JOANUARY - #4

266 47 21
                                    

Haloo. GIMANA KABAR KALIAN HARI INI?

KASIH TAHU JAM BERAPA KALIAN BACA CHAP INI? Absen disini dulu, yuk! 😝

Semakin banyak VOTE + KOMENTAR kalian, semakin semangat Author buat DAILY UPDATE! Udah siap belum buat Chap #4 Joanuary? ❤

Happy reading!

***

"Kak Nana! Rumornya bener kalau Kak Nana jadian sama Kak Greg!?"

Nana menoleh ke arah Ica dan menghela nafas. Saat insiden kemarin, Nana hanya membeku dan kabur begitu saja. Nana yakin, pria itu hanya sedang bermain-main atau sekedar menakut-nakutinya! Jadian dengan Gregory Nugraha adalah malapetaka.

"Kak Nana! Kalau Kakak pacaran sama Kak Greg ..."

Nana memotongnya, "Nggak, Ica. Itu nggak mungkin,"

Nana terdiam, beberapa detik kemudian ia memekik kecil. "Astaga! Kemarin Aku belum ketemu Pak Anton!" sahutnya dan segera beranjak keluar. Kemarin benar-benar sial. Semoga hari ini Dewi Fortuna memihaknya.

Baru kaki Nana melangkah keluar pintu, matanya melebar. Deg. Di depan pintu terlihat seorang gadis cantik dengan rambut bergelombang, bersama dua orang yang mengekorinya. Juliette Novilda, salah satu biang onar paling populer di kalangan SMA Nugraha. Tukang bully, tidak pernah mengikuti kelas, dan segudang rumor buruk lainnya yang menakutkan.

"Eh Lo udik sini!" kata Juliet dengan memutar-mutar rambutnya santai.

"Yaelah! Malah bengong! Denger, nggak?"

"Woi, dipanggil nih!" seru teman Juliette lainnya.

Mau-tak-mau, Nana rasanya ingin menangis saja. Kenapa ia harus berhadapan dengan Juliet? Tiba-tiba, Juliet menarik lengan Nana dan menyeretnya begitu saja menuruni tangga. Insiden itu membuat keduanya menjadi pusat perhatian. Juliet yang menarik lengan bahkan rambut Nana ke tengah lapangan, dan Nana yang hanya bisa menarik kecil lengannya yang memerah.

"Temen-temen semua yok sini kumpul!"

Nana hanya berdiri di tengah lapangan dengan menunduk. Kenapa lagi ini? Batinnya menjerit pelan.

"Nah, karena nih cewek kemarin lagi terkenal, gimana kalau gue LIVE wawancara aja, ya?" Juliet membuat murid yang bergerumbul di tengah lapangan bersorak. Ia tersenyum lebar. "Langsung aja ke pertanyaan pertama! Gimana? Malu nggak kemarin jadi 'Penguntit' yang ketahuan foto Greg?"

Di tengah lapangan itu terisi gelak tawa, ada beberapa anak yang merekam kejadian itu. "Ayo jawab, Udik! Kepo nih!" teriak salah satu anak di barisan kedua.

"Yaelah ... Lo bisu atau gimana? Daritadi diem aja! Helloooo? Gue ngomong nih daritadi!" ketusnya jengkel.

"Fans beratnya Greg atau psikopat tuh?" teriak yang lain.

"Paling cuman pansos aja tuh sama si Greg!" sahut siswi lainnya.

Sama sekali tidak ada yang membantunya, batin Nana. Bagaimana ini? Air mata Nana sudah ingin jatuh dari pelupuknya.

"Lo patung!? Jawab, Bego!"

Nana benar-benar tidak tahu apa yang ia harus lakukan. Dan, tiba-tiba lapangan itu begitu riuh. Di arah jarum jam tiga, seperti teriakan massal yang berdengung di telinga Nana. Ia mendongak kecil. Nana melihat siluet rambut berantakan yang membelah kerumunan itu. Nafasnya seperti tersengal ketika melihat siapa lelaki itu. Bagaimana bisa pria itu kemari!? Apa pria itu ingin mempermalukannya juga!?

Nana tidak tahu harus merasa bersyukur atau sedih ketika lelaki itu datang. Seperti waktu yang bersamaan, ia melihat malaikat dan iblis pencabut nyawa dalam waktu yang sama. Lelaki itu maju selangkah di depan Nana, meneliti tubuh gemetar itu dan menunjukkan smirk­­-nya lagi.

"Gimana? Lo udah selesai mikirnya?" bisik Greg yang membuat kaki Nana terasa lemas.

Greg tersenyum kecil. Ia sudah mendapat jawabannya.

"Woi! Kalian semuanya termasuk Lo, Julie. Jangan berani-berani ganggu cewek Gue lagi. Mulai sekarang, Joana Isabelle ... Itu pacar Gue."

***

Greg membawa Nana pergi ke rooftop sekolah. Nana duduk di bangku panjang tua disana, menundukkan kepalanya.

"Gue di sini bukan dibawah. Bisa nggak Lo nggak nunduk terus? Liat apaan sih." Sahut Greg yang membuat Nana bertambah gugup.

"Mau kamu apa ...?" Akhirnya, Nana mengumpulkan sedikit keberanian untuk mengatakan hal itu.

"Lo pinter juga. Karena Gue udah nyelametin Lo, utang Lo nambah satu. Selain menjadi cewek Gue, Lo akan jadi pembantu Gue juga," seru Greg dengan semangat. Tidak dengan Nana.

"Emangnya aku dapat apa ..?"

"Wah, ternyata Lo berani ya ngomong sama Gue? Gue kira Lo bisu." Greg mengendikkan bahu. "Lo dapet apa? Semenjak Lo jadi cewek Gue ... Semuanya nggak akan sama lagi Joana Isabelle." Ia tersenyum sinis.

"Contoh satu hal besar yang Gue bisa lakuin semudah balikin telapak tangan ..."

"Klub Lo mau bubar, ya? Kalau Gue ikut Klub Fotografi ... Lo kira seberapa banyak yang mau masuk?" Manik Nana terdiam. Greg merendahkan postur tubuhnya, wajahnya sekarang sejajar dengan gadis itu. "Ini tawaran yang nggak akan datang dua kali, Joana. Gue nggak kasih waktu. Jawab sekarang,"

Nana mendongak tipis. Membiarkan gadis itu meneliti paras tampan lelaki di depannya. Penawaran itu menguntungkan bagi klubnya, tidak untuk Nana. Ia mulai memilin jemarinya, membiarkan keduanya terhanyut dalam keheningan.

Dan, saat bel masuk mulai berdering—Nana memantapkan dirinya. Ia berdiri dan membiarkan maniknya tidak bertapapan dengan lelaki itu. "Oke." Balasnya langsung. Senyuman di bibir Greg terbit.

Ia tidak tahu keputusannya ini nanti akan membawa petaka atau tidak, tetapi biarkan semuanya mengalir seperti air. Setidaknya ... Nana harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan yang ia sayangi. 

TO BE CONTINUED.

Vote dan komentar kalian ditunggu!

Best Regards,

Hyemi Park.

JOANUARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang