11. Kebenaran (01)

1.9K 275 74
                                    

Baam bergerak gelisah dalam tidurnya, mimpi buruk yang datang selalu membuatnya tak nyaman dan penuh kesakitan. Ingatan berdarah tentang kematian sahabat-sahabatnya begitu menyakitkan. Menenggelamkannya ke dalam jurang kegelapan tanpa cahaya.

Ia menggigit bibirnya keras sampai berdarah. Kemudian dia tersentak saat matanya terbuka dan melihat danau cantik di depannya. Mencoba menstabilkan nafasnya. Baam menyentuh kepalanya yang berdenyut keras. Dia merasa jika kepalanya terus berdenyut seperti ini, mungkin suatu saat akan meledak menjadi pecahan daging.

Ah, kalau diingat rasanya Baam pernah mengalami itu beberapa kali ketika dia mati.

"Mimpi buruk?" Ketika suara yang dikenalnya terdengar. Baam mematung, dia melirik ke arah Khun yang entah sejak kapan duduk di sampingnya. Manik biru itu menatapnya dengan hangat disertai sedikit rasa khawatir. Mengingatkannya pada Khun yang dulu masih bersamanya.

Tunggu?! Bukankah mereka tidak bersama lagi?!

Oh, Baam betapa ambigunya pemikiranmu itu. 😏

Baam berdiri lalu berjalan pergi tanpa menjawab pertanyaan Khun. Lagipula dia saat ini Viole. Ia seharusnya tidak mengenal sang bluenette bahkan menganggapnya musuh.

"Baam?!" Khun menarik lengannya.

Si cokelat mengerutkan kening, dalam hati ia berdebar karena identitasnya terungkap. Sial, ia tahu kalau Khun sangat cerdas sehingga akan sulit untuk mengelabuinya. Maka dari itu dia biasa menjaga jarak untuk tidak berinteraksi dengannya.

Merasa bahwa Khun tak akan melepasnya, Baam mendengus. Ia memasang wajah dingin sambil menatap Khun tajam. "Baam 25th sudah mati. Kau tak perlu mencarinya lagi." Ucapnya datar.

Khun terhenyak sesaat, tatapan tajam nan dingin yang diarahkan Baam padanya membuatnya sakit. Manik emas yang dulunya berkilat penuh cahaya, saat ini sudah menjadi gelap tak berujung.

Sebelum Khun berkata lain, Baam sudah menghempaskan genggamannya dan menghilang terbang ke langit. Harusnya dia berlari mengejar, tapi dirinya terlalu terkejut mendapatkan tatapan mematikan dari Baam.

Ingatan buruk barusan terus menghantuinya hingga kepalanya sakit. Namun, tanpa Khun sadari hatinyalah yang lebih sakit.

Ia tidak menyangka sosok yang secerah matahari berubah menjadi kabut kegelapan di tengah malam yang tak tersentuh.

Tidak, meskipun Baam berkata bahwa 'dia' sudah mati. Pasti dalam hatinya Baam masih bisa kembali hidup. Dia hanya perlu mendapatkannya dan mengubah pola pemikirannya.

FUG sialan! Mereka berani mengubah Baam menjadi sosok dingin nan kejam seperti itu.

Khun tidak akan memaafkannya.

Mencoba menganalisis penyebab keberadaan Baam di FUG. Khun berjalan pelan tanpa arah. Ia memutuskan untuk mencari yang lainnya sembari berpikir mengenai sang brunette. Berapakali pun remaja biru itu menganalisa. Dirinya masih kekurangan bukti.

Saking fokusnya dia pada pemikirannya, ia tidak menyangka bahwa ia saat ini bisa menemukan Rachel yang sendirian berjalan di balik bebatuan.

Menyipitkan matanya tajam, dengan seringai licik Khun berjalan ke sana untuk melakukan pertandingan licik agar ia bisa meminta informasi Baam. Selain itu dia juga akan dengan senang hati 'menusuk' wanita itu dengan perkataan tajamnya.

"Senang bertemu denganmu di sini Rachel." Khun berkata dengan nada sarkas.

Rachel mendecih dan mengabaikan keberadaan Khun.

"Hei, jangan begitu." Khun mengeluarkan pisaunya dengan pose mengancam. "Kau masih ingat kalau kau masih memiliki hutang padaku bukan?"

"..."

Time ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang