Kebenaran

2.8K 281 28
                                    

Langit sudah sangat gelap seperti akan turun hujan ketika Mobil Mino Oppa berhenti tepat di depan sebuah bangunan bertingkat. Di depan bangunan tersebut terdapat plang besar bertuliskan Peaceminusone.

"Kau ingin aku temani?" tanya Mino Oppa.

Aku menggelengkan kepala, melihat situasi di sekitar dari dalam mobil. "Doakan aku ya Oppa, Terima kasih sudah mengantarku."

Aku turun dari mobil dan melangkah dengan yakin ke dalam bangunan itu. Tersenyum menyapa beberapa staff yang berpapasan dan kepada beberapa pengunjung di sisi sudut Outlet yang kebetulan melihatku. Ya, aku tidak menutupi jati diriku kali ini.

Aku melangkah semakin masuk ke dalam, mencari sosok yang aku rindukan. Sebenarnya hal ini bisa dibilang sangat nekat, aku tidak tahu apakah Jiyong Oppa masih mau menerimaku setelah kejadian penolakan malam itu. Namun setelah kembali diyakinkan oleh Dami Unnie, akhirnya aku nekat untuk datang ketempatnya menghabiskan banyak waktu belakangan ini.

Flashback

Setelah aku dan Sehun Oppa berhasil keluar dari Ballroom dengan selamat, aku memintanya mengantarkanku ke rumah Dami Unnie. Aku butuh arahan dan saran darinya. Aku tidak mengira bahwa Jiyong Oppa akan menyerah tanpa perlawanan seperti ini. Aku takut ia akan melepaskanku. Aku hanya ingin memberinya pelajaran, bukan benar-benar ingin menyakitinya.

"Oppa, terima kasih banyak untuk bantuannya malam ini. Jika nanti terjadi sesuatu hal padamu, tolong beritahu aku." Aku menatap sosok pria yang sudah berhasil mendampingiku menyelesaikan misi malam ini.

"Hm. Kau juga jangan terlalu lama bersedih. Kalian saling mencintai, jadi segeralah selesaikan masalahnya."

"Ne, Oppa. Aku masuk ya, Oppa hati-hati di jalan." Aku turun dan membungkuk ke arah jendela untuk memberikan salam terakhir sebelum masuk kedalam rumah Dami Unnie.

**

"Kau sudah makan? Tadi Eomma mengirimkan beberapa makanan untukku. Makanlah dulu."

"Aniya Unnie. bagaimana aku bisa makan? saat ini yang ada di kepalaku itu hanya wajah Jiyong Oppa yang terluka karena perbuatanku."

"Baru begitu saja sudah heboh. Kau tidak tahu bagaimana wajahnya saat kau tinggalkan ke Paris, Eh?"

"Unnie! jangan terus membahas itu. Kan sudah aku bilang, aku kesal padanya karena berbohong dan lebih mementingkan Nonna jadi-jadiannya itu!" aku merosot turun dari sofa dan terduduk di karpet tebal yang ada diruang tv nya.

"Astaga, apa Ji tidak salah memilih wanita? Kau lihat Chagiya, ia merajuk seperti anak kecil." Joon Oppa sekarang ikut menggodaku.

"Hahaha, -Ji memang salah memilih karena jatuh cinta pada bocah seperti dia." Dami Unnie ikut duduk bergabung dengan Joon Oppa, di sebrang Sofa yang ada di hadapanku.

"Yak! Oppa, Unnie! Aku adalah calon istri terbaik untuk Jiyong Oppa!"

"Bagian mana terbaiknya, Eh? kau membuat adikku menderita dan menjadi mayat hidup karena kau tinggalkan. Dan kau, hanya melawan seorang Dara saja sudah menangis tidak karuan. Sayang, kau tahu dara-shi bukan? Anak kecil ini menangis meraung-raung karena cemburu dengan kedekatan Ji dan Dara-shi."

"Unnie, hentikan. Wanita itu sangat lihai bermain peran, dan aku yang polos ini berhasil terjebak olehnya!" Aku kembali menangis jika mengingat apa saja yang sudah dilakukan Dara Sunbaenim padaku. Kenapa wanita itu begitu jahat ingin merebut Jiyong Oppa-ku?

"Kau lihat? Dia kembali menangis. Aku menyerah!" Dami Unnie berjalan kearahku, ikut duduk di atas karpet tepat di sampingku.

"Lisa-ya, apa lagi yang kau cemaskan? Rencana kita berhasil. Dara-shi melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Ji tergila-gila padamu. Itu inti dari rencana kita kan? Dan untuk Ji, biarkan itu menjadi pelajaran baginya. Sekarang ia bisa tahu rasanya menjadi dirimu. Bagaimana rasanya tidak dipilih, bagaimana rasanya di saat kau lebih memilih Bersama sahabatmu dibandingkan Bersama orang yang kau cintai. Biarkan saja."

Strawberries and CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang