Too Much

2.6K 267 9
                                    

Di koridor rumah sakit, 4 orang pelajar tampak berlari-larian.

Mereka tampak kebingungan saat Adhea dan Zedio datang menjumpai mereka berempat.

"Mana? Mana Althea?"

"Is she okay?"

"Kenapa dia bisa masuk rumah sakit?"

"Kok bisa begini?"

Pertanyaan-pertanyaan khawatir keluar dari mulut mereka sampai Adhea tampak pusing untuk menjawab satu-persatu.

Raymond merentangkan tangannya sambil menenangkan teman-temannya. "Oke, semua tenang dulu. Kasihan Dheanya gak bisa jawab."

Faris, Ruby, dan Lanney menarik napas menenangkan diri. Saat ini, api cemburu telah berkoar dari dalam hati Lanney saat Raymond membela sang artis, namun saat ini sahabatnya lebih penting daripada apapun.

Adhea menatap Raymond berterima kasih yang dibalas senyuman kecil.

"Dhea, Al kenapa bisa masuk rumah sakit sih?" Ruby mengawali pertanyaan.

"Gue juga gak tau. Setelah lo berdua pergi, dia baik-baik aja. Tapi beberapa menit kemudian, dia tiba-tiba meringis kesakitan megang tangannya. Badannya bergetar dan berkeringat, gue langsung telpon abang gue bawa dia ke rumah sakit." Jelas Adhea dengan suara yang masih khawatir.

Mereka berenam diinterupsi saat dokter keluar dari ruang UGD tempat Althea dirawat.

Lanney, Ruby, Raymond, dan Faris dengan cepat menghampirinya.

"Dok, dok, bagaimana keadaan teman saya?"

Pria berjas putih melepaskan kacamatanya, lalu menatap keenam siswa-siswi dihadapannya.

"Luka di tangannya cukup parah sehingga menimbulkan pendarahan kecil di dalamnya. Akibat jarang dibersihkan, lukanya juga menyebabkan infeksi. Beruntung kalian membawanya tepat waktu, jika tidak, maka pendarahan di dalam akan semakin besar dan dapat menyebabkan amputasi." Jelas sang dokter.

Semua menahan napas tak mengira akan seburuk ini. Keempat sahabat merasa bersalah karena tidak terlalu mengkhawatirkan sang teman.

Adhea dan Zedio juga kaget. Zedio baru saja memikirkan tentang gadis yang menjengkelkan itu dan Adhea yang terutama merasa sangat bersalah mengetahui luka tersebut akibat dirinya.

"Bagaimana keadaannya sekarang dok?" Tanya Raymond.

"Sudah stabil, kalian boleh menjenguknya. Namun, ia harus berada di sini untuk sementara waktu hingga pendarahan berhasil dihentikan."

Semua mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Detik kemudian kamar UGD dipenuhi anak-anak SMA.

Althea melirik lemah ke samping melihat sahabat-sahabatnya yang khawatir. Tangannya diimpus membuatnya merasa terikat. Ingin sekali mencabut jarum itu, sayangnya tenaga masih belum pulih.

Lanney dan Ruby menghampiri sisi kanan dan kiri Althea langsung memeluknya.

"A-Aah... sakit bodoh!" Lirih Althea.

Raymond terkekeh, "Lo masih lemah udah ngomong kotor aja. Dasar."

"Al... lo kalo sakit tuh bilang-bilang ke kita dong! Kalo tiba-tiba lo kenapa-kenapa gimana? Syukur ada Adhea bersama lo tadi! Kalo gak ada dia? Terus lo pingsan? Terus lo-"

Ruby tak tahan mendengar repetan Lanney berteriak. "YA TUHAN MADAME, FRAU, IBUNDA, MAMA LANNEY TERCINTAH... PLEASE DEH!"

Mulut Lanney terkatup, wajahnya kesal. Raymond, Faris, Zedio, dan Adhea menutup telinga mereka. Sedangkan Althea tertawa di dalam hati, sebenarnya ia terharu karena ternyata sahabat-sahabatnya sebegitu pedulinya terhadapnya. Bahkan ayahnya saja tidak tahu.

HIDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang