26. {CS-Stupidity}^sudut pandang Rissa&Vero

38 6 0
                                    

#dirumahVero
#konflik&fakta

🐶SadReading 🐶

"Lo pada kenapa sih?!" Rissa berjalan mondar mandir dihadapan kakak kelas nya. "Wendy salah apa sama kalian?" Tanya Rissa dengan suara yang sedikit meninggi. "Yang ditolak siapa yang ngbenci siapa," Setelah mengatakan itu Rissa berlari kebalkon kamar tamu Vero. Disana dia bisa melihat Wendy yang tengah menangkupkan kepala nya didepan gerbang. Kenapa dia tidak menyusul Wendy? jawaban nya hanya satu, dia malu atas semua perlakuan dari kakak kelas nya. dia tidak bisa melihat Wendy menangis seperti itu, hati nya sama hancur nya dengan Wendy. hanya saja sekarang ada beberpa masalah yang dihadapi nya. Dia menoleh kesamping, ada Dania yang berdiri disamping nya, "Gue salah nyuruh dia kesini." Ujar nya dengan penuh penyesalan. "Ini bukan salah lo. Biarin aja sih Wendy digituin biar tau rasa."

"Lo benci Wendy?" Dania terkekeh, "Gue nggak benci, Cuma kesel aja."

Rissa diam tak menjawab, dia memperhatikan Wendy yang sedang berpelukan dengan Arga.

"Arga orang baik?"

"Seperti yang anda lihat."

"Kalo Arga marah terus kesini jangan bawa-bawa gue," ucap Dania dengan tegas. Rissa menoleh, "sekali dia marah habis semua."

Rissa mendengarkan perkataan Dania bingung. "kaya nya lo tau banget Arga."

"Dengerin gue Rissa! Gue sama sekali nggak tau Arga, nggak tau latar belakang nya. nggak tau hidup dia gimana. Yang gue tau dia itu kejam, sekejam-kejam nya. tapi gue rasa Wendy ditangan yang tepat."

"Lo terlalu berburuk sangka dih."

"Gue ngomong serius Rissa. Kok jadi kesel ngomong sama lo."

"Gue juga nyesel dengerin lo," Rissa duduk disana, melihat kepergian Wendy dengan sedih, "Maafin gue Wendy, ini salah gue."

Vero menghampiri mereka diatas, "Temenin Ghia dibawah!" Rissa hanya mengangguk. Vero sudah pergi lagi. "Rissa pinjem ponsel lo!"

"Buat?"

"Bikin Sg, cepet!" kekeh Dania. Rissa menunjk ponsel nya dengan dagu. Dania mengambil ponsel lalu mengembalikan nya lima menit kemudian.

Pukul 23.30 . mereka masih menunggu kabar dari seseorang yang sedang melacak keberadaan Varo.

3 pembantu dari tadi hilir mudik unutk mengisi makanan yang kosng dengan cepat, sang tuan rumah diam saja. Malah asik bercanda dengan Ghia. Rissa mendengus melihat teman-teman dari sang pacar. Ada yang sudah tidur dikamar tamu, ada yang tidur didepan televise, ada yang sedang bermain ps. Bahkan ada juga yang sedang asik menjahili Agam yang tengah menonton drama korea.

"Alah balikin laptop gue bangsat!"

"Ahhh bego, jalan terus!"

"Kok mati. Lo bunuh gue?"

"Balikin woy!"

Sahutan-sahutan itu membuat kepala Rissa ingin meledak, dia baru tau ternyata kalo cowo sedang berkumpul maka seperti ini. Kacau.

Satu pesan dari Wendy membuat kening nya berkerut, disana ada satu alamat. Yang dia tau alamat itu cukup jauh disana. Bahkan hampir sudah diluar kota. Dia tersenyum senang. Ingin rasa nya dia mengucapkan terima kasih pada Wendy tanpa henti.

Tapi lebih baik dia ngasih kabar ini saat fajar datang. Ini sudah terlalu larut untuk pergi kesana.

****

"Gimana yang nama nya Theo?"

"Ganteng dong, baik tapi dia lebih muda dari gue." Vero hamper tersedak oleh buah jeruk kala mendengar ucapan Ghia barusan. "What, lo mau tunangan sama brondong?"

"Ya gitu,"

"Baru tau gue lo suka sama brondong." Ghia memukul lengan Vero keras, "Nggak gitu juga toun."

"Gue mau nya sama yang lebih tua dari gue. Setidak nya dia dewasa!" lanjut Ghia dengan emosi. Enak saja Vero mengatai dirinya suka dengan brondong.

"Ohh salah berarti ucapan gue?" ohh tuhan kenapa Vero semenyebalkan ini. Ghia mendengus kesal, "Tapi aneh nya tadi dia bawa cewe, yang gue tau pacar nya."

"Terus?"

"Ya tapi dia bilang Theo lagi perjuangin seseorang siapa coba," Ghia mengatakan itu dengan nada tak suka. "Lo cemburu?" mendengar kata cemburu, Ghia memukul kepala Vero dengan bantal sofa, "enggak lah ngapain cemburu."

"Tapi-"

"Udah syut, ngapain gue cemburu. Gue juga lagi perjuangin hak gue kok,"

"Hak apa?"

"Hak asasi manusia," sahut Mixel ikut duduk diantara kami berdua.

"Nganggu aja lo bangsat."

"Gue lelah kalah terus sama anak cebong," yang dimaksud anak cebong oleh mIxel adalah Farhand.

Ghia menyikut Mixel, "apa?"

"Mau masuk univ mana."

"Mau langsung nyebur dunia bisnis." Perkataan serius Mixel ditanggapi kekaguman Ghia, "Wahh, gue juga mau masuk sana. Mari kita kerja sama untuk menciptakan produk yang kekinian." Ghia mengangkat tangan nya penuh semangat. Mixel menghembuskan nafas, "kalo soal skin care gitu, mending sama Agam jangan gue. Gue mana ngerti kek gituan."

"Yahh, yaudah."

"Ohh iya, jadi besok kita lanjut kemana?"

"Belom tau juga die dimana."

"Yak an dicari."

"Iya, iya. Mending lo tidur gih sama Rissa di kamar atas. Udah gue siapain."

"Dania juga udah tidur kalo nggak salah."

"Okeyy, selamat tidur para jomblo ngenes." Teriak Ghia sarkas. Dia menarik lengan Rissa dan menyeret nya ke kamar atas.

"Para bala Bulan kemana? Gue nggak liat."

"Mereka baru balik dari Bali. Jadi besok mungkin kesini." Mixel mengangguk, "Gue tidur duluan ya. Lelah." Vero mengacungkan jempol nya.

Di malam yang gelap ini, Vero tengah berada diatap kamar nya. hanya dia yang tau tentang tempat ini. Disaksikan oleh bulan dan bintang yang tampak indah sekali. Vero menatap bulan itu dengan perasaan sakit, bagaimana bisa, dia menyaksikan matahari nya menangis dan itu disebabkan oleh dirinya sendiri. Sekuat apapaun pertahanan dirinya untuk menjauhi Wendy, maka semakin tumbuh pula rasa cinta nya pada Gadis polos itu.ini salah nya murni salah nya, dia teledor untuk menyimpan surat itu. Surat yang membuat hati nya teriris oleh kata.

Benar kata Rissa, cukup dirinya sajalah yang membenci nya jangan teman-teman nya. Wendy berhak untuk ternsenyum oleh teman-teman nya. bukan seperti ini, akh dia menyesal sekarang.

Penyesalan ini sudah terjadi, dan dia benar-benar ingin meminta maaf. Suatu hari nanti dia akan meminta maaf. 

Tgglup: 180620

djie 💚

B A D - P A R T N E R || wendy's || END || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang