Gaara's POV
Bibirku tak hentinya tersenyum lemah menatap kepergian sang terkasih, merelakan cinta pertamaku pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri. Terbang bebas layaknya burung di atas langit di luar sana.
Kini Naruto bukan lagi milikku, Naruto sudah terbebas. Bebas dari rasa belenggu yang selama ini ditanggung oleh pundak mungilnya.
Walau hatiku terasa perih ketika Naruto sudah tak disisiku lagi...
Setidaknya aku bisa kembali melihat senyumnya lagi.
Senyumnya yang bagai mentari di pagi hari. Hangat dan menyilaukan dapat dirasakan ketika melihat senyum itu. Salah satu hal yang paling disukai olehku tentangnya. Senyum menawannya dan tawa bahagianya.
Dan kini senyum itu sudah lama hilang darinya.
Dan aku tak menyangka bahwa aku pun ikut terlibat dalam hilangnya senyuman itu.
Saat itu... sebelum aku memutuskan bercerai dengan Naruto, aku berkunjung ke rumah seseorang yang aku kenal dekat.
Sahabatku Naruto adalah orang yang paling dekat denganku setelah keluargaku, aku bahkan menganggap ayahnya sebagai ayah keduaku dan beliau pun sudah menganggapku sebagai anak. Bahkan aku dan ayahnya sudah membicarakan perihal pernikahan kami nanti. Saat itu aku sungguh senang, bagaimana pun Naruto adalah cinta pertamaku. Aku merasa bahagia telah memilikinya.
Hari demi hari berlalu begitu saja setelah menikah. Aku menjalani hariku seperti biasa ketika aku belum memiliki pendamping. Aku belum berani menyentuh Naruto lebih jauh. Naruto terlihat rapuh layaknya vas bunga yang gampang pecah jika disentuh sembarangan, hal itulah membuatku takut jika aku melukainya atau menyakitinya. Hanya sekedar pelukan dan ciuman tak lebih dari itu, walaupun sebenarnya aku menginginkannya. Aku akan melakukannya jika Naruto sudah siap dan menerima diriku seutuhnya.
Aku akan bersabar.
Tapi rasa sabar itu hilang sekejab mata terganti rasa sakit dan perih teramat parah. Mengetahui bahwa Naruto menikah denganku dengan rasa terpaksa. Jadi selama ini cintaku hanya bertepuk sebelah tangan?
Dan lebih mengejutkan lagi ketika aku mendengar Naruto memiliki kekasih sebelumnya dan hamil dari pria yang dicintai oleh Naruto sampai dimana aku mendengar jelas bahwa orang itu lah yang membuat Naruto kehilangan calon bayinya dan kekasih yang dicintainya hanya demi agar aku menikahi Naruto.
Pantas Naruto bersikap tak seperti biasanya, bahkan terlihat sangat murung.
Dunia terasa terguncang, hatiku hancur. Hancur berkeping-keping. Untuk pertama kalinya aku tidak ingin pulang ke rumah dimana tempatku tinggal dengan Naruto saat menikah. Aku berusaha menenangkan diriku.
Kemudian aku pun mulai mencari tahu kebenaran itu, sosok pria yang disukai Naruto dan apa saja yang dialami Naruto sampai berakhir menikah denganku. Ketika itulah aku bertemu dengannya, sang kakak dari kekasih Naruto dulu. Itachi Uchiha.
Tak tega melihat Naruto lebih menderita dari ini, aku meminta Itcahi mencari mansion yang dulu dimiliki oleh Sasuke pemilik nama dari kekasih Naruto yang hingga kini masih dicintai olehnya. Dan meminta Naruto bercerai dengan baik-baik dengan mengatakan bahwa jika aku hanya mencintainya sebagai sahabat dan aku sudah memiliki orang yang kusukai.
Bohong, perkataan itu adalah bohong. Naruto adalah satu-satunya yang kucintai, tidak ada yang lain.
Aku hanya tidak ingin melihatnya semakin menderita ketika mengetahui kebenarannya. Aku hanya ingin ia kembali ceria seperti dulu. Bebas tanpa beban, melakukan apapun yang ia inginkan.
Tapi rasa sesak tak mungkin bisa ku elak saat aku melepaskan genggamanku darinya. Aku tak kuat lagi merasakan rasa sesak itu, aku menyerah.
Tanpa sadar langkah kakiku membawaku ke sebuah jembatan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Curse
Horror20++ (rate: M) Cinta, pengorbanan, dan dendam dapat terjadi. Dimana Sasuke anak yatim dan merupakan pelayan ramen mencintai seorang anak pengusaha kaya Namikaze Naruto. Mereka saling mencintai dan menjalani hubungan rahasia, sampai dimana hubungan...