Aku berlari kencang memburu waktu, kulirik jam tanganku waktu menunjuk kan tepat di angka16.00, Semakin kupercepat lariku. Hari ini aku mengerjakan tugas kuliah bersama teman kelompokku. Sampai aku lupa , ada hal yang sangat penting yang harus aku lakukan pada sore hari. Aku sudah merencanakannya dengan baik. Aku tak ingin kehilangan kesempatan ini, karena ini adalah kesempatan yang terakhir. Apabila tidak hari ini maka aku tak akan menemukan hari esok.Matahari yang memancarkan sinar teriknya dan menyebarkan kehangatannya untuk semua makhluk di bumi ini, perlahan mulai meredup dan menarik sinarnya kembali. Gumpalan awan hitam mulai berjalan mendekat, seolah-olah berkata pada matahari untuk berganti padanya. Sore yang tadinya dihiasi temaram cahaya matahri berangsur-angsur digantikan kelabu awan hitam yang mulai menyebarkan kegelapannya.
Gumpalan awan hitam semain bergerak melaju memenuhi cakrawala, seolah-olah mengikuti setiap gerak-gerik langkahku. Hati ini semakin kalut dan bimbang, rasa takut itu menggelayut dipikiranku, ku takut kalau aku terlambat. Hati semakin kacau dan bimbang melihat waktu yang sudah mendekati senja. Semburat awan jingga seakan saling berkejaran di langit merah jambu.
"Wahai awan hitam mengalahlah padaku pelankan gerakanmu agar hujan terlambat untuk turun. Berikan aku kesempatan yang terakhir ini untuk melihatnya. Wahai detik waktu, berhentilah agar senja itu terhenti untuk datang. Agar, Dia berdiri lebih lama untuk menunggumu. Karena Dia selalu menunggumu disana atas bukit yang hijau, bersandar di bawah rindangnya pohon itu sembari melantunkan lagu."
Terlintas di kepalaku bayangan wajahnya saat pertama kali bertemu. Wajahnya terlihat manis saat dia sedang tersenyum. Dia selalu pergi keperpustakaan setiap hari, sepulang kuliah ia akan bekerja setengah hari di salah satu café dekat kampus.
Setiap sore hari ia akan keluar sebentar untuk melihat langit senja di atas bukit. Aku selalu memperhatikan setiap gerak nya, bahkan aku mencatat semua jadwal kegiatannya.Entah sejak kapan aku mulai menaruh hati padanya. Sejak aku bertemu dengannya sore itu, dia tidak pernah lepas dari bayanganku. Aku selalu mencuri-curi waktu untuk bertemu dengan nya. Terkadang aku sengaja datang ke café itu untuk membeli kopi yang sebenarnya tidak pernah aku sukai. Sering juga aku keperpustakaan tanpa ada keperluan hanya untuk melihatnya. Terkadang aku merasa cemburu apabila ada gadis lain yang berbicara padanya. Aku cemburu pada gadis tersebut karena aku tak pernah punya keberanian untuk bertegur sapa dengan nya. Aku puas hanya dengan memandangnya dari jauh.
Namun, beberapa bulan yang lalu aku mendengar kabar, ia mendapat Beasiswa. Aku senang sekaligus sedih. Aku senang dan bahagia melihat dia begitu bahagia ketika menyampaikan gambar gembira itu kepada teman-temanya. Sinar kebahagiaan itu terpancar dari raut wajah dan mata nya. Tapi aku sedih karena aku tidak akan dapat bertemu dengannya lagi, dia akan pergi ke luar negeri. aku memutuskan bahwa untuk memberanikan diri untuk bertemu dengannya, aku ingin mengucapkan kata yang selama ini tak mampu aku ucapkan. Aku akan mengucapkannya padamu hari ini.
Kepadamu yang mengisi hari-hariku selama ini. Maka aku mohon tunggulah aku.
Sebentar lagi, tunggu sebentar lagi aku hampir sampai. Gumamku dalam hati. Sesosok bayangannya mulai terlihat dari kejauhan, hati ini mulai khawatir apakah aku mampu menggapai bayangan itu menjadi nyata. Perlahan -lahan aku mulai mendekat bersamaan dengan semburat jingga senja sore itu.
Semilir hembusan angin meniup dedaunan yang kian lama menjadi kencang. Angin yang tadinya semilir menjadi seperti badai yang menggugurkan dedaunan dan menerbangkan segala sesuatu yang didekatnya. Badai dan angin kencang yang datang dan disertai kegelapan langit yang kian kelabu, membawa serta rintihan hujan yang berhamburan ke bumi. Seakan mereka memahami badai yang tengah mengguncang hatiku.Sesaat yang lalu aku masih melihatnya berdiri disini. Siluet tubunya yang mengenakan Kemeja birunya yang selaras dengan celana hitam panjang yang ia kenakan berdiri di balik cahaya jingga senja. Masih terlihat jelas senyummu ketika engkau menggabadikan semburat jingga senja sore itu dengan cameramu. Masih teriris hati ini ketika engkau berlalu pergi sebelum aku sampai ketempatmu. Buliran air mata ini jatuh dengan derasnya tak mampu ku bendung ketika ku melihatmu pergi tanpa menoleh kebelakang. Aku masih disini berharap engkau menoleh kebelakang. Aku masih disini berharap engkau kembali. Namun ia tak pernah datang kembali. Dia tak pernah datang menghampiriku yang kini di temati rintihan tangis yang menghujani hatiku dan hamburan air hujan yang mengguyur tubuhku.
Hatiku berkata ; " Seandainya Detik waktu tak bergerak, mungkin aku masih bisa melihatnya. seandainya senja telat datang mungkin ia mungkin belum beranjak." Namun aku telah terlambat. Hatiku berteriak keras : " Dinda kamu terlambat, kamu tak akan pernah bisa melihat laki-laki yang telah ada tiga tahun di dalam hatimu". Seorang laki-laki yang pertama merebut hatimu dengan akhlaknya, sopan santunnya dan juga kecerdasaannya. Dia yang rajin beribadah, suka menolong, ramah, lembut namun tegas dan kamu tidak akan melihatnya lagi untuk selamnya. Kamu takkan melihatnya lagi di kampus, di perpustakaan ataupun di mesjid. Hatiku terus bergumam. Hatiku menjerit. " dinda kamu tidak akan bisa melihatnya lagi, berdiri dibukit ini untuk melihat senja. Dinda kamu telah kehilangan kesempatan untuk bersama dia, bersama lelaki impianmu " Jingga".
3 TAHUN KEMUDIAN
Pagi yang cerah, langit biru nya menampakkan senyum merekah. Seolah langit sedang tertawa gembira. Angin sepoi- sepoi perlahan membelai hijab biru muda yang ia kenakan. Perlahan hijab nya berterbangan di tiupkan angin. Udara pagi yang sejuk nan segar, menambahkan kegirangan pagi yang mengasikkan.
Dinda berdiri di bawah pohon kenangan itu. Sejak kepergiannya, Dinda selalu datang kesana setiap pekan ketika libur bekerja. Bayangan pria itu masih tergambar jelas. Seakan itu baru saja terjadi. Walaupun waktu berlalu ia masih belum melupakan sosok itu. Cinta pertamanya "Jingga" .Seperti kata pepatah "Untuk mendapatkan mutiara, kita harus menyelami dalamnya lautan." Untuk mendapatkan insan yang berharga dan istimewa di butuhkan perjuangan lebih dari biasa.
Cinta tak tak ia sangka telah tumbuh subur dihatinya. Cinta yang baru ia sadari ketika bayangan kehilangan tergambar dalam pikirannya. Dan kini cinta iu telah jauh darinya. Tapi ia yakin bahwa cinta iu akan kembali kepadanya. Allah hanya menundanya untuk memilikinya, agar Allah bisa melihat usaha yang ia lakukan. Untuk mendapatkan mutiara, kita harus menyelami dalamnya lautan. Untuk mendapatkan insan yang berharga dan istimewa di butuhkan perjuangan ektra.
Doa nya tak pernah berhenti ia panjatkan di sepertiga malam. Berharap pada Allah SWT yang menguasai dunia dan seisinya. Ia selalu merayu dan merengek pada Allah untuk mengabulkan doanya. Ia mulai berbenah diri agar menjadi pantas untuk nya. ia mulai memperbaiki sifat dan tingkah laku yang kurang baik yang ada pada dirinya. Menjaga Shalat selalu tepat waktu. Shalat dhuha dan tahajud rutin dilakukan. Ia mulai Belajar mengkaji islam. Ia menjaga pergaulan agar tak melanggar syari'at Allah. Semua itu ia lakukan sembari menunggu Allah menjawab doa-doa nya dan membuat nya kembali kesisinya.Matahari semakin naik ke puncak nya. udara panasnya mulai menyengat insan yang berada di bawah nya.
Untuk sesaat ia merasa ia diam, tak dapat bergerak. Ia ingin bicara namun lidah nya keluh.
Jantung nya berdetak semakin kencang, seolah-olah saling berkejar.Dia orang yang di nantikan berdiri, di hadapan nya. Tersenyum dengan indah nya. Berjalan perlahan mendekatinya. Sampai beberapa meter di dedepan nya. Lelaki itu mengulurkan tangannya. Di tangan nya ada kertas putih, yang terbungkus amplop merah muda, dengan motif bunga sakura.
" ambillah ini dan pahami lah hatiku berbicara, melalui isi tulisan itu"Aku hanya diam mematung, menundukkan pandanganku, tak berani sedikitpun aku melihat wajah nya.
" besok aku menunggu mu di sini, di jam yang sama. Datang lah setelah membaca nya."
Setelah itu ia pergi, menghilang di balik bukit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Di Ufuk Biru
Short StoryLangsung baca aja ya Tak pandai merangkai kata-kata untuk meluah kan rasa. Ini adalah karya pertamaku. Banyak typo, tulisan berantakan. Semoga menghibur.