dia gak ada yang ngantar pulang, yaudah gue anterin aja." Mereka semua mengangguk paham.
"Zic, gue perhatiin kok lo, akhir-akhir ini deket sama Fika," ujar Riki yang sedang duduk dan menonton televisi disofa kamar Zico. Zico hanya membalas dengan kedikkan bahu.
"Jangan bilang lo suka sama si Fika!" tuding Nicol dengan memicingkan matanya, curiga kepada Zico.
"Ho'oh," sahut Elvin yang sibuk memainkan ps sambil sesekali mencomot cemilan ditangan Nicol.
"Gue masih ragu, tapi gue suka deg degan kalau deket deket Fika." Ketiga temannya membulatkan matanya.
"ITU NAMANYA LO SUKA!" teriak ketiga sahabat Zico tersebut.
"Mungkin," ucap Zico.
"Gak nyangka gue Zic, lo bisa suka cewek." Nicol bertepuk tangan kagum, Zico mendelik kesal.
"Iyalah! Si Zico kan cowok normal, Gak kayak lo Col," ujar Elvin.
"Maksud lo gue gak normal gitu?!" Nicol melototkan matanya menatap Elvin.
"Kurang lebih sih gitu." Elvin menjawab dengan santuy.
"Bangsat lo Vin!" baru saja Elvin akan membalas ucapan Nicol terpotong dengan Riki yang sudah berbicara duluan.
"Diem!" Nicol dan Elvin langsung terbubungkam.
"Zic, lo gak mau nyatain perasaan lo sama Fika gitu?" tanya Riki yang masih sibuk menonton televisi yang menayangkan film Doraemon, Riki memang sangat menyukai film kartun.
"Tapi kalau dia nolak gue?" tanya Zico.
"Masalah diterima atau enggak itu belakangan, sebagai laki laki gentle lo harus berani nyatain perasaan lo sama dia," ujar Elvin sambil tersenyum penuh arti.
Nicol bertepuk tangan. "Wahh si Elvin bisa bijak juga ya?" Nicol masih bertepuk tangan kagum, sedangkan Elvin menepuk dadanya bangga.
"Iyalah emang elo!" Elvin tersenyum bangga, Zico berdecak kesal, kenapa kedua temannya itu tidak bisa bersikap serius sebentar saja?
"Jadi? Lo mau ngungkapin perasaan lo sama si Fika kapan?" tanya Riki.
"Gue punya rencana tapi, gue butuh bantuan lo semua." Ketiga teman Zico langsung beranjak dari tempatnya dan langsung mendekat kearah Zico.
🌈🌈🌈
Seorang gadis dengan menggunakan pakaian serba hitam dan juga masker, berjongkok disebuah makam.
"Gak kerasa sekarang udah genap 2 tahun lo meninggal kak, mungkin dengan begini gak akan buat lo ngerasain sakit lagi."
"Dan gue harap lo tenang disana," gadis itu mulai menaburkan bunga diatas makam tersebut, setelahnya ia berdiri dan saat akan melangkahkan kakinya berlalu dari makam tersebut, sebuah tangan menyentuh pundaknya.
Sontak gadis itu membulatkan matanya horor, bagaimana jika yang memegang pundaknya bukan manusia? Astaga sekarang pikirannya melayang kemana mana.
Perlahan ia mulai menolehkan kepalanya kebelakang, saat melihat kebelakang ia menghembuskan nafasnya lega, ternyata yang memegang pundaknya masih berwujud manusia.
"Gue kira siapa, ternyata lo kak," ujar gadis itu, dia adalah Fika, sedangkan orang yang Fika panggil 'kak' tadi hanya terkekeh pelan.
"Udah dari tadi lo sini?" tanya orang itu.
"Lumayan lah, lo gak ngampus?" tanya Fika kepada dia, Stefi.
"Dosennya gak masuk, makanya gue nyempetin kesini." Fika mengangguk mengerti.
"Kak, gue mau nanya deh." Stefi mengerutkan keningnya.
"Apa?"
"Alasan kak Riri ngangkat gue sebagai ketua Felix itu sebenarnya apa?" tanya Fika, lagi.
"Udah berpuluh puluh kali loh Fik lo nanya kayak gini," ujar Stefi sembari tertawa kecil, Fika yang melihat respon Stefi seperti itu berdecak kesal.
"Dan udah lima kali loh kak, lo ngejawab ini terus," tekan Fika.
"Yaudah gue jelesin," ujar Stefi membuat Fika tersenyum senang.
"Sebenarnya sebelum lo nemuin kak Riri pingsan, jauh sebelum itu terjadi kak Riri selalau mantau lo dari jauh, pertama kali dia liat lo waktu lo berantem sama lima preman, disana dia langsung bilang sama gue lo yang bakal gantiin dia," jelas Stefi, Fika membulatkan matanya kaget.
"Jadi, dulu kak Riri selalu mantau gue, gitu?" Stefi mengangguk.
"Tapi, kenapa kakak gak bilang aja alasannya ini dari dulu?" tanya Fika, lagi.
"Kak Riri, dia takut lo bakal marah karna dia selalu mantau hal pribadi lo," ujar Stefi, Fika mengangguk paham.
"Yaudah, gimana sekarang kita kemarkas aja? Mumpung sekarang lo lagi gak sibuk," tawar Stefi.
"Boleh deh," jawab Fika, membuat Stefi tersenyum senang, karna Fika hanya sesekali kemarkas, karna ia selalu sibuk, membuatnya susah meluangkan waktu untuk berkumpul kumpuk kemarkas Felix.
"Ayok." Mereka berdua mulai melangkah menjauhi pemakaman tersebut, dan berjalan menuju parkiran.
Setelah sampai diparkiran Fika mememasuki mobilnya dan Stefi menaiki motornya. Fika memang menggunakan mobil kesini, karna cuaca saat ini sangat panas. Mereka berdua melajukan kendaraannya.
Sedangkan didalam mobil Fika mengambil ponselnya, dan mencari kontak seseorang, lalu menelfonnya.
"Halo" terdengar sahutan diseberang sana.
"Bang gue kayaknya nanti pulang jam delapan malam ya?"
Yap, Fika menelfon abangnya untuk meminta izin karna jika tidak, saat pulang pasti ia akan ceramahi habis habisan oleh abangnya itu.
"Yaudah iya, tapi--"
Fika langsung memutuskan sambungan telfonnya karna ia tahu abangnya pasti akan menyerocos lebih panjang lagi, dan itu tidak baik bagi pendengarannya.
Sementara diseberang sana Elvin mengumpat kesal, karna adek sialannya itu dengan seenak jidatnya saja mematikkan telfonnya.
🌈🌈🌈
Maaf banget ya guys mungkin udah lebih dari satu bulan aku gak update, untuk sekarang aku lagi sibuk banget, mungkin sekarang aku upnya bakal lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl?Fake! [On Going]
Teen FictionMengisahkan seorang gadis bernama Safika Putri Dirgantara panggil saja Fika. Fika berasal dari keluarga kaya dan terpandang, ia berniat untuk menjadi gadis nerd, hanya karna ia tak ingin memiliki fake friends, namun tanpa diduga niatnya yang ingin m...