6 : TERABAIKAN

7.8K 1.6K 1.2K
                                    

Mereka yg tak percaya dan cenderung meremehkan, seringnya berakhir mengenaskan.

Mereka yg tak percaya dan cenderung meremehkan, seringnya berakhir mengenaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lilin milik siapa ini?

***

"

Kalo lo nggak dateng, berarti lo loser." Ginny menarik lengan Pijar sampai nyaris membuat gadis itu tersungkur sebelum sepasang tangan dengan sigap menjadi penopangnya.

"Gue pastiin kalo Pijar bakal dateng," tukas lelaki itu. Ia menoleh ke samping, menatap Pijar dengan penuh keyakinan. "Dia bukan cewek penakut."

Yudha tersenyum culas saat melihat sosok yang berdiri di samping Pijar. Ia terpancing untuk ikut campur lebih jauh lagi.

"Andre..Andre..." Ia melangkah angkuh mendekati Andre sembari memasukkan tangannya ke dalam saku. "Lo itu nggak ada kapok-kapoknya, ya. Masih aja sok-sokan jadi pahlawan."

Sebelum memojokkan Andre ke dinding, Yudha celingak-celinguk seperti mencemaskan sesuatu. Ia harus memastikan lebih dulu jika Heksa tidak ada di sekitarnya.

"Ini urusan gue, Yud." Ginny menyingkirkan tangan Yudha dari bahu Andre. "Gue nggak mau calon adik tiri gue ini terluka sedikit pun," tukas gadis itu, membuat teman-temannya seketika membeliak.

Berbeda dengan Ginny yang tampak percaya diri saat mengumumkan itu, Andre mendadak pucat. Wajahnya semakin banjir keringat seiring sentuhan tangan Ginny di pundaknya. Sekelebat adegan yang tak seharusnya ia lihat melintas di kepalanya.

Andre menghempas kasar tangan Ginny yang berada di pundaknya. "Nggak, nggak mungkin kalo ke depannya gue sama Ginny bakal jadi..."

Ginny menatap Andre dengan dahi berkerut. Di saat lelaki itu lengah, ia memanfaatkan kesempatannya untuk kembali merundung Pijar.

"Lo harus dateng ke ulang tahun gue karena gue bakal buktiin kalo omongan orang-orang tentang mata ajaib lo itu, cuma omong kosong." Telunjuk Ginny mendorong-dorong kasar pundak Pijar. Sampai tiba-tiba sebuah tangan dengan kencang mencekalnya.

"Lo ini manusia atau kue mochi? Tebel amat bedaknya. Sampe bulu idung lo jadi putih, noh."

Kalimat yang dibacakan dengan sangat menyebalkan itu, seketika membuat Ginny mati kutu.

"Ayo, Zom." Heksa mengamit tangan Pijar lantas menyenggol kasar pundak Ginny sebelum beranjak dari sana. "Ntar kalo bedaknya mulai luntur, muka aslinya bakal keliatan. Gue yakin dia bakal lebih nyeremin dibanding muka temen-temen lo."

"Hatinya aja udah busuk, apalagi rupanya," ucapnya ketus sembari pura-pura bergidik saat bersitatap dengan Ginny.

Heksa sengaja memasang ekspresi ilfeel yang sungguh natural saat melihat mulut Ginny terbuka, bersiap membalasnya.

HAPPY BIRTH-DIE 2 (dan kisah di balik mata ajaib Andre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang