Sepanjang perjalanan menuju Panti Asuhan yang selama ini dikelola oleh mantan tunangannya, hanya satu yang dilakukan Kim Taehyung. Menatap lurus pada jam tangan yang ditaksir Jimin memiliki harga selangit. Jam tangan mewah yang merupakan pemberian Taehyung pada seorang wanita yang begitu berarti di dalam hidupnya saat wanita itu berulang tahun ke duapuluh dua. Tepat di musim dingin tiga tahun yang lalu. Hari yang sama disaat mereka memperingati hari jadi yang ke lima.
Jarum jam itu berdetak normal meski terdapat retakan pada kacanya dan sedikit noda darah yang tertinggal dibagian rantai yang terbuat dari emas. Waktu memang selalu berjalan normal bagi setiap orang. Namun tidak halnya dengan Taehyung. Waktunya seolah berhenti bersama kepergian wanitanya dua bulan yang lalu.
Taehyung merasa wanitanya tidak hanya jahat karena meninggalkannya seorang diri, tapi juga egois karena pergi tak hanya seorang diri. Dia pergi membawa satu jiwa bersamanya—jiwa Kim Taehyung.
Yang ada di samping Jimin saat ini hanyalah patung hidup. Kim Taehyung yang sekarang benar-benar berubah. Irit bicara dan tempramental. Seperti kapal tanpa awak di tengah lautan, hanya berlayar kemana angin dan air membawanya. Tidak ada semangat hidup sedikitpun. Dan itu menyebalkan. Karenanya Jimin harus menghalalkan segala cara untuk mengatasi berbagai macam kekacauan yang ditimbulkan.
Mengunjungi tempat-tempat yang erat kaitan dengan wanitanya adalah hal yang paling ingin Taehyung hindari. Namun kali ini dia terpaksa. Karena sekali lagi dengan egoisnya wanita itu meminta Taehyung untuk menggantikan posisinya sebagai pemilik sekaligus pengelola Panti Asuhan Hanseoul dalam surat wasiat yang entah kapan ditulisnya. Rumah bagi anak-anak yang tidak memiliki tempat tinggal ditengah kerasnya kehidupan di kota Seoul.
Mobil mewahnya memasuki halaman yang begitu luas dengan pohon rindang disetiap sisi jalannya. Juga air mancur yang membuat tempat itu terkesan seperti taman bermain.
"Kau bisa tetap tinggal di dalam mobil. Aku akan mengurus semuanya dengan cepat." Jimin menoleh sekilas dan seperti biasanya tidak ada tanggapan dari Kim Taehyung. Julukan barunya sebagai patung hidup sangat tepat sekali. Tidak sia-sia Jimin menjulukinya.
"Aku akan mengurus semuanya dengan cepat." Lirih Jimin sekali lagi sebelum turun dan membiarkan Taehyung menunggu di dalam mobil seorang diri karena supirnya lebih memilih mengekori Jimin. Takut jika nantinya sang majikan mengamuk hanya karena suara nafasnya yang berisik.
Alarm tiba-tiba saja berbunyi dan itu sedikit mengejutkan Taehyung meski ekspresinya masih terbilang datar. Pikirnya sesuatu yang buruk telah terjadi, seperti kebekaran akibat kebocoran gas. Namun yang terjadi selanjutnya adalah beberapa anak berhamburan dari dalam bangunan tua yang dilapisi cat bewarna hijau muda.
Mereka seperti ikan air tawar yang berlomba saat dilemparkan makanan. Bedanya yang mereka perebutkan adalah ayunan, seluncuran dan mainan lainnya yang sepatutnya dimainkan oleh anak-anak seusia mereka. Melihat beberapa anak itu, tanpa sadar seulas senyum terlukis di bibir Taehyung. Hanya sebentar karena kecelakaan malam itu kembali mengusiknya. Penyebab dirinya dan wanitanya tidak akan pernah bisa bersama lagi sampai memiliki seorang anak. Yang dicintainya sudah jauh berada di atas sana.
Duk
Bunyi keras yang bersumber dari sisi kiri mobil Taehyung yang terparkir memecahkan lamunannya. Pria itu melirik beberapa anak laki-laki dari kaca spion mendekati seorang gadis dengan pakaiannya yang tampak lusuh. Gadis itu seperti melindungi sesuatu di dalam genggaman tangannya tak peduli meski beberapa pukulan melayang ke kepala dan wajahnya.
"Tidak! Ini milikku!" Teriaknya yang bisa didengar Taehyung dari dalam mobil.
"Gadis sepertimu tidak pantas memilikinya! Kau pasti mencurinya dari orang lain."
"Ayo jujur!" Anak lainnya membentak sambil tetap berusaha mengambil sesuatu yang disembunyikan gadis itu kuat-kuat di dalam genggaman tangan mungilnya.
"Tidak. Aku tidak mencurinya."
"Meh. Kau pasti berbohong."
"Ya!"
Teriakan keras seseorang mengintrupsi perdebatan hingga semuanya menoleh ke sumber suara termasuk Taehyung yang sedari tadi asyik menikmati adegan saling memperebutkan antara seorang anak perempuan dengan empat anak laki-laki.
"Apa yang kau lakukan padanya?" Tanya gadis yang baru datang itu. Penampilannya mencerminkan keberaniannya. Kaus polos hitam dengan jeans pendek dan sepatu convers bewarna putih membuatnya terlihat keren.
"Sudah kukatakan berhenti mengganggu Nari, apa aku harus memukul kalian dulu baru mengerti?" Ucapnya yang kemudian menarik gadis kecil bernama Nari itu agar berlindung di balik punggungnya.
Satu dari empat anak laki-laki itu berdecak kesal. Dia menatap Nari tajam sebelum meninggalkannya. Taehyung yakin gadis yang baru saja datang itu memiliki kekuasaan di Panti Asuhan ini karena kedatangannya mampu membuat anak lainnya tak berkutik.
"Terimakasih, Jennie." Cicit Nari setelah anak laki-laki itu meninggalkannya. Yang menolong hanya mengidikkan bahunya acuh. Jennie lalu meminta Nari bermain di dalam kamar jika tidak ingin anak-anak tadi kembali menganggunya.
Setelah kepergian Nari, Taehyung membuka pintu mobilnya yang membuat gadis bernama Jennie itu terkejut. Tidak tahu jika mobil yang dijadikannya sandaran nyaman setelah kepergian Nari menyembunyikan sesosok pria tampan.
"Maaf Ahjussi, aku tidak tahu jika ada orang di dalam mobil."
Taehyung mendelik. Tak terima baru saja dipanggil Ahjussi oleh seorang gadis ingusan yang ditaksirnya masih berusia sepuluh tahun.
"Aku bukan Ahjussi." Balasnya datar.
Jennie mengerjapkan matanya. Menunggu kalimat Taehyung selanjutnya, tetapi pria itu tidak berbicara apapun setelah penegasan kalau dirinya bukan seorang Ahjussi.
"Baiklah, kalau begitu. Oppa aku minta maaf."
Taehyung mendengus dan tersenyum meski samar. Merasa senang hanya karena seorang gadis kecil memanggilnya Oppa. Entah kenapa terdengar menggemaskan ditelinganya.
Karena pria di hadapannya tidak berbicara apapun setelah dirinya meminta maaf, Jennie memilih pergi sebelum teriknya matahari merubah kulitnya yang putih menjadi cokelat seperti daging panggang.
Saat punggung itu menghilang di dalam bangunan, kaki Taehyung bergerak perlahan. Mencari keberadaan Jimin untuk memintanya melakukan satu hal yang mungkin akan membuatnya berfikir Taehyung sudah tak waras. Karena setelah ini Jimin harus mengurus surat pengangkatan seorang anak.
Taehyung ingin gadis bernama Jennie itu menjadi anaknya.
***
TBCVOTE VOTE VOTE
NOTE: Taehyung disini limabelas tahun lebih tua dari Jennie. Entah kenapa kepikiran nulis cerita yang usia mereka jauh banget, biar ala-ala sugar daddy wkwk
Salam dari Main Rapper Jennie🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDNIGHT SUN
RomanceKim Taehyung tidak pernah menjawab setiap kali Jimin bertanya alasannya mengadopsi Jennie pada hari itu. Yang dilakukannya hanyalah menatap langit dengan sinar matahari yang semakin membakar kulit.