Jeonghan berguling ke sisi lain ranjangnya dan seketika menyadari kalau Seungcheol sudah tidak berada di kamarnya. Jeonghan kemudian kembali berguling untuk meraih ponselnya, jam di layar benda pipih tersebut menunjukkan pukul 6.47 pagi hari. Dengan mata yang belum bisa dibuka sepenuhnya, Jeonghan memakai sendal rumahnya, melangkah dengan gontai untuk memunguti pakaian milik Seungcheol yang berserakan di lantai kamar. Dia sudah terbiasa dengan kelakuan Seungcheol yang suka melepas pakaiannya saat tidur dan melemparkan baju-bajunya ke sembarang tempat.
Setelah selesai dengan baju Seungcheol, Jeonghan masuk ke kamar mandinya. Biasanya, dia tidak mandi pagi. Tapi, semalam panas sekali. Dia memaksakan untuk tetap tidur meskipun tubuhnya berkeringat. Selesai mandi, Jeonghan keluar dari kamarnya, masih mengenakan bathrobe. Dia menemukan Seungcheol sedang berdiri di atas sofa, sesekali melompat-lompat kecil entah untuk meraih apa.
Dengan iseng, Jeonghan men-tackle kaki pacarnya itu, hingga Seungcheol kehilangan keseimbangan dan terbanting dalam posisi terlentang di atas sofa. Belum selesai dengan rasa sakit di punggungnya, Seungcheol harus kembali merintih ketika Jeonghan menduduki perutnya.
"Apa yang kau lakukan barusan?" tanya Jeonghan. Tidak ada tersirat sedikitpun rasa bersalah atau khawatir di wajahnya, bahkan setelah mendengat rintih kesakitan Seungcheol.
"Aku mau menangkap cicak," jawab Seungcheol asal-asalan, ia menatap Jeonghan dengan ekspresi bingung. "Kau habis mandi? Tumben sekali... Biasanya kau paling anti mandi pagi," tukasnya seraya menarik lepas tali bathrobe Jeonghan.
"Semalam panas sekali, Cheol. Kau tidak merasakannya? Sepertinya pendingin di kamar sedang rusak. Aku harus memanggil tukang servis nanti...," ujar Jeonghan sambil menalikan kembali bathrobe-nya.
Seungcheol mengangguk. "Makanya semalam aku pindah tidur di luar, sayang. Aku juga tidak tahan panasnya."
Seungcheol kembali melepaskan simpul bathrobe Jeonghan dan menurunkannya hingga tubuh bagian atas Jeonghan terpampang di hadapannya. Tapi, dia tidak melakukan apapun selain memandangi dada Jeonghan.
"Mau mu apa, sih, sebenarnya?" Jeonghan mendengus kesal dan membenarkan posisi bathrobe-nya lagi. "Sudah, ya. Aku mau pakai baju dulu." Jeonghan turun dari atas Seungcheol, namun Seungcheol menahannya.
"Mau kemana? Aku tahu kau tidak punya pekerjaan pagi ini. Kegiatanmu hari ini hanya show bersamaku nanti malam."
"Ya, lalu? Aku tidak boleh pakai baju sampai nanti malam, begitu?"
Seungcheol mengangguk dan Jeonghan langsung menjitak kepalanya.
"Seenakmu saja kalau berbicara," ujar Jeonghan, buru-buru dia pergi ke kamar untuk memakai bajunya sebelum Seungcheol bertindak lebih jauh.
Setelah ditinggal Jeonghan, Seungcheol menghela napasnya sambil menatap ke langit-langit. Matanya seketika membulat dan ia menunjuk ke arah sosok hewan yang bertengger di atas sana.
"AH! CICAK SIALAN TADI!"
"Seungcheol! Jangan berteriak seperti itu, berisik!"
"Iya... Maaf," cicit Seungcheol. Ia mulai melirik-lirik sekitarnya, kalau-kalau ada yang bisa dia jadikan alat untuk membunuh cicak yang tadi sempat jatuh ke wajahnya ketika dia tidur. Jeonghan menolak untuk menemaninya, lebih baik dia menghabiskan waktunya untuk memburu cicak saja, 'kan?
.
Wonwoo berjalan meniti anak tangga menuju ke lantai satu, tempat Mingyu, yang pintunya hampir selalu terbuka. Sampai di lantai satu, ia menemukan Jihoon yang terkapar di lantai ruang tengah Mingyu sambil mengunyah biskuit buatan Mingyu, sedangkan si Tuan Tanah tampak sibuk dengan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Seventeen] Home Sweet Home
FanfictionHome is a place where everything's begin... Sebuah rumah bertingkat lima di daerah XXX, setiap lantainya dihuni oleh orang-orang dengan berbagaimacam latar belakang dan punya cerita mereka masing-masing. Tertarik? Cobalah untuk datang dan bertamu...