Apa lancang, merasa begitu kehilangan padahal belum sempat memiliki?
🌸 Tanya Fajar 🌸
Ada yang hilang. Jelas sekali ada yang hilang di diri Tanya ketika sadar beberapa hari ini Fajar sama sekali tidak berkeliaran disekitarnya. Bahkan jadwal belajar Fajar sudah terlewat dua kali.
Ia sendiri masih belum menemukan cara untuk berbaikan dengan pemuda itu. Ah, tidak. Jangankan berbaikan, melihat batang hidungnya saja Tanya tak bisa.
Beberapa kali gadis itu sengaja memilih masuk lewat gerbang belakang agar melewati kelas Fajar terlebih dahulu, untuk memastikan apakah pemuda itu ada di dalam kelasnya.
Namun hasilnya nihil. Ia sempat berpikir ia kepagian, kemudian besoknya Tanya datang lebih siang. Tapi, sama saja. Ia tidak melihat Fajar.
Ia mulai berpikir kalau pemuda itu sengaja menghindarinya. Ya, terang saja. Siapa orang bodoh yang masih berkeliaran di sekitar orang yang melontarkan kata kasar padanya?
Sejujurnya, jika di tanya. Sekarang ini ia merasa takut. Aneh ya? Takut kehilangan seseorang yang bahkan belum sempat dimiliki?
Tanya bahkan tidak cukup yakin kalau perasaannya merupakan hal wajar, mengingat ia baru mengenal Fajar beberapa bulan ini setelah begitu lama menganggap pemuda itu sebagai orang yang harus ia hindari.
Namun sialnya, hatinya berkata lain. Sekarang ia paham kalau durasi bukanlah hal yang penting. Ia hanya, benar-benar terpikat pada pemuda itu.
"Hahh ...," Tanya mengehela napas lelah. Salahnya, pikirnya.
Kenapa juga ia harus marah pada Fajar saat itu? Kenapa ia tidak menguatkan diri untuk mengejar Fajar, mengatakan bahwa ia hanya bercanda dan tidak bersungguh-sungguh?
Lagi pula hanya karena dirinya menyimpan perasaan bukan berarti orang lain harus bertanggung jawab akan rasa sukanya, kan? Ia tidak boleh egois. Cinta, bukan sesuatu yang egois.
Lamunan dan pergelutan pikiran yang ada di kepala Tanya terpecah saat bahunya disenggol pelan oleh Diana yang sedari tadi berceloteh tentang persiapan field trip mereka.
Benar juga. Saking sibuk memikirkan permasalahannya dengan Fajar, Tanya sampai lupa kalau besok akan ada perjalanan lima hari empat malam yang di adakan sekolah mereka.
"Gimana, ikut ga?" tanya Diana untuk kesekian kalinya.
"Ikut kemana?" jawab Tanya, kebingungan karena sedari tadi tidak menyimak.
"Gue sama anak-anak pulang sekolah mau beli barang-barang buat dibawa ke field trip. Sekalian ngumpul di rumah Jihan biar besok berangkat ke sekolahnya dari sana aja," jelas Diana ulang dengan sabar.
"Oh ...," Tanya mengigit bibir bawahnya pelan, lalu menggeleng. Ia sedang tidak ingin kemana-mana.
"Nanti gue nyusul aja ya? Gue ga terlalu enak badan," ujar Tanya.
Jihan mengulurkan tangannya untuk ditempelkan di kening Tanya. "Anget sih," jawab Jihan.
"Apa lo ga usah ikutan aja besok? Takutnya lo makin drop gimana?" saran Jihan dengan nada khawatir.
Tanya tersenyum, "Engga, abis istirahat juga sembuh kok. Have fun aja belanjanya ya?"
𝓣𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓕𝓪𝓳𝓪𝓻
"Tanya, semuanya udah dimasukin ke koper nak?" tanya Hanif yang sedari tadi sibuk mondar-mandir keluar masuk kamar putri sematawayangnya memberikan beberapa barang untuk dibawa gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanya Fajar
Teen FictionPertemuan seperti apa yang menurutmu berkesan? Saat kamu dan dia berkenalan, saling melempar senyum, lalu kemudian bertukar cerita selama beberapa waktu dan akhirnya kalian memutuskan untuk berteman? Bagi sebagian orang mungkin begitu. Untuk Tanya A...