[Warning! Chapter ini berisi unsur yg 'sangat' dewasa dan tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur, bijaklah dalam menyikapi bacaan anda, terima kasih]
•
•
•
•
•"Ooh jadi disini Liya berbaring?" Ucap Fumito sembari meraba-raba sisi itu.
"Ya, sudah 2 hari dia belum juga sadar." Jawabku lemas. Masih menunggunya disisi kasurku.
"Aku harap aku bisa melihatnya, bagaimana kondisinya sekarang?"
"Yg jelas.. Dia tidak baik-baik saja."
Fumito menunduk dan menepuk singkat bahuku. "Sabar yah Rei, kau bilang dia akan sadar dalam 3 hari.. Mungkin besok waktunya."
"Hm, aku harap. Tubuhnya sangat transparan Fumito, aku yg biasanya bisa menyentuhnya sekarang tidak lagi. Dia seperti bayangan yg berbaring, yg bisa kulakukan hanyalah memandanginya."
"Setidaknya kau bisa melihatnya. Lalu aku?" Candanya.
Aku sedikit terkekeh. Aku senang Fumito ada disini mengatasi rasa kesepianku. Beberapa detik kemudian, kami mendengar suara ketukan pintu. "Masuk.." Teriakku.
Dan saat itulah aku menepuk dahiku. Apa-apaan ini.. Tante Luo Yi datang dgn membawa nampan berisi es lemon dan muffin coklat yg masih hangat. Fumito menyenggolku dgn mata yg melongo tak mengerti. "Hey.. Si-siapa dia?" Tanyanya.
"Dia.. Ehm.. Dia teman ayahku." Jawabku tersenyum rengkuh.
"Aku belum terbiasa untuk masuk lewat pintu, tapi ayahmu menyuruhku utk mengetuk pintu dan bersikap sewajarnya. Ini.. Aku taruh disini yah.." Ucap tante Luo Yi dan menaruh nampan itu diatas nakasku.
"Baiklah, te-terima kasih tante." Jawabku sembari menggaruk tengkukku yg tidak gatal.
Tante Luo Yi hanya tersenyum simpul dan mengalihkan pandangannya ke Fumito. Sedangkan Fumito yg ditatap dgn tajam olehnya langsung mematung. "Jadi kau yg namanya Fumito?"
"I-iya." Jawabnya gugup.
Tante Luo Yi tiba-tiba merampas kaca matanya. "Apa kau harus memakai benda ini?"
"Ti-tidak juga. Aku punya Min ringan, jadi aku hanya memakainya utk membaca atau bermain ponsel." Masih dgn terbatah.
"Kau tidak melakukan keduanya saat ini kan? Kalo begitu kenapa tidak dilepas?"
"Ehm.. A-aku.. Terlalu malas utk membawa kotak kacamatanya, jadi aku memakainya kemanapun aku pergi kecuali di rumah."
"Kalo begitu jangan dibawa kotaknya, simpan saja di saku atau celanamu.."
Fumito hanya tersenyum rengkuh dan sesekali melirik ke arahku. Aku hanya bisa menghela nafas. "Tante.. Tidak perlu mencampuri urusannya.." Selaku.
"Sssttt." Tante Luo Yi menyuruhku diam. Ck, aku tidak percaya ini.
"Aku tidak mengerti dgn manusia, kenapa semua masalah dibuat rumit. Kalo kau malas utk membawa kotaknya, lalu jangan dibawa.. Aku hanya ingin bilang bahwa.. Anak ini.. Jauh lebih tampan tanpa benda bulat membosankan ini." Jelasnya.
"Be-benarkah? Aku?" Ucap Fumito. Aku hanya geleng kepala.
"Itu benar." Tante Luo Yi memasukkan kacamatanya di saku kemeja Fumito. "Apa... Kau mau Min ringanmu hilang?"
Aku melotot. Oh tidak, tante Luo Yi tidak perlu melakukan itu. "Apa yg tante bicarakan? Di-dia.."
"Aku mau! Aku sudah lelah memakai kacamata seumur hidupku, apa tante bisa menyembuhkan mataku?" Potong Fumito.
Tante Luo Yi terkekeh dan menyibakkan poni panjang yg menutupi sebelah mata Fumito. "Aku bisa menyembuhkan semua penyakit. Itulah kemampuanku.."
"Tante!" Tegurku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriends In Two Worlds! [NC18+] (ON GOING)
Romance‼️[Sequel of 'My Boyfriend is a Ghost?']‼️ "Konnichiwa~! Aku Reiji, seorang anak indigo yg lahir dari pernikahan manusia dan mantan hantu. Ya, ayahku dulunya seorang hantu yg berhasil hidup untuk kedua kalinya, raga yg sekarang ia gunakan adalah rag...