Cerita Tigabelas

151 19 4
                                    

Yuri membuka matanya perlahan, mendapati dirinya terbaring di atas kasur di dalam sebuah ruangan kotak dengan dinding warna putih serta wangi yang khas. Kepalanya masih berdenyut, terlalu pusing untuk diangkat, namun tangan kirinya merasakan kehadiran seseorang.

Hyewon.

Sedang tertidur sambil tangan kanannya menggenggam tangan kiri Yuri, persis seperti kejadian di UKS waktu itu.

De javu? Tidak. Mimpi? Bukan juga.

"Yuri?" panggil sebuah suara serak khas bangun tidur. Hyewon langsung menahan tubuh Yuri  saat ia mencoba untuk membangunkan kepalanya. "Jangan, tiduran aja."

Yuri mengangguk, mencoba mengaitkan jemarinya dengan milik Hyewon.

"Aku dimana kak?"

"Rumah sakit."

"Kok..Bisa?"

"Iya. Kamu pingsan karena kelelahan dan syok kata dokter. Sore ini udah bisa pulang kok."

Yuri tersenyum kecil, lalu terdiam. Hal buruk yang terjadi padanya beberapa jam lalu tiba – tiba muncul di benaknya kembali. Bertahun-tahun kenal Yena, ia tidak pernah menyangka bahwa Yena akan selancang itu

"Kamu kenapa? Cerita ya sama aku?" Yuri menggeleng pelan, mana bisa ia bilang semua itu karena perbuatan Yena.

"Gapapa, kak. Oh iy—"

"Ada masalah sama Yena?" potong Hyewon, membuat Yuri terdiam.

"Engga, kok. Baik – baik aja. Kak Hye tenang aja, oke?" Jawab Yuri sambil sedikit merentangkan tangannya, meminta Hyewon untuk memeluknya.

Hyewon pun duduk di pinggir kasur Yuri lalu memeluk Yuri sambil menaruh dagunya di atas kepala Yuri. 

"Nanti sebelum pulang makan dulu yuk."

Yuri mengangguk pelan, mengeratkan peluknya ke tubuh Hyewon. "Iya, ayuk."

--------------

Yena sama sekali tidak berbicara maupun menyentuh minumannya.Sejak tadi ia sampai di rumah Chaewon, ia hanya duduk diam di sofa kamar Chaewon, mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Si pemilik rumah yang kepalang bingung pun sudah menghabiskan sebungkus makanan ringan, masih setia menunggu sahabatnya ini bersuara. 

"Sumpah ya lo tuh kenapa sih? Dateng dateng banting kamar pintu, keliatan takut banget. Lo abis liat setan apa gimana?"

Yena sama sekali tidak bergeming, semakin buat Chaewon merasa waswas.

"Eh...Eh elo bukan Yena ya?! Elo setan ya?! Ya Tuhan, jangan buat gue parno gini dong!"

Yena pun akhirnya menengok, memasang muka malas.

"Apaan sih lu."

Chaewon mengelus dadanya mengucap syukur, ternyata ini masih Yena sahabatnya. Chaewon pun berpindah duduk di sebelah Yena, menyodorkan minumannya.

"Nih, dari lo dateng tadi belom sama sekali minum kan. Sok, atuh biar bisa cerita."

Yena berdehem pelan setelah menghabiskan segelas air tersebut, kemudian mulai bercerita ke Chaewon.

"HAH? LO GILA YA??" Teriak Chaewon sambil memegangi bahu sahabatnya itu. Yena tidak bergeming, raut wajahnya menunjukkan penyesalan yang sangat mendalam.

"Terus sekarang Yuri dimana? Yuri gimana?"

Yena menggeleng pelan, "Enggak tau. Gue langsung pergi tadi. Pikiran gue bener-bener kacau, tadi aja hampir nabrak orang."

Chaewon menggaruk kasar belakang kepalanya, berpikir keras sambil mengutuk sahabatnya ini dalam hati. Namun ia mencoba untuk tetap tenang, ini masalah Yena, Yena yang seharusnya panik. Bukan Chaewon.

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang