Cerita Delapanbelas

121 20 0
                                    

Hyewon?

Ah, kalian pasti tidak tau betapa kalutnya dia. Hidupnya bagai dikejar kematian, siap menerkamnya tiba-tiba. Dengan keadaan sama-sama tau, Yena dan dirinya malah bersikap biasa saja, seperti tidak ada apa-apa. Padahal, dulu jika Yena dan Yuri sedang bertengkar, Hyewon adalah orang pertama yang tahu. Sekarang? Sudah sebulan lebih berlalu, nama Yuri sama sekali belum keluar dari mulut Yena. Seakan nama tersebut adalah sebuah kata yang haram untuk diucap.

Siapa coba yang bertindak bagai pahlawan di situasi seperti ini?

Ya, cuma Chaewon yang masih berusaha untuk memadamkan perang dingin dua sahabatnya ini. Yena, Hyewon, dan Chaewon sedang berada di kantin kampus siang ini, hening menemani makan siang mereka. Tidak ada suara yang keluar selain dentingan sendok dan garpu di atas piring.

"Eum...Won abis ini lo kelas kan?" tanya Chaewon. Hyewon hanya mengangguk, masih sibuk mengunyah.

"Yen, abis ini kita kan gabut. Mending kita—"

"Gue udah ada janji. Kalo lu mau nungguin Hyewon, sendiri aja ya." Potong Yena.

"Pulang aja Chae, gue juga harus ketemu kak Eunbi."

"DUHHH KALIAN," teriak Chaewon tiba-tiba sambil menggebrak meja, mengagetkan Yena maupun Hyewon. "Kalo ada masalah tuh diomongin dong. Jantan kan pada?"

Gebrakan Chaewon berhasil menarik perhatian hampir seluruh orang yang sedang makan. Sedikit. Chaewon menahan malu sedikit dibalik raut mukanya yang marah.

"Jantan bukan?" tanya Chaewon, Hyewon mengangguk.

"Jantan bukan?" tanya Chaewon, Yena mengangguk.

"Nah, yaudah! Sekarang, ngomong sih. Gak capek apa diem-dieman mulu kalo ketemu? Kita udah mau tahun terakhir lho, udah mau sibuk-sibuknya, bakal jarang ketemu. Masa berantem sebelum pisah?" tanya Chaewon yang sudah mulai jengah dengan kedua sahabatnya ini.

"Lu nanya masalah, Chae?" Yena membanting sendoknya ke piring, kemudian berdiri. "Tanya aja ke temen lu itu kenapa." lanjutnya lalu meninggalkan Hyewon dan Chaewon di kantin.

Hyewon menatap kepergian Yena nanar, merutuki kebodohan yang ia lakukan. Dia selalu berkata pada dirinya sendiri, batasi dirimu. Kenyataannya? Dia bahkan tidak tahu dimana batasan yang harus ia patuhi.

"Lu boong ya?" tanya Chaewon.

"Hah?"

"Lu mau ketemu Yuri kan?"

"Enggak. Seriusan, gue mau ketemu kak Eunbi," elak Hyewon, membereskan piringnya padahal makanannya belum habis. Nafsu makannya sudah hilang setelah kejadian barusan. "Duluan ya."

Hyewon berlalu meninggalkan Chaewon sendiri di kantin itu. Dari semua hal yang mungkin memecah ikatan diantara mereka bertiga, wanita bukanlah yang di dalam bayangannya. Chaewon merutuki kedua sahabatnya tersebut, menyayangkan bagaimana takdir harus mempertemukan Hyewon, Yena, dan Yuri dalam sebuah hal yang tidak diinginkan. Pening di kepalanya berangsur memudar saat melihat sosok perempuan yang perlahan mendekatinya, melambai sambil tersenyum sumringah.

"Tumben kesini sendiri?" tanya Chaewon. Perempuan itu langsung duduk di tempat kosong sebelahnya, menidurkan kepalanya di meja.

"Iya, temen-temenku pada mau shopping ke mall, aku males ikut." Ujarnya.

"Nih," Chaewon menempelkan botol air mineral dingin di pipi perempuan itu. "Minum dulu, pasti capek jalan dari fakultas seni kesini."

Minju tersenyum kecil, meminum isi botol tersebut. "Makasih kak."

"Masih ada kelas abis ini?" tanya Chaewon, lalu meminum air dari botol yang sama dengan Minju.

"Nggak ada. Ih kak, kok minum dari situ juga?" tanya Minju, membuat Chaewon menampilkan raut wajah bingung. "Kan itu bekas bibirku. Kita...Ciuman gak langsung dong?"

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang