02 Eunha

196 41 12
                                    

Jungkook meniup-niup poni rambut gondrongnya bosan. Sesekali melihat gadis yang asik tidur di atas ranjang UKS. Jungkook duduk tak jauh dari sana, ada satu kursi kayu di bagian pojok ruangan yang bisa ia pakai.

UKS lebih tentram dari ruangan lain, AC menyala dan cahaya lebih banyak di dapat dari sinar matahari di luar jendela kaca. Tenang dan tak berisik, tapi Jungkook tidak pernah suka keadaan sunyi seperti ini.

Langkah kaki samar-samar terdengar mendekati posisi Jungkook sekarang, begitu sekat kain di sibak. Kim Mingyu datang dengan satu kantong plastik putih berisi kotak makan burger.

"Gila ya, tuh satpam berani banget ngajak ribut sama gua." Dumelnya sambil meletakkan pesanan ke atas meja di samping ranjang UKS yang terpakai.

"Eh Kook, lo apain tadi si Mark?" Sambil terkikik Mingyu mengambil tempat yang teduh di atas lantai untuk ia jadikan kasur.

Ruangan UKS tak terlalu besar, hanya ada empat ranjang itupun yang tiga ada di depan. Biasanya untuk mengevakuasi korban pingsan saat Upacara.

Jungkook melirik Mingyu dengan malas, "dia memang harus tahu akibatnya. Nyentuh Eunha sehelai rambut pun gue bunuh tuh orang." Decaknya kesal.

"Bucin sih ya?" Mingyu membuka ponselnya siapa tahu gebetan atau mungkin mantan-mantannya minta balikan sambil menanggapi ucapan bosnya dengan sedikit candaan.

Jungkook memperhatikan wajah tentram Eunha dari samping. Kening kirinya benjol dan memerah akibat bola basket yang terlempar keras mengenai jidatnya.

"Harusnya gue patahin sekalian tangannya." Gumam Jungkook.

Mingyu melirik sekilas sebelum beralih meng-scrool kembali media sosialnya, "posesif banget lo, Kook. Jangan batasi gerak pertemanan Eunha berlebihan, nanti dia ngeri lagi deket-deket sama lo. Saran gue sih lo bebasin dia tapi dengan tetap di bawah pengawasan lo."

"Hhh, udah lah gue capek. Lo tahu... Eunha suka sama dia, enam tahun Eunha selalu ngomongin dia seolah-olah emang gak ada tempat lagi buat gue masuk ke dunianya." Jungkook menghela nafas lelah sambil menyenderkan punggungnya pada kursi.

"Lo mau nyerah?" Mingyu mengangkat dagunya memandang Jungkook miris.

Mencintai sahabatnya yang rupanya mencintai musuh bebuyutannya. Hanya Jungkook yang menganggap dia itu musuh bebuyutannya, sedang dia sama sekali tidak peduli. Mereka jarang bertemu, lebih sering berpapasan di lorong menuju kantin.

Jungkook tak bisa menaruh dendam kan? Cinta tak bisa di salahkan, itu karena Jungkook telat menyadari. Telat mengambil tindakan dan telat untuk jujur soal perasaannya.

"Entahlah."

Mingyu bergumam tidur beralas keramik UKS, "emang sih setiap orang harus berusaha mengejar mimpinya tapi kalau nyatanya gak bisa, gak papa kok mundur dari impian lo." Balasnya, "kayak gue... Gak semua yang kita pengin bisa di capai, gak semua yang kita mau bisa kita dapatkan. Ada kalanya kita gak bisa mencapai itu dan memilih untuk keluar."

"Sejak kapan lo jadi bijak? Berguru sama Mario Teguh?" Jungkook mengangkat satu alisnya melirik Mingyu sekilas.

"Bangsat! Gua lagi serius, ogep!" Mingyu siap-siap memegang ujung sepatunya, niatnya hanya menggertak dengan postur hampir melempar sepatu ke arah kepala Jungkook. Ia kembali tidur tenang, sesekali menggeser layar di ponselnya. "Kalau lo ketemu sama jalan buntu... Puter balik aja."

Jungkook terdiam mendengar kalimat Mingyu karena sesaat setelahnya rintihan kecil Eunha menggerakkan kakinya untuk mendekati ranjang UKS.

•🌈•

Jungkook mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat memandang Eunha sebentar sebelum menyusul temannya yang sudah stand by di lapangan.

Peniup yang di bunyikan pelatih terdengar keras menginterupsi dengan adanya bola yang di lambungkan ke atas. Permainan di mulai.

Jungkook sesekali melirik Eunha yang duduk di pinggir lapangan sambil bersorak, tatapan berbinarnya yang hanya mengarah pada dia membuat konsen Jungkook hancur.

Padahal dia hanya jadi wasit mengantikan Guru karena mengalami cidera kaki akibat kecelakaan. Dia hanya menejer, dia bukan anggota tim inti, dia tidak bermain. Tapi kenapa Eunha bersorak untuknya?

Jungkook mendapat operan bola dari Jaehyun entah mengapa kakinya spontan mengoper bola dan kejadian itu sangat singkat dimana tendangan keras Jungkook tepat mengenai kepala dia.

"KAKKK!!!" Eunha berdiri panik bersama dengan anggota tim lain.

Jungkook bertanya-tanya pada dirinya sendiri yang spontan melakukan itu hanya karena tidak suka. Ini bukan salah dia, bukan dia yang meminta Eunha untuk menyukainya.

Jungkook mendekat cepat karena posisinya yang paling dekat, ia mengendongnya dan tanpa bicara apapun membawanya pergi menuju UKS.

"Astaga!! Bagaimana!! Jungkook biarkan Chahyun yang membawanya?! Heyyy!!! Kau harus berlatih!" Teriakan pelatih tak di hiraukan.

Entah kenapa Jungkook sulit mengendalikan emosinya dan entah kenapa ia ingin membantunya.

Mingyu menyenggol Jimin yang ada di sampingnya, "gue rasa bakal ada couple baru nih yang bikin gempar sekolah." Sambil tersenyum mencurigakan.

Jimin mendengus, "dalam mimpi lo, B-Friend! Jungkook gak semudah itu pindah dari perasaannya yang udah memilih Eunha." Balas lirih menatap Eunha yang heboh merapikan barang-barangnya.

"Siapa tahu." Mingyu mengangkat bahunya acuh dan berpencar menjauh saat teriakan pelatih kembali menginterupsi.

Next chapter  →

Burung KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang