4. Tak Akan Pernah 🌈

33 7 0
                                    

ㅎㅎㅎ
💖 Happy Reading 💖
.
.
.


Oliv memarkirkan mobilnya di carport, dia menatap bangunan rumah mewah berlantai 2 yang seminggu ini dia tinggalkan. Dia masih belum terima. Bukan, bukan belum tapi tidak akan pernah menerima keputusan papanya yang ingin rujuk kembali dengan istri keduanya.

Oliv tidak sudi berbagi tempat tinggal dengan orang yang telah menyebabkan Amaia meninggalkannya sendiri di dunia ini, tidak akan pernah.

Pilihan itu hanyalah papanya tetap dalam rencana akan rujuk dengan wanita itu namun jangan pernah lagi tinggal bersamanya dan mengganggapnya anak lagi. Atau melupakan rencana tersebut dan Oliv akan mencoba melupakan kesakitannya. Kesalahan papanya yang membuat dia kehilangan mamanya.

Oliv sudah memberikan pilihan namun seorang Haryasa Hartana Jaya, adalah seorang pria paruh baya egois yang ingin menyatukannya dengan wanita yang menjadi pembunuh mamanya.
Oliv berhak memberontak bukan?

Oliv memasuki rumah mewah bergaya mediterania tersebut, niatnya dia ingin duduk sebentar di sofa ruang keluarga, menatap kedepan bukan ke layar TV home theater yang menempel di dinding. Namun tatapannya terarah di atas TV tersebut, sebuah potret keluarga kecil yang bahagia, foto itu lima tahun lalu.

Disana Oliv tersenyum dengan lebarnya, dia sangat sangat bahagia karena ayahnya bisa meluangkan waktu untuk foto keluarga. Sebab Haryasa Hartana Jaya adalah seorang workaholic. Walaupun begitu Haryasa tetap memiliki quality time untuk Amaia Mentari, istrinya dan Olivine Merula anak perempuan mereka yang berusia dua belas tahun.

Oliv berdiri memandang foto tersebut. Oliv kecil terlihat bahagia dengan menggandeng tangan mama dan papanya. Apalagi saat itu beberapa bulan lagi Oliv kecil akan memiliki dua orang adik yang berada dalam perut mamanya.

Oliv kecil saat itu merasa senang, dia tidak akan kesepian lagi. Tidak akan menangis lagi jika ayahnya sibuk bekerja dan selalu pulang larut malam.

Dia tidak akan merengek lagi jika dalam seminggu hanya akan dapat bertemu dan memiliki waktu untuk bersantai dengan papanya di akhir pekan saja. Karena dia akan memiliki sepasang adik kembar yang lucu.

Dia tidak akan menangis jika papanya tidak ikut merayakan pesta ulang tahunnya karena akan ada mamanya dan si kembar yang akan selalu merayakan bersama. Tanpa disadari air mata menetes dari pelupuk matanya.

Belum sempat Oliv duduk, dia menemukan papanya berada di perpustakaan kecil sebelah ruang keluarga. Haryasa sedang memilah-milah buku tentang bisnis mana yang akan dia baca. Perpustakaan yang sebenarnya masih satu ruangan dengan ruang keluarga hanya saja dipisahkan oleh rak buku novel milik Oliv.

Tanpa membuang waktu, Oliv segera melangkahkan kakinya menuju lantai dua. Belum sempat kakinya menginjak tangga pertama ke lantai dua, suara Haryasa menginterupsinya.

"Oliv," Haryasa menghela napas, diletakkannya kembali buku management bisnis yang dipegangnya, "papa ingin bicara dengan kamu," lanjutnya.

Oliv tidak bergeming, dia masih membelakangi Haryasa. Tanpa susah-susah menjawab, papanya pasti mengerti jika Oliv sedang tidak ingin membicarakan apapun. Namun Haryasa masih tetap berbicara dan jangan salahkan Oliv dia hanya menganggapnya angin lalu.

"Papa akan rujuk dengan Mama Winda, apa kamu setuju?" tanya Haryasa hati-hati.

Oliv membalikkan tubuhnya, menatap ayahnya yang berusaha mendekati tempatnya berpijak. Oliv menatap Haryasa dengan tatapan jengah. Tidak cukupkah dia seminggu ini tidak kembali ke rumah dan memilih menginap di rumah Mbok Ina, pembantu keluarga Hartana Jaya dari semenjak Haryasa dan Amaia menikah.

"Dengan atau tanpa persetujuan aku Papa akan tetap rujuk kan? Jadi apa gunanya Papa menanyakan hal ini sama aku?" Oliv memberi jeda ucapannya, emosinya seketika naik ke ubun-ubun, "dari dulu Papa tahu jawaban aku, dan sekarang Papa ingin mencoba keberuntungan Papa dengan menanyakan hal yang sama? Jawabanku tetap tidak," ucap Oliv bulat dengan keputusannya.

sampai kapanpun Oliv tidak akan berbagi tempat tinggal apalagi berbagi napas yang sama dengan pembunuh Amaia, Winda Lestari dan anak sialannya itu.

Oliv segera berbalik lalu berlari menaiki tangga menuju kamarnya, dia menutup dengan kasar pintu yang bertuliskan "Princess Olivine's Room".

Tidak peduli dengan wajah sedih Haryasa, sudah berapa kali Oliv bilang, dia tidak membutuhkan sosok ibu pengganti Amaia, apalagi jika orang itu adalah Winda. BIG NO.

Sudah cukup dulu ayahnya membawa wanita itu dan anak sialannya kehadapan Amaia yang saat itu sedang mengandung tujuh bulan adik kembarnya. Dan membuat Amaia meninggalkan Oliv sendiri dan membawa serta kedua adik kembarnya.

Tubuh Oliv yang bersandar di pintu kamarnya merosot kelantai bersama tangisan kerinduannya pada Amaia, "Andai saja mama masih ada, pasti aku tidak akan sesedih sekarang. Akan ada yang menguatkan aku mengahadapi ini, kenapa mama tidak menyayangi aku, kenapa mama ninggalin Oliv sendiri Ma, Oliv ingin bersama Mama, Olla dan Io," ucap Oliv sesenggukan.

Olla Anastasya Haryasa dan Abio Cakrala Haryasa, nama adik kembarnya yang sudah dipersiapkan oleh Oliv, Haryasa dan Amaia.

Keluarga kecil itu menghabiskan akhir pekan pada hari itu dengan bersantai bersama. Haryasa mengusap lembut perut membuncit Amaia yang bersandar di bahunya. Mereka berdua menatap Oliv yang sedang menggambar keluarga kecil mereka lengkap dengan calon anak kembar keluarga Ganendra.

Gambar itu tidak bagus, karena Oliv sendiri sebenarnya tidak terlalu menyukai menggambar. Namun ini adalah keinginan Amaia. Dia berkata ingin dibuatkan gambar oleh Oliv, walau tahu putri sulungnya itu tidak pandai bahkan tidak bisa menggambar. Mereka duduk santai sembari mendiskusikan nama yang cocok untuk si kembar. Mungkin itu firasat bahwa Amaia akan pergi meninggalkan mereka. Dan itu benar-benar terjadi.

Oliv tersenyum disela tangisnya. Setidaknya memori itu masih tersimpan dihatinya sampai sekarang. Memori potret keluarga kecil yang bahagia. Sampai akhirnya semua hanya tinggal kenangan.

To be continued....
.
.
.
.
.

Author note :

Mau jelasin aja, bentuk sekolahan mereka itu " L I ", gedung utama ada di bangunan bentuk L. Gedung itu memiliki 2 lantai. Lantai 1 adalah ruang kelas X, ada 10 ruang sama ruang TU. Terus lantai 2 ada 10 ruang juga sama Ruang Guru 1, ruang kelas XII. Jurusan IPA dan IPS masing-masing 5.

Buat di gedung I itu ruang kelas XII dilantai 1 dan lantai 2 ruang komputer.

Paham gak? Dipahamin aja lah yaw.

Sekian prakata dari author. Semoga pembaca semua mudeng sama apa yang author tulis diatas. Kalo gak mudeng ya gapapa. Author gak maksa😆

Kasih emot dulu
😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌

Emot kesukaan author😌😉

Tunggu part selanjutnya ya....
Jangan lupa vote sama comment nya.

18 Juni 2020

Queen BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang