Senja Terakhir Arjuna

44 4 4
                                    

°  Selamat membaca  🍓🌴

🌇🌅

Selama bumi masih berputar pada porosnya, senja tak akan pernah hilang dari ingatan setiap insan. Selama mata masih diberi kesempatan untuk terbuka, maka senja tak akan pernah undur dari salah satu hal yang wajib dipandang. Selama cinta masih tumbuh didalam hati, maka senja akan selalu menjadi yang pertama untuk dirasa sebagai sesuatu yang berharga.

Air laut yang terus menghujam karang membuat seseorang diseberang semakin gigih berpendirian. Semakin kuat dalam bertahan. Semakin besar harapan untuk bisa menikmati manisnya air kelapa lagi. Semakin kuat pondasi dalam membangun tempat pulang.

Hembusan angin menerpa rambut coklat milik seorang wanita yang sedari tadi menduduki bangku dibawah pohon kelapa didekat pantai. Airpods yang sedari tadi ia pasangkan di telinga, akhirnya mulai dilepaskannya. Berniat membagi dua dengan seseorang yang duduk disampingnya. Agar seseorang disampingnya juga dapat mendengarkan apa yang ia dengarkan.

Karena ia ingin berusaha memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Terlebih kepada Juna, teman hidupnya. Karena komitmen yang mereka jalani sudah mengajarkan bahwa semua hal adalah milik bersama. Semua rasa wajib dirasakan bersama. Segala hal yang sulit harus dicari solusinya bersama walaupun itu terasa cukup rumit. Karena komitmen memang memiliki hak dan arti tersendiri.

Lelaki yang baru saja datang itu terus mengaitkan tangannya kepada istri tercintanya, Senja. Rasa-rasanya ia sangat tak ingin kehilangan bidadari surga yang baru ia halalkan selama 8 bulan itu.

Ia menerima uluran airpods milik istrinya. Ikut mendengarkan alunan melodi yang dipilih oleh Senja sendiri. Airpods berwarna kuning yang mana merupakan hadiah ulang tahun Senja saat mereka masih menjalani kasih, dulu.

Juna masih teringat tentang betapa gelisahnya Senja saat menunggu di halte. Tentang betapa sedihnya ketika pulsa yang Juna miliki habis padahal sedang dalam proses komunikasi. Dan Juna masih mengingat semua itu dengan baik dalam memori yang memiliki tempat tersendiri dihati.

Masih dalam suasana mendengarkan alunan musik dengan latar suasana yang sulit dijelaskan adanya. Tak terasa ternyata air kelapa yang sedari tadi mereka minum ternyata sudah habis.

Membuat keduanya menengok bersamaan dan tertawa bersama pula. Menciptakan dunia sendiri yang mungkin hanya akan ada kali ini saja. Untuk terakhir kalinya.

4pm

Juna terus melirik jam tangan yang ia pakai ditangan sebelah kanan. Tak lupa ia juga memakai gelang prusik yang sama persis dengan milik istrinya. Karena memang istrinya lah yang membuatkan itu untuk Juna ketika mereka masih menjalin hubungan pacaran dulu saat kuliah.

Kalau bercerita tentang dulu. Senja adalah wanita yang kuat dan tak kenal menyerah. Senja adalah seorang atlit kebanggaan kampus yang sering memenangkan perlombaan wall climbing. Sungguh gesit dan lincah. Bahkan Senja lah yang memperkenalkan kepada Juna betapa serunya menjadi anggota pecinta alam.
Dimana Rinjani adalah tempat pertama yang menjadi tujuan sekaligus saksi bisu kisah cinta keduanya.

Semua kenangan yang mereka lewati menjadi sesuatu yang patut diingat karena waktu terus berjalan maju. Tanpa disadari, sebuah bulir air mata jatuh perlahan.

"Kenapa?"
Senja bertanya dengan terus menatap lukisan awan didepannya. Sepertinya pertanyaannya belum selesai diucapkan.

"Kenapa banyak orang bilang bahwa mencintai tidak harus dengan memiliki. Kenapa gitu mas?"

Senja masih menatap lurus kedepan.

Sebelum menjawab pertanyaan Senja, suaminya buru-buru mengusap air mata yang takutnya akan semakin deras menyeru untuk keluar.

Senja Terakhir Arjuna [One Shoot] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang