#harimelelahkan
Fyi: tidak ada pembulian....😪Sadreading 😪
--Hari senin--
"Lo yakin mau sekolah," Arga sudah menanyakan itu lebih dari 10 kali pagi ini. Nampak nya Arga sangat mengkhawatirkan nya. Wendy menghembuskan nafas lelah, "Kak Arga, jangan tanyain itu lagi. Wendy bakal baik-baik aja."
"Ada syarat nya." perkataan Arga membuat dia memutar bola mata nya malas, "Apa?"
"Jangan gabung sama mereka." Wendy tersenyum senang. "Wendy tau."
"Ayo!" Wendy menarik lengan Arga paksa.
Saat sudah memasuki area sekolah, sungguh perasaan nya tidak tenang sekarang. Keringat dingin mulai bercucuran, "mau balik?"
"Nggak, Wendy nggak mau jadi pengecut." Arga tersenyum, ini senyum kedua bagi Wendy. Arga merapihkan rambut Wendy sebentar lalu menyuruh nya untuk turun. Karena sebentar lagi pintu utama akan ditutup. "Hati-hati!"
Wendy mengangguk, lantas melambaikan tangan nya kepada Arga. Harapan nya sekarang adalah dia ingin baik-baik saja. Namun nampak nya tidak, dipintu utama saja. Dia sudah jadi buah bibir para siswi, ada apa sebenar nya? Dia menunduk, tak ingin menghiraukan semua nya. tapi tak bisa, telinga nya masih normal untuk tidak mendengarkan omongan-omongan itu. Wendy sedikit berlari untuk sampai ke kelas.
Baru saja sampai, "Oy Wend, lo yang nulis surat ginian?" Langkah nya terhenti, surat apa yang dimaksud? Dia memutar badan nya menghadap teman kelas nya "Surat apa?"
Deva menunjukan layar ponsel nya yang menampilkan surat yang dia tulis untuk Vero. Lagi-lagi surat itu.
"Emm, itu dapet dari mana Dev?"
"Di share digrup angkatan sama web sekolah."
"Deva serius?" pemikiran nya belom sampe kesana, bernarkah? Tapi melihat Deva berkata dengan wajah serius nya dia hanya bisa pasrah sekarang. Dia berjalan kearah meja nya, lalu membenamkan kepala nya. dia harus bagaimana sekarang?
"Wendy ini bener lo?"
"Wendy?!"
"Kak Wendy?!"
Dia diam, kelas nya hampir penuh dengan anak-anak yang super kepo itu. Untung saja seseorang dengan baik nya menarik paksa anak-anak yang bukan murid kelas nya keluar. Lalu dia menutupi jendela-jendela kelas dengan kain dan jaket anak kelas.
"Wend," Dia mendongak menatap Fazra yang sudah ada didepan nya. semua anak kelas yang memang sudah datang mengerubungi nya. Air mata Wendy lolos ketika melihat mereka semua menghkawatirkan nya.
"Wendy takut," ucap nya dengan gemetar, dia menutupi wajah dengan telapak tangan nya. Semua teman kelas nya tiba-tiba memeluk Wendy dari berbagai arah, "Jangan takut ada kita disini."
"Jangan pikirin mereka Wendy, lusa lo mau debut. Jangan kaya gini dong." Bee mengusap rambut Wendy. "Tenang nggak bakal ada yang jahat sama lo kok."
"Tapi Wendy jahat."
"Lo nggak jahat, semua tindakan lo pasti ada alesan nya."
"Lo orang baik Wendy,"
"Lo itu malaikat kelas ini."
"Mereka nggak tau lo."
Semua ucapan dari teman-teman nya membuat dia tambah menangis. "Wendy minta maaf."
"Lo nggak salah."
"Fazra Wendy salah."
Wendy bangkit berdiri lalu membungkukan badan nya, "Wendy mau minta maaf sama kalian dan Wendy mohon kalian jangan benci Wendy." dia masih membungkuk. Fazra menarik Wendy kepelukan nya, dia mengusap kepala Wendy iba. Dan Wendy pun menangis disana, dia tak pernah berpikir bahwa masa SMA nya akan seperti ini. Semua yang menyaksikan itu mungkin terharu dengan adegan ini. Bahkan ada beberapa yang ikut menitikan air mata.
"Wendy tau, ini semua salah. Tapi kenapa kaya gini."
"Wendy takut Fazra." Fazra masih mengusap kepala nya, "ada kita disini." mendengar itu Wendy tersenyum kaku, "makasih!"
"Jangan nangis ya. Lo jelek." Semua yang disana terkekeh, "bener masa idol nangis sih."
Wendy terkekeh mendengar gurauan dari teman nya lalu dia mengusap air mata nya. Fazra menjauhi diri dari mereka karena ada yang menelepon nya. Fazra sosok ketua kelas yang sangat peduli sekitar. Jadi dia bersyukur. Rissa dan Dania tidak masuk sekarang. Masih mencari kah? Dia tidak peduli.
Sekitar 4 jam an tidak ada guru yang masuk kekelas nya. tapi seperti nya ada rapat dadakan sekarang. Perut Wendy keroncongan karena tidak diisi sejak pagi. Dan peraturan sekolah bahwa saat ini tidak bleh ada yang membawa makanan ke dalam kelas. Sial dia harus ke kantin sekarang. Bee datang menghampiri nya, "makan siang yo," dia mengigit bibir nya, ragu.
"Ada gue ayo!" perkataan Bee sangat yakin jadi dia bangkit berdiri dan mengambil kartu kantin nya terlebih dahulu. Mereka bertiga bersama Deva yang ikut mengekori mereka berdua berjalan ke kantin dengan was-was. Takut ada yang tidak diingin kan terjadi.
"Eh gue kira kak Wendy itu baik dan polos gitu tapi iuehh." Mendengar itu Bee langsung mengebrak meja mereka keras. "Omongan lo jaga ya. Masih bocil udah belagu. Mau jadi apa lo?"
Mereka berlima bangkit berdiri lalu memandang Bee remeh. "Maaf ya kak. Tapi kita nggak usah jadi apa-apa juga terjamin."
"Soal nya keluarga aku terjamin semua nya. papah aku aja sekarang jadi manager dan ibu aku punya butik yang baru launching kemarin." Bee tertawa, "Ya terus gue harus bilang wow gitu? gue yang anak pemilik hotel ternama sama pemilik perusahaan batu bara. Nggak sombong tuh." Perkataan Bee membuat mereka berlima langsung diam. Kenapa pembicaraan mereka melenceng kearah sana? Tahta memang selalu dijungjung.
"dan satu lagi, sekolah ini nggak cocok buat anak yang baru kaya. Kaya lo pada, Pergi aja lo sono, cari sekolah yang pentes buat kelakuan lo yang kek monkey itu."
Bee menarik lengan Wendy dan Deva dengan kasar dan duduk di kursi didalam kantin. Kantin sekolah nya terbagi dua, ada yang diluar dan didalam. Tapi masih satu tempat kok.
"nggak usah didengerin yang kaya gitu mah Wen," Ujar Bee enteng. Wendy hanya tersenyum kecil.
Keadaan kantin memang tak sepenuhnya penuh, tapi beberapa murid melihat Wendy dengan tatapan seperti benci tapi ntah lah. Ditambah lagi beberapa orang dengan terang membicarakan nya, Bee yang tampak risih pun ingin memberi pelajaran seperti tadi, tapi dia menahan nya. dia tidak ingin ada keributan lagi. Biarkan mulut mereka bicara toh kalo udah cape juga berhenti ngomong ko. Simple kan.
Mereka menikmati makanan itu dengan lahap. Sesekali diselingi oleh kerecehan dari Bee dan Deva, sejauh ini mengenal Bee memang tidak buruk. Bee sangat baik. Sejak kelas X pun kadang-kadang dia akan duduk dengan Bee membicarakan banyak hal. Baru kali ini dia tau tentang latar belakang nya, ternyata anak dengan penampilan paling simple kalau diajak main, itu anak dari kolong merat. Walaupun itu tidak terlalu penting tapi tetap saja, dia terkejut. Deva juga, dia pikir Deva itu anak pendiem tapi ternyata tidak juga. Dia humoris.
"Btw, Rissa sama Dania kemana Wend?" Tanya Deva, Wendy mengeleng kan kepala nya 'tidak tau'
"Nggak tau."
"OHHH INI LOH ARTIS YANG UDAH NOLAK VERO."
"CANTIK SIH TAPI TERNYATA NGGAK SESUAI EKSPETASI."
"MUKA POLOS NYA NIPU GUYS."
Tgglup: 230620
djie 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
B A D - P A R T N E R || wendy's || END || ✔
Teen FictionCover by: @kaishe_ Wendy duduk meringkuk disamping tempat tidur nya, siaran langusng nya telah selesai 10 menit yang lalu. Dia sudah berbicara banyak dengan pengemar nya, tiba-tiba satu pertanyaannya muncul dipikiran, apakah dia pantas untuk menjadi...