Cerita Tujuhbelas

116 20 0
                                    

Sebulan telah berlalu sejak kejadian yang menimpa Yuri dan Yena. Sudah sebulan pula baik Yena dan Yuri sama-sama tidak bertukar komunikasi. Hari-hari Yena dan Yuri juga berlalu seperti biasa, hanya saja ada sedikit kecanggungan yang Yena rasakan jika sedang bersama Chaewon dan Hyewon. Kontras dengan Hyewon yang biasa saja, seperti tidak ada apa-apa. Setidaknya, itu lah yang dikira oleh Yena.

Di sisi lain, Yuri juga semakin mengakrabkan diri dengan dua teman barunya, Tomi dan Nako. Hari ini pun mereka sudah janjian untuk mengerjakan tugas bareng di rumah Yuri.

"Ini gapapa kita langsung masuk aja?" Tomi dengan ragu membuka pagar rumah Yuri, mendapati suasana rumah yang sunyi.

"Iya. Lu sama Nako kan? Gue bentar lagi sampe kok."

"Oiya, Na—EH EH KOK LU MAIN NYELONONG AJA??"

Nako menatap Tomi bingung. "Lu gak denger itu Yuri bilang apa?"

"Iya sih, tapi salam dulu kek, apa kek. Masa main masuk aja," Celoteh Tomi. Ponselnya masih dalam panggilan dengan Yuri. "Yaudah Yur, kita nunggu di ruang tamu ya."

"Okeee."

"Udah?" tanya Nako

Tomi mengangguk, melepas sepatunya lalu memposisikan rapih tepat di sebelah sepatu Nako. Mereka berdua pun masuk lewat pintu samping yang memang sengaja Yuri biarkan tidak terkunci.

"Assalamualaikum!" teriak Tomi saat memasuki rumah Yuri.

"Eh bego. Kan gak ada orang di rumah, ngapain lu salam," protes Nako sambil menyenggol Tomi.

"Ya gapapa sih. Namanya bertamu kan harus sopan, cil."

"Waalaikumsalam."

DEG.

Tomi dan Nako bersamaan menghentikan langkah mereka, membeku di tempat. Mereka pun bertatapan, netra mereka memastikan bahwa yang barusan mereka dengar tidak dalam otak mereka saja.

"Lu barusan jawab salam gue?" tanya Tomi. Nako menggeleng kecil, mereka berdua pun berjalan mundur kembali ke dapur.

"Tom, lu denger juga kan?" Nako memastikan, pikirannya sudah menebak-nebak. Saat mereka sedang sama-sama bingung dengan pikiran mereka, tiba-tiba televisi di ruang tamu menyala. Tomi dan Nako pun refleks berlari keluar.

"HUNTU ANYING HUNTU KOOO," pekik Tomi. Mereka terburu-buru sampai lupa mengenakan sepatu mereka, berlari hampir menabrak Yuri yang baru saja sampai di rumahnya juga.

"EH EH kalian kenapa??" Tanya Yuri kaget melihat kedua temannya ini berlari terburu-buru dari dalam rumahnya. Baik Nako dan Tomi tidak menjawab, berusaha mencuri Oksigen di sekitar mereka.

"Itu...Itu, anu. Rumah rumah," Tomi berusaha menjelaskan. "Di rumah—"

"Ada hantu di rumah lu," Jawab Nako memotong. Baik Yuri dan Tomi melotot ke Nako, Tomi kemudian mengganguk sambil menunjuk-nunjuk Nako.

Tomi kemudian menceritakan kejadian dia dan Nako alami barusan. Yuri menatap mereka bingung. Sudah tujuh tahun ia tinggal di rumah ini, dan belum sama sekali mengalami fenomena aneh-aneh.

"Yuri?" Fokus mereka bertiga pecah terhadap suara yang baru saja terdengar. Seorang wanita berdiri di ambang pintu rumah Yuri, menatapnya sambil tersenyum.

"Lho? Mamah? Udah pulang?" Yuri lalu berlari, langsung memeluk ibunya. Tomi dan Nako masih mematung, berusaha mencerna yang sedang terjadi di depan mata mereka. Yuri kemudian mengajak ibunya ke Tomi dan Nako, mengenalkan beliau ke mereka.

"Tadi tante denger ada yang salam, itu kalian?"

"I...Iya tante," jawab Tomi gugup.

"Astaga. Tante kira setan, lho. Abis pas tante jawab trus tante turun ke bawah, di bawah gak ada siapa-siapa."

Tomi dan Nako menunduk canggung, kemudian mengenalkan diri ke ibunda Yuri. Mereka berempat kemudian masuk karena Yuri ternyata membawa sarapan. Setelah makan bersama, mereka bertiga pun segera masuk ke kamar Yuri untuk menuntaskan tugas kuliah mereka.

"Cantik gak hantunya?" tanya Yuri. Tomi dan Nako kemudian tertawa kecil lalu meminta maaf pada Yuri.

"Ngomong-ngomong lu tadi pagi darimana sih?" tanya Nako. Tomi menghentikan aktivitas menulisnya, menunggu jawaban dari Yuri juga.

"Abis lari pagi, sekalian tadi beli sarapan."

"Hah?? Elu?? Lari pagi??" Nako bertanya dengan ekspresi kaget.

"Lu gak lagi sakit kan?" Tanya Tomi dengan ekspresi yang sama.

"Hah? Emang kenapa sih??"

"Elu kan duta rebahan. Lu lari pagi tu sama ajaibnya kayak Tomi solat lima waktu."

"ENAK AJA! Gue solat ya, emang lu!" protes Tomi sambil mendelik ke arah Nako.

"Eh, udah udah! Berantem mulu kalo lagi bareng," ucap Yuri sambil melerai kedua temannya itu. Sontak Nako dan Tomi menghentikan adu mulut mereka, menatap intens ke Yuri. Mereka kemudian duduk bersila, mengharapkan sebuah pengakuan.

"Ayo, kami udah siap dengerin," ucap Nako. Yuri menghela nafas pendek, cepat atau lambat toh mereka akan tau juga.

"Iya. Gue nemenin kak Hyewon."

Tomi dan Nako bertukar pandang, "Kak Hyewon?" tanya mereka berdua.

"Iya, masa lupa sih?"

"Yang waktu itu bareng kak Chaeyeon sama kak Sakura?" Yuri mengiyakan pertanyaan Nako.

"Dikecengin lu sama dia?" Yuri menggeleng pelan.

"Nggak...Gak gitu. Gimana ya, it—"

"Lu naksir dia?" tembak Nako, sukses membuat Yuri terdiam seribu bahasa. Baik Tomi dan Nako tidak melanjutkan kalimatnya, berangsur menepuk pelan pundak Yuri.

"Dia yang naksir elu ya," Kata Tomi yang dihadiahkan pukulan oleh Nako. Tomi meringis pelan, sekarang dia percaya kalo Nako sabuk hitam di taekwondo.

"Ko, Tomi gak salah kok," Tomi mendelik ke Nako, menjulurkan lidahnya mengejek.

"Lu juga gak salah kok." Kaget, kedua temannya itu membulatkan matanya, menatap bersamaan ke Yuri.

Yuri menghiraukan tatapan kaget kedua temannya itu. Menekuk lututnya, menaruh kepala di antara ruang bolong yang terbentuk. Menghela nafas panjang, mempertanyakan sikap apa yang seharusnya ia lakukan sekarang. Mempertanyakan, apakah sikap yang ia dan Yena sedang lakukan sekarang adalah hal yang benar.

Jika pertanyaannya apakah Hyewon tau tentang ini, maka jawabannya adalah tau. Sangat tau.

Tomi dan Nako merangkak pelan kemudian memeluk Yuri dari samping. Air mata yang sedari tadi ia tahan terlepas, mengalir bebas di wajahnya. Tomi tidak berhenti mengusap punggung Yuri, menenangkannya. Begitu pula Nako, menidurkan kepala Yuri di bahunya. Menepuk-nepuk pelan tangannya.

"Eh ini tugasnya ntar aja gapapa kan?" sahut Tomi, yang disambut dengan jitakan oleh Nako.

"Dasar bodoh! Gak pernah peka, bodoh!"

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang