32. It's Okay For Man To Cry

137 30 2
                                    

"Saya nyerah aja dok. Saya takut." Keluh Jeno putus asa.

Jeno barusan tau desas desus dari temennya yang kerja di pengadilan. Kalo salah satu tuntutan penggugat yaitu denda ganti rugi sebesar 200 milyar.

"Hush. Jen. Jangan pesimis dulu. Kita belum tau dia ngasih bukti apa kalo ada malpraktik."

Hana berusaha mencoba membangun kepercayaan diri dalam Jeno. Ini bukan salahnya, ga seharusnya dia pasrah sama keadaan.

"Tapi saya ga bisa bayangin wajah keluarga saya kalo tau saya bikin masalah gini dok. Saya emang pantas dihukum. Saya mau mundur aja kalo gini."

Jeno mulai terisak. Beban rasanya, udah jatuh bangun bikin karir jadi dokter hingga kini masa sekolah spesialisasinya, malah dipukul dengan satu hantaman.

"Ga ada yang bakal mundur dari sini. Saya pastikan, kamu, rumah sakit, ga akan ada yang dipermalukan. Kita semua bener. Kamu harus bela diri sendiri karena kamu ga salah."

Hana juga sebenarnya sama putus asanya dengan Jeno.

Barusan dia sama Jeno dipanggil Majelis Kehormatan Kedokteran atas laporan dugaan malpraktik itu. Hana sekali lagi menjelaskan di sana kalo kasus ini adalah salah paham yang diterima oleh pasien.

Namun keputusan Majelis Kehormatan, apakah Hana dan Jeno akan dijatuhi sanksi atau tidak, adalah menunggu hasil sidang. Mereka tentu paham bagaimana posisi para dokter yang dapat serangan seperti itu.

Bahkan beberapa perwakilan mereka menawarkan menjadi saksi untuk menjelaskan lebih lanjut tentang praktik kedokteran di bawah hukum.

"Saya takut dok, hiks."

"Hana."

Hana menatap ke arah pintu ruangannya. Di sana sudah berdiri dua orang pria yang baru datang, siapa lagi kalo bukan Seungwoo Seungyoun.

Kedua pria itu bingung seketika lihat ada Jeno yang nangis tertunduk di sebelah Hana, sementara wanita itu menepuk punggung Jeno.

Peluk. Begitu kode Hana sambil menunjuk ke arah Jeno.

"Hah?" Seungwoo sama Seungyoun gagal paham.

Peluk si Jeno. Dia nangis. Kode Hana lagi.

"Oh."

Seungyoun langsung menghambur ke arah Jeno lalu memeluk dokter residen itu layaknya saudara.

"Nangis aja, Jen. Gapapa. Pria boleh nangis kok. Nangis sepuasnya." Perintah Seungyoun masih sambil meluk Jeno.

***

"200 MILYAR?! ORANG MACAM APA-ASDFGHJKDLKS!!!!"

"YON, JOROK AH! Kuahnya muncrat tuh, ih."

Meskipun gondok, Hana buru-buru ambil tisu lalu membersihkan kekacauan yang diperbuat Seungyoun. Dia paling ga suka kalo mejanya kotor, apalagi ada kuah makanan.

"Sori, abis gue greget banget yak."

Seungwoo ikutan bersihin kuah yang muncrat kemana-mana. Dia paham seberapa sebelnya Seungyoun. Ya siapa yang nggak emosi temennya difitnah kaya gitu.

Mereka berdua kenal baik Hana kaya apa. Ga mungkin dia sampe bikin celaka pasiennya hanya untuk keuntungan pribadi. Gak, itu gak Hana banget.

"Udah keliatan dari tuntutannya, orang itu jenis orang macam apa. Masa denda sampe 200 milyar." Protes Seungwoo.

"Itu orang main seenak jidatnya dia nuntut sebanyak itu. Dikira 200 milyar tu dikit. Daun yang di pohon rumah sakit aja ga sampe satu milyar helai." Sambung Seungyoun masih emosi.

Hana sama Seungwoo kompak ngeliatin Seungyoun pake pandangan, ngomong apasi.

"Alay, Yon. Gue udah meditasi sama si pasien ini tiga hari yang lalu. Tapi karena emang ga sampe kesepakatan, akhirnya anak pasien ngasih gugatan ke pengadilan."

Seungyoun senderan ke sofa sambil mengunyah suapan terakhir makan siangnya hari itu.

Gak habis pikir, orang udah diobatin biar sembuh, malah nuntut, minta duit segitu gede pula. Jelas bukan orang bener itu mah.

"Lo udah dapet pengacara? Atau siapa gitu yang ngurusin kasus lo?" Tanya Seungwoo kalem tapi cemas juga.

Hana mengangguk.

"Gue udah dapet kuasa hukum, pengacara kenalan mamah. Mungkin seminggu atau dua minggu lagi gue diundang sidang."

Hana beneran ga punya petunjuk sama sekali. Dia merasa benar, tapi pasiennya bilang dia salah. Lantas kalo kaya gini dia harus gimana?

Hana pengen mengupayakan segalanya supaya apa yang sebenarnya terjadi itu bukan seperti yang diasumsikan oleh pasien penggugat itu.

Hana gamau berpikiran negatif. Dia cuma mau percaya kalo di atas muka bumi ini masih ada orang jujur yang pantang mundur menegakkan keadilan.

Kalo sudah begini, kepercayaan yang paling penting bukan?

"Lo fokus ngurus pasien aja, Han. Biar gue urus kunyuk satu itu. Kasih tau siapa namanya. Biar gue suruh orang gue ngasih pelajaran ke dia." Ujar Seungyoun.

"Le, ga baik kaya gitu. Jangan bales jeleknya orang pake cara yang jelek juga."

Seungwoo berusaha menurunkan tensi Seungyoun yang sedari dari membara. Menurutnya situasi genting kaya gini perlu didominasi dengan rasa tenang.

"Jangan, Yon. Biarin dia bikin gugatan kaya gitu. Meskipun gue ga yakin ada kesalahan dalam prosedur operasinya, dari situ juga biar gue tau dimana letak kesalahan yang gue perbuat."

Bertiga itu menghela nafas. Mereka belum pernah dihadapkan masalah seperti ini.

Saat itu juga Hana menyadari, ada yang lebih berbahaya dibanding pisau bedah yang biasa dipake.




















... to be continued

 to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unbelievable | HSW, CSY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang