03

313 53 9
                                    


Mino itu ganteng, pinter, mandiri dan berbakat dalam bidang seni. Karena dirinya tinggal di Bandung seorang diri, sementara seluruh keluarga sudah menetap di Singapore karena urusan pekerjaan orangtua yang mengharuskannya tinggal disana. Sebelum memasuki kuliah seni rupa di salah satu universitas di bandung, Mino sempat tinggal beberapa bulan di Singapore, namun ia tidak betah tinggal disana, selain kulit nya yang gelap dibandingkan orang-orang singapore yang kebanyakan china, Mino lebih memilih untuk tinggal di Bandung karena Bandung merupakan kota kelahiran nya sekaligus tempat dimana Mino tumbuh dari anak-anak menjadi remaja dan menjelang dewasa awal seperti sekarang.

Setelah panas mentereng tadi siang, cuaca justru berbanding terbalik saat ini. hujan deras mengguyur halaman cafe dan tampaknya tidak mudah untuk menerobos hujan dengan menggunakan motor.

Jennie beberapa kali menghela nafasnya, gadis itu mendelik tajam kearah Mino yang membuatnya harus duduk diam menunggu hujan reda.

"Coba kalo mobil lo ga ada di belakang mobil gue! Ga bakal kan gue nabrak nabrak!" ucap Jennie dengan jengkel kearah Mino yang diam melamun.

Mendengar dirinya disalahkan, Mino mendecih kecil, "what? Lo nyalahin posisi parkir gue sekarang? Setelah gue membebaskan lo dari ganti rugi?!"

Jennie menggigit bibir bawahnya, bagi Jennie semua kesialan ini berasal dari Mino, tidak mau tahu.

"lo gak tau pasal kehidupan?"

Mino menaikkan sebelah alisnya, "pasal kehidupan apaan?"

"cewek ga pernah salah." Kata jennie dengan senyum menyebalkan.

Mino mendesah pelan, tangan nya terkepal erat.

Jennie melihat keluar jendela, mobil-mobil melaju dengan entengnya menerobos hujan membuat Jennie semakin iri dengan orang-orang yang memiliki mobil, bisa pergi kemana saja, bergaya, dan menikmati perjalanan tanpa takut basah.

"duh. Mana mules lagi" keluh Mino sambil memegangi perutnya. Tadi dia memakan ayam rica-rica sehingga efeknya jadi seperti ini.

Jennie tidak memperhatikan ucapan Mino yang mengeluh mules, gadis itu masih asik mendengarkan musik lewat earphone.

"ujannya udah lumayan reda sih..." gumam Mino, cowok itu kemudian berdiri dan mengambil tas punggung nya beserta kunci motor matic miliknya.

"Lo mau kemana?" tanya Jennie dengan tergesa.

"ee.." jawab Mino singkat.

"ISH!! Kok bawa tas? Ee nya mau lo bekel?"

"gue mau balik aja. kalo ee disini ga bakal keluar. Gue mau ee dirumah" jawab Mino dengan polos, Jennie semakin jengkel melihat dan mendengarkan ucapan Mino barusan.

"Oh iya, sebaiknya lo ikut gue ke rumah... sebagai BABU, lo harus tahu dong lokasi majikan lo tinggal. Hmmm.. dan kayaknya, gue ada kerjaan sih buat lo di rumah. Ayo ikut!"

Ajak Mino pada Jennie dengan menarik lengan cewek galak itu untuk berdiri.

Jennie menundukkan kepala nya, dan dalam hati Jennie pun bertekad bahwa ia tidak akan pernah mewujudkan semua keinginan Mino, terutama menjodohkan bocah itu dengan Dara tante-nya. Mana mau Jennie punya Om seperti Mino.

Hujan menyisakan gerimis kecil yang rapat, meski begitu cuaca sudah mulai bisa diajak berkompromi bagi para pengendara motor. Mino menyerahkan jas hujan nya pada Jennie sebelum dirinya menerjang hujan untuk mengajak Jennie ke rumah.

"Lo gimana? Lo masih punya jas hujan emang?" tanya Jennie keheranan karena hanya ada satu jas hujan dalam bagasi motor.

"Ah, gue kan balik ke rumah, dan gue juga bisa ganti baju. Ga kayak lo, pake dress begitu... terus lo harus beresin rumah gue juga. Hahaha jadi lo pake aja ga usah banyak tanya oke?"

With Queen B (Mino x Jennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang