⭐⭐⭐
"Percuma kak Doy. Kak Rania juga dalam tekanan." ujar anak itu serius. Anak seusianya sudah bisa ikut membantu memecahkan sebuah kasus.
Kala itu Jisung membantu Doyoung dalam memecahkan kasus sebuah penculikan anak di sekolah. Meski begitu muda, cara pemikiran Jisung yang luar biasa dapat membantu. Anak itu juga cukup hebat dalam menganalisis ekspresi wajah seseorang.
"Malam itu... kak Rania gelisah. Tapi menurutku dia gelisah bukan karena takut sama Huang Renjun."
"Kalau bukan karena Renjun apalagi? Aku rasa cuma itu aja alasan dia gelisah, dia takut Renjun melukainya lagi." sahut Doyoung berusaha tenang.
"Terlihat ada penyesalan di wajah kak Rania." cetus Jisung. Ia mengambil sebuah halaman koran yang digunting. Di lembaran itu tercetak headline "Panti asuhan ilegal"
"Penyesalan?" gumam Doyoung.
"Kelihatannya kak Rania berat buat ninggalin Renjun." jawab Jisung agak ragu.
Doyoung mendengus pasrah. Dia menarik sedikit lengan kemejanya ke atas.
⭐⭐⭐
Setelah dua hari dua malam, keduanya pulang ke rumah. Banyak hal yang mereka lakukan selama di kapal pesiar. Berkencan, makan malam bersam layaknya sepasang kekasih. Oh benar, mereka memang sepasang kekasih.Sesampainya di rumah, Rania langsung membersihkan kamar untuk Renjun istirahat lebih dulu. Tiba-tiba ada tangan yang melingkar diperutnya, membuat perempuan itu terkejut.
"Ren... Aku mau rapi-rapi dulu."
"Mulai hari ini, kamu tidur sama aku." bisik Renjun yang menaruh dagunya di pundak Rania.
"Harus?"
"Tidak boleh ada penolakan." balas Renjun.
"Baik tuan." ledek Rania, ia juga mencubit lengan Renjun agar menjauh.
Semua terasa berbeda semenjak hari itu. Kini dunia terasa lebih indah, bersama Renjun. Neraka yang ia rasakan selama ini berubah seperti surga. Lucu, cinta bisa membuat keadaan jauh berbeda dengan sebelumnya. Seorang Renjun yang dingin bisa menjadi hangat. Bahkan kini ia lebih sering tersenyum, senyumannya pun begitu tulus.
Renjun menarik ujung selimut, maksud untuk membantu perempuan itu merapikan kasurnya. Reflek sebuah senyuman melengkung sempurna.
Setelah selesai dengan kasur, Rania beralih untuk mengelap jendela. Nampaknya lelaki itu bukan hanya jadi tertarik dengan Rania, tapi juga tertarik untuk bersih-bersih. Dia bahkan lebih teliti untuk membersihkan jendela.
"Ren."
"Iya?"
"Ada hal yang buat aku penasaran dari dulu. Cuma aku ragu buat bertanya, lebih tepatnya aku takut." ujar Rania yang tak lepas matanya dari jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Fear | Renjun✔
Fanfiction❝Kenapa harus kamu, perempuan yang pernah berbagi rahim denganku❞ -Renjun. Ini tentang si pelukis berdarah. Yang punya sejuta misteri mengerikan dan masa lalu kelam. Usia ke-21 tahun, di mana seharusnya ia mati, justru dia bertemu dengan perempuan y...