Setiap hari, setiap waktu. Detikan jam rasanya membuatku muak!
Orang tua ku selalu bertengkar. Aku dan adik-adikku hanya bisa diam. Ingin rasanya aku kesana tapi tak bisa, diriku terlalu pengecut.
Sekarang aku sudah tak tahan lagi. Sebuah benda tajam aku layangkan ke arah sana. Tepat ke bagian inti kehidupan manusia, salahkah aku?
"Saat pintu maaf telah tertutup rapat, kesalahan yang lalu tertinggal jauh dalam ingatanku, semua yang terjadi tidak pernah bisa kembali, hanya satu kata yang bisa aku ucapkan atas segala kesalahan yaitu sebuah kata maaf."
°—— Revenge ——°
Aku diam disana. Memandangi orang tua ku berkelahi. Banyak umpatan keluar dari bibir mereka.
Aku, kakakku, adikku hanya bisa memandangi. Sampai akhirnya orang tua kami berhenti. Mereka berpisah.
Aku berusaha menutupi semua nya dengan senyuman manis ku. Semua suka orang bahagia kan? Akan ku buat orang orang menyukai ku karena aku orang yang bahagia!
Tak akan ku biarkan ada orang lain yang sedih seperti ku. Cukup aku sendirian. Aku tak mau ada orang yang merasakan kehilangan, cukup diriku. Karena pada akhirnya. Tersenyum untuk menutupi masalah... Itulah cara ku.
"Kita sering melihat sesuatu itu lebih berharga, saat kita mengetahui ia sudah hilang dan dimiliki oleh orang lain."
°—— Revenge ——°
Diriku hanya mampu menangis di dalam kamar. Menangis sejadi jadinya. Kuabaikan suasana luar kamar yang sangat membuatku ingin kabur begitu saja. Sakit, kini aku yang harus memperbaiki semuanya.
"Setiap rangkaian cerita itu pasti ada penyesalan, disitulah kita bisa ambil maknanya arti sebuah kehidupan."
°—— Revenge ——°
Aku berdiri disana. Menatap teman ku dibully, dipukuli juga ditendang. Emosiku meluap tak tahan melihat apa yang terjadi.
Namun ketika aku mendekat, aku malah memperburuk keadaan. Emosi ku terlalu kuat, mengambil alih akal sehatku.
Dan ketika itulah aku tahu bahwa diriku adalah sebuah monster...
"Aku marah karena tak bisa menghentikan penyesalanku, aku marah karena tak ada lagi yang membujukku untuk tenang."
°—— Revenge ——°
Aku tahu kalau diriku lemah, aku tahu kalau diriku menyusahkan. Kekuranganku memang sukses memusnahkan rasa empati kalian padaku, sehingga aku dikucilkan. Tak ada yang memberikan kasih sayang padaku, kecuali satu-satunya kakakku itu.
Namun, setelah bebas, aku merasa bahwa dunia ini masih sama. Aku kira semua akan berubah. Sama saja, sampai jumlah temanku pun bisa dihitung dengan jari, padahal aku hanya ingin berbuat baik, mengapa aku dijatuhkan?
Sudahlah, tak ada yang spesial.
"Ada kalanya luka yang kau sematkan membuat penyesalanku terselamatkan, pada barisan doa doaku, bahagia untukmu kusempatkan."
°—— Revenge ——°
Andaikan, diriku yang dulu itu kuat. Andaikan, aku bisa melepaskan diri dari cengkraman besarnya. Tetapi diriku yang dulu tetaplah sama seperti bunga dandelion. Diterpa sedikit saja angin maka hancur.
“Jaga orang-orang yang kamu sayangi, sebelum kamu menyesal jika kehilangannya. Karena penyesalah tidak bisa mengubah sesuatu yang telah hilang."
°—— Revenge ——°
Sepertinya, tidak semua orang senang dengan kehadiranku. Tapi setelah kutelusuri, memang semua begitu. Hanya saudaraku saja yang mengerti keluh kesahku. Teman-temanku memandangku seperti sebuah pesawat yang harus dijatuhkan tanpa belas kasihan.
Salahkah aku kalau aku sering mewakili sekolah? Kalau kau mau di derajat yang sama denganku, mari kita berjuang bersama, tapi mengapa tak ada yang pernah mengerti?
“Tak seorang pun akan memberi apa yang kamu mau, kamu harus berusaha mewujudkan mimpimu. Jangan pernah menyerah, atau kamu akan menyesal di kemudian hari."
°—— Revenge ——°
Ohohoho :v
Ingad! Ini hanya prolog sementara, suatu hari bisa direvisi lagi.y—Warga FDO
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
Fanfiction[SlowUpdate] Maafkan aku... Andai aku lebih bisa mengontrol diri semua ini tak harus terjadi. Kini perlahan demi perlahan setiap kebohongan yang kubuat melahap ku secara perlahan. Merayapi akal sehat ku. Bisakah aku tetap kembali dan bersama denga...