Hai semuaaa
Apa kabar kalian? Semoga selalu sehat yaa.
Oh ya, akhirnya aku bisa melanjutkan cerita ini lagi.
Terimakasih yang telah membaca dan memberi vote ceritaku😘.
Semoga update kali ini bisa menghibur kalian semuaa.
Jangan lupa jaga kesehatan yaa..
HAPPY READING!❣️
·
·
·
·“Kim Jira. Siswi dari Daegu yang pindah ke Seoul seorang diri. Meninggalkan Eommanya, Jung Hyera, dan sahabatnya, Cha Yubin” katanya.
Perkataan itu langsung membuatku terkejut dan melebarkan mata. Aku menoleh ke arahnya. Aku menatap matanya tanpa ku sadari.
“Astaga. Dia mengingatnya. Bahkan ia tau nama Eomma dan sahabatku?”
“Ka.. kamu tau dari mana tentangku?” tanya ku terbata-bata.
Dia yang tadinya menatap ku sekarang berpaling ke depan dan melanjutkan makan. Aku masih penasaran dan masih memperhatikan gerak-geriknya untuk menunggu jawaban.
Dia menatapku lagi. “Kamu ga ingat aku siapa? Aku.. Dojin.. Dojinie,” jelasnya dengan percaya diri. Tersontak aku langsung coba mengingat nama itu.
“Dojin? Dojin?” batinku yang terus menyebut nama itu agar bisa ingat kembali.
Seketika aku langsung melebarkan mata karena aku benar-benar sudah mengingatnya.
“DOJINIE? KAMU DOJINIE?” teriakku antusias. Aku tertawa sendiri karena aku langsung mengingat semua kenangan bersama orang ini. Sungguh, aku tak menyangka kita bisa dipertemukan lagi.
Oke, aku akan ceritakan tentang siapa Dojin. Dojin adalah sahabatku dan Yubin saat Sekolah Dasar di Daegu. Dojin adalah anak panti asuhan yang dimana nenek Yubin ikut membantu berbagai kegiatan di panti asuhan tersebut saat dulu. Sehingga, aku dan Yubin bisa akrab dengan Dojin. Ibunya telah meninggal saat melahirkannya, sedangkan ayahnya memang tidak bisa merawat Dojin yang alasannya tentu saja aku tidak tau.
Dojin sering menolongku di sekolah apabila ada yang merundungku. Dia hebat. Dia pemberani dan baik hati.
Dan mengapa aku tertawa saat mengingatnya? Karena aku langsung mengingat kenangan lucu bersama dia dan Yubin. Aku malah langsung mengingat kenangan kami yang bolos dari sekolah karena merasa bosan. Kami sembunyi-sembunyi melewati sawah dan disaat hampir ketahuan oleh nenek Yubin, kami berlari dan Dojin malah terpeleset yang membuat aku dan Yubin tertawa sangat keras, Dojin sangat kesal saat itu tapi kami tidak meninggalkannya, kami tetap menarik tangannya untuk bisa berlari lagi.
Karena kenangan lucu yang ku ingat, aku tidak menyangka orang yang sungguh membuat jantungku tak karuan ternyata sahabat lamaku sendiri. Sungguh, semenjak lulus Sekolah Dasar dan Dojin diadopsi oleh orangtua asuhnya, aku dan Yubin jadi kehilangan kontak dengannya. Bahkan kami pernah menangis bersama karena merindukan Dojin. Dojin yang dulu dan sekarang sama-sama mempunyai sikap yang ramah. Hanya wajahnya saja yang jauh berbeda dengan yang dulu.
“Ya! Aku Dojinie! Kenapa kamu bisa lupa, Jira?” tanyanya sambil tertawa kecil.
“Ah iya.. mungkin karena wajahmu yang dulu dengan sekarang jauh berbeda. Ditambah lagi, kamu yang sekarang lebih tinggi dariku, padahal waktu dulu aku yang lebih tinggi, hehehe,” jelasku.
Saat ia mendengar penjelasanku, ia malah tersenyum menatapku. Sungguh, itu manis sekali.
“Tidak, tidak, berhenti Jira, berhenti,” batinku.
Aku baru menyadari bahwa sedari tadi Hyorin dan temannya Gyemin ini menatap kami dengan wajah terkejut dan bingung. Mereka hanya diam memperhatikan ku dan Gyemin yang sedang berbicara dan tertawa. Aku yang menyadarinya langsung memperbaiki posisi menghadap Hyorin lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Rasa
Teen Fiction" Saat berbagai pertanyaan tak bisa dijawab dengan mulut, sang waktupun mulai mengambil peran. Hingga semesta, kembali mempertemukan kita dengan cara yang semestinya." Ini kisah tentang Kim Jira dan Kim Jikyung yang saling mencintai namun terhalang...