3.4. BINTANG UNTUK AURIE
Utungnya Steve masih mau melihat matahari di hari-hari selanjutnya. Tepat saat Aurie membuka pintu, Steve tengah berdiri dengan sweater hitamnya membelakangi Aurie.
"Hei," sapa Aurie sambil tersenyum. Tak menyangka Steve tahu dirinya sedang merindukan lelaki itu sedari tadi.
"Hobi banget main ke rumah aku malam-malam," ujar Aurie selagi ia masih menatap punggung Steve.
Tiba-tiba Steve memutar tubuhnya dan mendekap gadis itu. "Kangen." Ucapannya singkat tapi berhasil membuat Aurie sangat bahagia. Seketika ia lupa bahwa mereka tidak dalam hubungan yang baik belakangan ini.
Perlahan Aurie mulai menangis haru dalam pelukan Steve. Ia rasa menemukan Steve yang selama ini ia kenal kembali. Dia yang selalu berhasil menciptakan kenyamanan untuk Aurie di tengah kebisuan antara mereka. Dia yang selalu berhasil mengunci segala gerak-gerik Aurie hanya dengan tatapan. Mereka yang jarang saling bicara tetapi selalu saling mengerti.
"Maaf ya Kakak ganggu tidurnya," ucap Steve sangat lembut ketika melepas pelukannya membuat Aurie tersenyum dan mengangguk seperti anak kecil.
Steve mengacak rambut hitam gadisnya gemas. "Kakak kehujanan nggak tadi?" tanya Aurie setelah melihat motor Steve di pekarangan rumahnya.
"Iya, tapi sedikit," jawab Steve menunjukkan jari jempol dan telunjuknya yang membentuk huruf C kecil.
"Yuk masuk," ajak Aurie menarik tangan Steve.
"Disini aja ya," tahan Steve menahan tangan Aurie. "Menikmati hujan dan lampu kota favorit kamu."
Aurie tertawa kecil kemudian menuruti permintaan Steve. Mereka duduk di teras rumah Aurie dan berbagi banyak cerita. Rasanya sudah sangat lama mereka tidak bertemu, padahal baru tadi di teras sekolah.
"Ri, kamu tahu nggak Kakak habis darimana?" tanya Steve memecah keheningan di antara mereka dan hujan gerimis malam ini.
"Dari rumah?" yakin Aurie.
"Habis dari laut."
"Bandung nggak punya laut, Kak."
Steve tertawa mendengar pernyataan polos Aurie. "Ya nggak di Bandung lautnya."
"Terus ngapain di laut?"
"Dikuras lautannya sama Kakak," jawab Steve polos.
"Hah? Ngapain?" Tampaknya gadis itu sedikit kaget. Benar-benar polos.
"Cari bintang."
Aurie mengerutkan dahinya, "Mana ada bintang di laut?"
"Ya ada lah. Bintang laut."
Aurie meliriknya sinis, "Terus ketemu?"
Steve menggeleng dengan wajah kecewa dibuat-buat. "Jadi Kakak ke angkasa, deh."
Aurie mengerutkan dahinya lagi. Sungguh lelaki aneh. "Terus ketemu bintang?"
Steve mengangguk sambil tersenyum manis lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. "Terus Kakak tangkap satu buat Aurie."
Aurie benar-benar terkejut sekarang. Ternyata cameraman aneh itu masih tetap tak tertebak. Matanya berbinar memandang gantungan bintang di gelang tali hitam yang Steve gantungkan tepat di depan wajahnya. Senyum manisnya terus terukir membuat Steve betah memandangnya lama-lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA LAMPU KOTA (✔)
Novela Juvenil[ s e l e s a i ✅ ] [SEBUAH KISAH PENANTIAN DALAM KEDEWASAAN TAK BERUJUNG] "Bagaimana kalau suatu hari aku yang membuat Kakak jatuh?" "Kakak akan tetap suka." "Kenapa?" "Sederhana." "Maksudnya?" "Kamu sudah sering melakukannya." "Kapan?" "Setiap kal...