January 30th, 2018
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat Myun Hee akhirnya mematikan lampu terakhir di kafe. Dia adalah karyawan terakhir yang berada di tempat tersebut. Menutup kafe tidak termasuk dalam daftar kewajiban Myun Hee. Dia adalah manager, bawahannya lah yang seharusnya melakukan pekerjaan itu. Tetapi akhir-akhir ini, gadis itu justru menjadi orang terakhir yang berada di kafe, bahkan terkadang jauh setelah jam tutup kafe lewat.
Ia baru saja menutup pintu kafe dan memasukkan kunci pada lubang di pintu ketika cahaya lampu yang berasal dari sebuah mobil yang berhenti di tepi jalan membuat silau gadis itu. Myun Hee tidak perlu menunggu sampai pemilik mobil keluar untuk bisa menebak siapa yang baru saja menepi. Mobil itu milik Kyu Hyun.
Benar saja. Beberapa saat kemudian seorang pria jangkung melangkah mendekati Myun Hee. Pria itu tersenyum kecil dan dibalas Myun Hee dengan lambaian.
"Aku datang tepat waktu," komentar Kyu Hyun.
"Eoh... Sedikit saja kau terlambat, aku mungkin sudah pulang."
Ada hening sejenak. Deru kendaraan yang berlalu lalang sempat mengisi jeda di antara kedua orang tersebut. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah pertengkaran keduanya beberapa waktu yang lalu. Bukan hanya tidak menemui Myun Hee, Kyu Hyun juga tidak menghubungi gadis itu setelah terakhir kali keduanya bertemu.
"Kau mau masuk?" tawar Myun Hee akhirnya. Kyu Hyun mengarahkan pandangannya ke sekeliling mereka. Ia ingin berbicara serius dengan gadis itu, dan mungkin membicarakan semuanya di kafe yang sudah tutup adalah ide yang lebih baik dibandingkan bar yang bising.
"Oke."
Myun Hee kembali mendorong pintu lalu menekan sakelar lampu yang berada paling dekat dengan pintu. Gadis itu menurunkan kursi dari atas meja, yang dengan cepat diikuti oleh Kyu Hyun.
"Kau ingin minum sesuatu? Kopi?"
"Eumm..." Kyu Hyun nampak ragu. "Kau punya bir?"
Myun Hee terkekeh. "Kurasa karyawanku menyimpan beberapa kaleng di lemari pendingin."
Gadis itu menghilang sejenak di balik pintu yang mengarah ke bagian belakang kafe sebelum kemudian kembali dengan dua kaleng bir di tangannya dan sebungkus potato chips. Ia meletakkan minuman dan camilan itu di atas meja. Kyu Hyun membuka kaleng lalu menyesap minuman dingin itu, begitu pula dengan Myun Hee.
"Bagaimana kabarmu?" Lagi-lagi Myun Hee yang memulai pembicaraan.
"Aku baru kembali dari konferensi di John Hopkins University." Jawaban Kyu Hyun seolah menjelaskan kenapa pria itu tidak menghubungi ataupun menemui Myun Hee selama hampir dua minggu terakhir.
"Kapan kau pulang?"
"Tadi pagi."
"Aah..." Myun Hee mengangguk kecil.
Gadis itu kini menundukkan kepalanya. Ia menatap jemarinya yang menggenggam kaleng bir yang terasa dingin. Sesekali ia mencuri pandang pada Kyu Hyun yang rupanya tengah mengarahkan pandangannya pada jalanan.
Bukan. Keduanya bukan sedang kehabisan bahan pembicaraan. Bukan pula sedang kehilangan kata-kata.
Ada banyak hal yang harus mereka bicarakan. Ada segudang kata yang memenuhi otak keduanya. Hanya saja tidak ada yang tahu bagaimana harus memulainya.
Myun Hee tidak nyaman dengan konfrontasi. Dan Kyu Hyun tidak menyukai diam.
Kyu Hyun menghela nafas nyaring. Pria itu kini menegakkan punggungnya dan menghadap penuh ke arah Myun Hee yang masih betah memandangi meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
RomancePandangan pria itu terhenti. Awalnya ragu tetapi kemudian kedua mata sipitnya terbuka lebar. Di seberang sana, seorang gadis dengan rambut yang diikat rapi berdiri. Mantel berwarna abu-abu memeluk erat tubuh gadis itu.