Cerita Limabelas

148 21 0
                                    

Yena menutup pintu mobilnya untuk yang ketiga kali, mengurungkan niatnya untuk masuk ke rumah Yuri. Padahal, sudah hampir dua jam mobilnya terparkir di depan rumah kekasihnya tersebut. Mengambil ponselnya, berencana untuk menelfon Yuri terlebih dahulu. Namun ia urungkan niat itu kembali, dirinya terlalu takut. Alhasil disinilah ia, menunggu bersama sebuket bunga dan bubur ayam yang sudah dingin.

"Bodoh Yena bodoh. Bisa bisanya kau kemaren." Rutuknya sambil beberapa kali mempertemukan dahinya dengan gagang kemudi.

Beberapa menit dalam posisi seperti itu, Yena pun mengangkat kepalanya. Berdoa dalam hati, memantapkan niatnya. Ia pun meraih buket bunga dan bubur di kursi penumpang sampingnya, lalu bersiap keluar.

Belum sempat pintu mobilnya itu terbuka penuh, ia melihat Yuri keluar dari rumahnya, yang diikuti oleh seseorang. Yena pun masuk kembali ke mobil, lalu menunduk sedikit karena tidak mau keberadaannya diketahui. Dengan jarak penglihatan yang cukup minim, Yena berusaha memfokuskan pandangannya. Orang yang tadi keluar bersama Yuri masih ketutupan dengan beberapa tanaman hias yang ada di halaman depan rumah Yuri.

Perlahan tapi pasti, siluet sosok tersebut pun semakin jelas.

"Hyewon???" batinnya.

Yena sedikit kaget saat mendapati sahabatnya tersebut adalah yang keluar bareng bersama Yuri dari rumahnya. Matanya pun masih mengintai saat mereka masuk ke dalam mobil Hyewon dan berlalu entah kemana, meninggalkan Yena seribu tanya. Tanpa ragu sedikit pun, Yena segera menyalakan mobilnya dan menyusul Hyewon sebelum ia benar – benar kehilangan jejak mobil sahabatnya tersebut.

-------------------------

"Kenapa kak?" Hyewon terlihat sibuk merogoh semua kantung di pakaiannya. Ia bahkan sedikit menggeledah semua bagian mobilnya, mencari satu benda. Yuri yang pertanyannya tidak digubris pun hanya terlihat bingung dan ikut mencari sesuatu yang Yuri tidak tahu apa.

"Kunci rumahku," jawab Hyewon sambil meraba – raba kolong bangkunya. "Kayanya ketinggalan di rumahmu."

"Yah? Serius? Mau balik dulu ngambil?"

Hyewon terlihat berpikir sebentar, lalu menggeleng kecil. "Gausah lah. Ada Minju kan di rumah. Yuk?"

Hyewon pun menggandeng tangan Yuri erat, memastikan tiap ruas jarinya ada di peluk tangannya. Memencet bel rumah beberapa kali, namun tidak ada jawaban sama sekali dari si penghuni rumah.

"Masih tidur mungkin kak?" Ucap Yuri. Hyewon menengok jam di pergelangannya, sudah menunjukkan pukul delapan pagi.

"Ga mungkin ah, Minju mana kebo gini. Apalagi ini hari minggu, biasanya jam segini udah semangat banget gangguin aku buat bantuin dia bikin kue."

"Minju kan sendirian kak, mungkin aja dia emang masih tidur nungguin kamu pulang."

"Astaga!" pekik Hyewon, mengagetkan Yuri yang langsung memukul lengannya pelan.

"Ih kak! Gak teriak bisa gak sih? kaget tau aku."

Tanpa menjawab Yuri, ia langsung menariknya untuk masuk lewat pintu garasi dan pintu samping, yang sesuai dugaan Hyewon keduanya tidak terkunci.

"Minju gak sendiri di rumah," bisik Hyewon sambil membuka perlahan pintu rumahnya. Ia pun menemukan keadaan rumah yang sangat sunyi. Dapurnya rapih, tidak ada bekas masak sama sekali.

Sambil berdoa dalam hati, Hyewon harap-harap cemas. Menyemogakan bahwa siapapun orang yang bersama Minju semalaman, bukan nama yang sekarang terbesit dalam pikirannya. Pendengarannya sayup sayup mendengar suara percakapan dari ruang keluarga. Ia pun meminta Yuri untuk mengendap endap, berjalan ke ruangan tersebut dan menemukan televisi yang masih menyala. Hyewon pun duduk dan mematikan televisi itu. Disusul dengan Yuri yang ikut duduk dan langsung menyender ke Hyewon.

"Khawatir berlebihan kamu, paling dia lupa matiin tv trus lang—"

"Sst!" kata Hyewon sambil menempelkan telunjuknya di bibir Yuri. "Ada yang keluar dari kamar Minju."

Hyewon pun mengambil sebuah pemukul yang kebetulan ada di ruang keluarga, sudah siap dengan siapapun yang muncul dari tangga itu. Perlahan suara langkah kaki terdengar menuruni anak tangga.

"Njuuuuuu," sahut seseorang. Mengagetkan Hyewon dan Yuri, suaranya familiar. "Minj—" Suara asing itu pun tertahan saat ia sampai di ujung tangga, menemukan Hyewon dan Yuri yang sudah menantinya.

"LAHHH??!" Pekik Hyewon dan Chaewon bersamaan.

"Kok lu disini?!" tanya Hyewon.

"Lah kok lu disini?!" tanya Chaewon balik.

"Lah ini kan rumah gue kampret!"

Chaewon hanya menepuk jidatnya pelan, menyadari kebodohannya barusan. Matanya kemudian menangkap sosok Yuri yang daritadi bersembunyi di belakang Hyewon.

"Abis ngapain lu berdua?" tanya Hyewon dan Chaewon bersamaan, mengagetkan keduanya. Mereka bertiga pun menutup mulut semua, enggan menjawab.

Sampai tiba – tiba pintu depan terbuka, memunculkan seseorang.

"Aku pulaaaaangg—eh?" Minju pun sama kagetnya saat menemukan kakak sepupunya dan sahabatnya sudah dirumah. Beserta Chaewon yang masih mematung di ujung tangga.

"Ehehehehe," Minju terkekeh kecil. "Ada yang mau bubur ayam?"

----------------------

Yena mengemudikan mobilnya jauh, berusaha membuang jauh – jauh pikiran buruknya. Ia kemudian menekan satu nama, menunggu deringnya penuh cemas.

Naas, kotak suara yang menjawabnya.

Ia pun membanting setirnya, membawa mobilnya masuk ke area taman kota. Menyenderkan diri, perutnya meraung karena ia belum makan dari pagi. Ia pun mengambil bubur tadi, menyantapnya pahit. Sepersekian detik kemudian kelopak matanya berair, menjatuhkan bulir bulir tersebut. Tubuhnya mengerang, hatinya terasa sakit. Pikirnya kacau, setiap suap buburnya pun hambar. Kejadian yang baru saja tadi ia liat, terbayang lagi di kepalanya.

Yuri yang tertawa. Yuri yang tersenyum. Yuri yang ekspresif.

Sudah lama Yena tidak melihat Yuri secerah itu. Alih – alih dirinya, ia malah mendapati orang lain yang berhasil membuat Yuri tertawa lagi. Sedangkan ia? Hal terakhir yang ia lakukan ke Yuri berujung tangis dan rasa takut, tidak ada cinta di situ. Tidak ada kehangatan sedikit pun. Yena di mata Yuri, mungkin sekarang adalah seorang monster.

Yena kehilangan arah. Yena kehilangan tujuannya. Terlebih,

Yena diambang kehilangan sosok yang selama ini ia anggap rumah.

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang