><><><
Gigi yang sudah mengulurkan helm bersama tubuhnya yang menengok kebelakang. Hanya wajah kesal yang terbit disana, tak pelak ikut membuatnya terkekeh geli."gitu aja cemberut, dih!"
Syeha mengambil helm sambil mendengus, "gak sekalian aja lo tunggu gue digerbang sekolah!" sungutnya menisik tajam— selesai mengancingkan helm.
Baru hendak menaiki motor, kendaraan hitam roda dua itu kembali melaju. Membuatnya terbelalak sempurna. Dia ditinggalkan lagi!
"Woy! Dasar Biadab!" pekik Syeha membahana.
Gigi menoleh, bersamaan dengan motornya yang berhenti "mulut lo Sye, astagfirullah.." ia keheranan, dari dulu sahabatnya ini selalu saja mengoleksi banyak umpatan. Makian. Hinaan. Padahal sudah sering diberitahu, itu bukan hal yang baik. Kalau tidak ngeyel, bukan Syeha namanya. Tapi tak dipungkiri, terkadang kata-kata itu yang berhasil membuatnya tergelak sendiri.
"ga malu apa diliat pak Argo tuh.." tunjuk Gigi pada seorang tetangganya yang sedang menyiram tanaman tepat didepan pagar rumahnya. Untung saja pak Argo yang ada didepan rumah, coba kalau adiknya, Bang Viko, sudah habis mereka diledeki. Heran. Abang-adik tapi kelakuan bak Air dan Api. Kalau pak Argo Air, menentramkan, mendamaikan, penuh kelembutan, karena selain ia seorang dokter juga dosen, beliau juga ketua RT kompleks. Berbeda dengan bang Viko. Si emosian, bar-bar, dan malas-malasan. 6 tahun lebih kuliah S1nya belum juga kelar. Jika tahun ini sampai tidak selesai juga, mungkin DO lebih pantas untuknya.
Pak Argo masih memperhatikan keduanya ditempat, "maaf pak, nih anak emang susah ngefilter omongan." Gigi mengangguk sopan. Sedang pak Argo hanya menggeleng sambil tersenyum kecil. Kan bener. Kalem banget si bapak.
Saat Syeha sudah kian mendekat, Gigi lagi-lagi berceloteh, "harus berapa kali sih gue ajarin. Lo itu calon ibu buat anak-anak lho, Sye, harus belajar jaga omongan dari sekarang." ujar Gigi"bodo!"
"diomongin malah bodo. Emang lo mau gitu, anak-anak lo tum—" Belum selesai Gigi berbicara, suara kesal Syeha kembali mengudara.
"lo kebanyakan bacot tau nggak. Kaya lo yang mau jadi bapaknya aja." ketus Syeha, yang tanpa disadari terselip makna didalamnya.
"udah, buruan jalan." serunya lagi.
Mendengar itu, Gigi hanya bisa menggeleng sambil bedecak sendiri tapi tetap saja menuruti perkataan Syeha.
"berangkat dulu pak, mari, Assalamualaikum.." ujar Gigi ramah pada pak Argo, usai mendapat anggukan dan salam dari pak Argo lantas ia segera memacu kendaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada Musim Semi ke Lima
Fiksi RemajaAku menyerah. Tak sanggup lagi menahannya. semakin lama perasaan ini kian dalam. sampai aku tak tahu bagaimana cara menepi. Pada musim semi ke lima, aku bertanya dan kamu menjawab, akhirnya semua menjadi jelas. Terimakasih. - Syeha Afifa