Si Binatang Buas

1 0 0
                                    


Setelah membunuh dua puluh perampok di lorong sempit. Aku menelpon polisi untuk datang dan membereskan tempat ini.

Dua minggu kemudian Shina di terima di salah satu SMA terbaik di Ibu kota provinsi, Ia berhasil lolos tes dengan nilai sempurna dan menduduki peringkat pertama. pagi ini aku menemaninya mengikuti tes masuk SMA itu.

"Apakah Kakak akan lanjut kuliah?" Shina bertanya di sebelahku saat kami duduk santai di salah satu tempat makan.

"tentu, Shina. Salah satu Universitas di Australia menerimaku di jurusan politik dunia."

Aku menatap buku menu di depanku. "Ngomong-ngomong kau mau pesan apa?" aku bertanya kepada Shina.

"Sup Ayam, seperti biasa." Shina tersenyum dan mengangkat tangan. Mulai dulu hingga sekarang dia pasti akan memilih menu itu.

Baik sup ayam. Aku menulis di kertas pesanan. Dan menyerahkannya kepada pelayan yang tengah berdiri menunggu di sampingku.

"Aku mau ke kamar mandi dulu, Shina. Tolong jaga tas kakak." Aku melangkah menuju belakang restoran tepatnya kamar mandi. Setelah selesai berurusan di kamar mandi aku segerah kembali menuju meja makan. Terlihat di sana Shina tengah duduk bersama seorang laki-laki sepantaran dengannya namun tingginya hampir sama denganku. Saat jarakku lima meter dari mereka. Shina menyadari keberadaanku dan segerah berdiri. Laki-laki di depannya juga ikut berdiri.

"Ah. Kakak sudah kembali. Perkenalkan dia adalah Joni teman SMPku dan sekarang ikut tes masuk ke SMA ini juga." Shina memperkenalkan laki-laki bertubuh kekar berambut biru tua itu.

"Joni, dan anda pasti kakaknya Shina bukan." Ia memperkenalkan diri secara ramah.

"Iya benar. Shina adalah adikku. Kau bisa memanggilku Rapael." Aku membalas jabatan tangannya. Genggamannya sangat kuat begitu pula tatapan matanya yang tajam.

"Apakah kau sudah memesan makan?" Aku kembali bertanya.

"Sudah. Kebetulan aku tadi melihat Shina duduk di sini."

Beberapa menit kami mengobrol banyak hal. Dan dari nada bicara anak laki-laki itu sudah tidak salah lagi, bahwa dia bukanlah anak laki-laki biasa. Dia sangat jenius, dan juga sangat terlatih. Dia berasal dari keluarga Elit di sebelah kotaku. Ayahnya bekerja sebagai kepala militer dan ibunya bekerja di administrasi Negara.

"Joni aku mau bertanya kepadamu. Apakah kamu memiliki hubungan khusus dengan adikku ?" aku tersenyum menatap wajah joni yang memerah.

Joni hanya diam menelan ludah, begitu pula Shina yang tengah menyikut lenganku.

"kenapa kau diam joni. Jawabannya hanya ada dua iya atau tidak?" Aku mendesak.

Dan Joni (Akhirnya) mengangguk.

Aku tertawa. Joni dan Shina menundukkan pandangan dengan wajah memerah.

"Rupanya kau berani mendahului kakakmu ini ya....Shina" aku memegang kepala Shina dan mencubit pipinya.

"Hentikan kak Sakit!" Shina meronta melawan. Joni tertawa melihat tingkah kami.

"Baiklah, Joni kau boleh menikahi Shina tapi tidak sekarang. Setidaknya selesaikan dulu pendidikan kalian. Baru kalian boleh menikah"

"Tanpa di beritahu pun aku mengerti." Ia menjawab santai.

Dan makanan yang kami pesan telah tiba di meja kami. Aroma berbagai masakan di depan kami membuat perut meraung-raung buas. Kami memakannya secara bersama disana.

***

Dua minggu sebelum keberangkatanku ke Australia. Shina telah memulai kehidupan SMAnya, Ia tinggal di Ibu kota provinsi tepatnya di asrama sekolah bersama teman perempuannya. Aku memutuskan untuk bekerja sebagai koki di salah satu restoran ternama di kota ini. Dengan kontrak kerja dua minggu. Bekerja seperti ini sangat membantu memenui kebutuhanku selama liburan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jiwa yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang