10 : masalah

325 47 2
                                    

Setelah kejadian tadi, tidak ada percakapan. Bahkan sekarang mereka hanya termenung sembari memperhatikan motor Rissa yang diperbaiki. Harun menghela napas kemudian memperbaiki posisi duduknya dan tanpa sengaja beradu pandang dengan Rissa. Cewek itu melotot menaikan sebelah alisnya pada Harun.

"Kalau lo nggak suka kenapa marah?" tanya Harun tanpa menoleh pada cewek itu.

"Habisnya lo nanya itu mulu, males gue," ucap Rissa kesal. Harun menunjukan dua jadinya pada Rissa.

"Gue baru nanya dua Kali," kata Harun kemudian menyentuh tangan kanannya. Memperhatikan tangan kanannya ini membuat Harun kesal, ia tidak suka tergantung pada orang lain.

"Huuh, oke. Gue enggak bakalan emosi lagi. Tapi lo jangan tanya lagi. Janji?" ucap Rissa, Harun mengedikan bahunya.

"Gue nggak janji," ucap Harun. Rissa memutar bola matanya mendengar itu, kemudian kembali menoleh pada motornya yang sepertinya sudah selesai diperbaiki.

Rissa mengulurkan tangannya pada Harun, cowok itu mengangkat alisnya bingung. "Apa?" tanya Harun.

"Duit, patungan dong," jawab Rissa. Harun mengeluarkan uangnya kemudian memberikannya pada Rissa. Setelah membayar, Rissa mengeluarkan motornya dan langsung menyalakannya.

Rissa menghela napas lega saat melihat motornya dapat berfungsi kembali, "Duh, ni motor bener-bener dah," Rissa mengelus motornya.

"Ganti baru makanya," ucap Harun tiba-tiba kemudian menaiki motor Rissa. Rissa menyikut Harun.

"Heh, udah tau nebeng malah banyak omong ih. Lagipula ya, motor tiiiit ini terbaik tau," ucap Rissa. Harun menautkan alisnya.

"Tiit apaan?" tanya Harun bingung.

"Merk motornya gue samarin," jawab Rissa kemudian tertawa tiba-tiba dengan keras, membuat Harun meringis.

"Lo tau nggak kalau gue suka ngebut?" tanya Rissa.

"Enggak," jawab Harun.

Rissa mendengus kemudian tersenyum miring, ia memakai helmnya kemudian menurunkan kaca helmnya menutupi wajah.

"Bersiaplah!" ucap Rissa, suasana terasa mencekam bagi Harun sekarang.

Dan kemudian Rissa melajukan motornya dengan cukup cepat, membuat Harun harus memegang bagian belakang motor dengan erat, dengan satu tangannya. Cewek ini benar-benar keterlaluan.

Kemudian tiba di lampu merah, Rissa berhenti mendadak, membuat Harun terhuyung ke depan. Helm mereka terantuk, Rissa tertawa, membuat beberapa orang di jalanan itu melihat ke arah mereka.

"Gimana, udah cocok belum jadi pembalap?" tanya Rissa, menyikut Harun yang ada di belakangnya, dengan terpaksa cowok itu menunjukan jempolnya pada Rissa. Sebelum nyawanya kembali terancam.

"Jangan ngebut lagi," ucap Harun. Rissa mengangkat alisnya.

"Lo takut ya?" tanya Rissa.

"Bahaya," jawab Harun. Rissa menunjukan wajah terharunya, menoleh pada Harun.

"Ooh, Harun perhatian." Rissa berucap kemudian tersenyum. Harun hanya diam, tidak tahu harus melakukan apa, karena tatapan orang-orang disekitarnya membuat Harun tidak nyaman. Namun entah kenapa itu tidak mengusik Rissa sedikitpun.

"Lo nggak malu diliatin orang gitu?" tanya Harun. Rissa melirik ke orang-orang itu kemudian mengedikan bahunya, lampu hijah menyala, Rissa segera melajukan motornya, namun kali ini dengan kecepatan wajar.

"Gue nggak ngomong sama mereka, ngapain gue mesti hirauin mereka," ucap Rissa, melirik Harun dari kaca spion. "Lagipula gue nggak kenal mereka hahahah."

HARISSA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang