"Aku tidak bisa kuliah nanti." Menahan rasa pening di kepalaku, perlahan aku berjalan ke arah dapur. "Aku ijin sakit, hari ini kan mata kuliahku cuma di kelas Kakak."
"Kamu sakit apa?" Suara Daniar terdengar khawatir di ujung sana. "Juan datang ke apartemenmu?"
"Juan hari ini kuliah seharian Kak." Berusaha mengambil gelas di lemari khusus peralatan makan, tiba-tiba saja aku kehilangan fokus. Gelas yang sebelumnya berada didalam genggamanku jatuh ke lantai.
Prang!
"Hey! Kenapa ada suara kaca jatuh? Reira kamu di dapur?" Daniar semakin panik. Ah, suaranya memang terdengar khawatir, tapi entah kenapa membuat kepalaku semakin pusing. "Perhatikan langkahmu, jangan sampai kamu menginjak pecahan kaca!"
"Kak Dan, sudah ya... Kakak fokus saja mengajar hari ini. Aku matikan ya?"
"Tap--"
Panggilan kuputus secara sepihak. Aku menatap pecahan kaca yang berserakan di depanku saat ini. Bisa-bisanya aku menghancurkan barang. Urusan membersihkan pecahan itu biar kuurus nanti saja. Setelah mendapatkan gelas baru aku pun mengambil teko berisi air putih di atas meja makan dan langsung membawanya ke dalam kamar.
Beruntungnya aku menyiapkan beberapa obat penurun demam, setelah meminumnya aku pun segera membaringkan tubuhku di atas kasur. Berharap ketika aku bangun nanti tubuhku segera sembuh.
***
Tidak tau berapa lama kuhabiskan untuk tidur. Usapan pelan di kepalaku membuat tidurku sedikit terganggu. Ketika aku membuka kedua mataku, wajah Daniarlah yang berada tepat di depanku. Dia tersenyum kemudian menjauhkan tangannya.
"Sudah mendingan?"
Aku menggeleng, kemudian kembali memejamkan kedua mataku. "Kakak tau dari mana password pintu apartemenku?"
"Tanya ke Juan." Jawab Daniar, tangannya kembali terulur menyampirkan rambutku yang sebagian menutupi wajahku.
"Kakak gak ngajar?"
"Kakak bolos demi kamu."
Mendengar jawaban Daniar yang terbilang ngawur itu membuatku menatapnya tajam. Dia tertawa pelan kemudian merapikan posisi selimutku.
"Bohong. Tadi sebelum Kakak pergi, kelas yang Kakak ajar Kakak titipkan ke Jasper."
Aku mengerutkan alis bingung. "Tumben dia mau?"
Daniar hanya mengedikkan bahunya. "Kakak paksa. Oh, iya pecahan di dap--"
"Kakak tadi ke dapur?" Tanyaku cepat memotong pembicaraannya.
"Sudah aku bersihkan kok."
Aku jadi yakin kalau dia langsung mengecek ke dapur begitu sampai ke apartemenku. Bahkan dia masih mengenakan kemejanya yang lengannya dia gulung sampai siku.
"Sudah jam sebelas siang, kamu makan ya? Tadi Kakak belikan kamu bubur, setelah itu minum obat lagi." Ucap Daniar seraya melirik bungkus obat yang ada di atas nakas.
"Malas makan kak, aku mau tidur lagi." Rengekku yang dihadiahi cubitan di pipiku. Aku menatapnya kesal karena cubitannya membuatku meringis sakit.
"Makan dulu baru tidur!" Daniar menatapku tajam, kemudian dia melangkahkan kakinya ke luar kamar. "Jangan tidur dulu! Kakak mau panaskan buburnya, setelah makan dan minum obat baru kamu boleh tidur lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA | Kim Doyoung
Romance[𝐎𝐍 𝐇𝐎𝐋𝐃] Bagaimana jika dosen yang ternyata kamu sangka membencimu ternyata diam-diam menyukaimu? _______ Wang Reira adalah mahasiswa asing yang berasal dari Cina dan sedang menjalani program pertukaran pelajar di salah satu universitas yang...