Sakit...tak pernah bisa pergi dalam diri yang selalu bertuan kesedihan ini.
Luka...tak pernah mau lari dari perihnya hati yang hanya bisa menunggu pasrah tampa berharap ada yang menutupnya. Karna memang luka itu tak kan pernah sembuh.
Keringnya kemarau hati yang gersang selalu saja berharap ada setitik hujan yang menyirami walau tak berharap ada pelangi yang indah memayunginya namun setidaknya biarkanlah diri yang lemah ini merasakan sedikit saja sejuknya hembusan angin ditengah perihnya hati yang kering ini...Taiga memijit kepalanya yang terasa pusing. Matanya perih menatapi laporan yang menumpuk didepannya. Namun pikiran gundah tak jua pergi dari dirinya.
"Nisan...apakah kau memang tak mau memberikan hatimu untuk Nico? Rasanya percuma aku mengorbankan diriku bila kau sama sekali tak ada rasa untuknya. Aku tau Nico gadis yang baik. Ia tak pernah mengeluh saat bersamaku kendatipun aku sering menyakitinya. Aku...hanya ingin dia bahagia. Begitu juga dengan nisan..."
Suara Emu masih sangat jelas terngiang ditelinganya. Ia juga tak memungkiri kalau ia merindukan gadis manis itu. Hanya saja Taiga merasa tak pantas. Nico terlalu muda untuknya. Ia tidak mau disebut pedofil. Gadis itu masih punya banyak kesempatan yang bisa diraihnya. Dan cintanya hanya akan jadi penghalang langkahnya nantinya.
Dan Emu? Apa yang sebenarnya ada dipikiran anak itu? Dia sibuk mengurusi kebahagiaan semua orang tampa harus memperhatikan keadaan dirinya. Sebagai dokter spesialis Taiga sama sekali tak bisa dibohongi kendati beribu kali Emu tersenyum dimata semua orang dan memperlihatkan keceriaan dan senyumnya seolah benarlah bahwa ia memang sehat dan kuat melawan penyakitnya. Adik ketiganya itu sudah mulai membuat ulah lagi yang seperti biasa sangat menjengkelkan dan membuat keluarganya marah. Bayangkan...hari ini ia ingin merasakan masakan Ryuga. Seperti orang yang sedang mengidam saja layaknya. Padahal dia sangat tau kalau Ryuga sama sekali tak bisa memasak. Tak tega melihat wajah memelas sang adik yang menggemaskan menurut mereka akhirnya Ryuga merengek kepadanya untuk diajari memasak. Jadilah Taiga hari ini ngebut kerja demi membantu kakaknya itu mewujudkan keinginan anak kelinci yang manja itu. Dan itu membuatnya merasa sangat pusing sekarang karna laporan yang tak pernah habis dimejanya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly paper (End)
Hayran KurguEmu : "Aku tidak mengerti, seberapa banyakpun perbedaan diantara kita, sebanyak apapun luka dan cobaan yang mengelilingi langkah kita, aku tetap tak bisa jauh darimu dan selalu ingin berada didekatmu." parad : "Akupun ingin kau tau, meski sayapku ak...